webnovel

Bab 16 Reva Dan Mira!

Semua anak murid berbondong-bondong memasuki kantin. Sebelum bel masuk berbunyi mereka semua sudah duduk dan standby. Pagi ini suasana kantin tengah ramai dan terlihat sangat padat. Bukan karena ingin makan tujuan mereka berkumpul. Melainkan mereka menanti momen putusnya Reva dan Arga.

Selama satu minggu pacaran Reva pasti memutuskan hubungannya sama cowok yang dipacarinya itu di kantin. Saat seminggu kemarin Reva dan Arga resmi pacaran. Jika tidak salah dan tidak meleset perkiraan semua orang. Tepat hari ini Reva putusin Arga. Itu sudah menjadi pengetahuan umum bagi anak-anak sekolah. Persis seperti kejadian yang sudah-sudah. Makanya kenapa pagi ini suasana kantin sangat ramai. Karena mereka tidak ingin melewatkan momen Reva yang memutuskan Arga.

Hari ini adalah hari ketujuh alias sudah seminggu Reva menjalin hubungan sama Arga si kapten basket yang tampan, baik, friendly. Dan satu lagi incaran cewek sekolah. Arga memang salah satu cowok most wanted di Nusa Bangsa.

Reva seorang siswi berambut hitam sedikit kecoklatan. Memiliki rambut lurus sepinggang. Dia adalah kapten basket cewek. Walaupun sedikit tomboy namun cantiknya kebangetan membuat semua anak cowok pada terpikat dengan pesonanya. Siapa yang tak mengenal Reva disekolah Nusa Bangsa? Semuanya sudah tahu. Dan sudah hafal sama gerombolan Ayu yang menjadi most wanted disekolah. Lima gadis yang memiliki pancaran aura kecantikan dengan pesona masing-masing.

Walaupun Reva playgirl tak dapat dipungkiri masih saja banyak cowok-cowok yang mengejar dan menyukainya. Padahal sudah jelas Reva sering memainkan perasaan orang. Tapi tidak membuat mereka jera untuk mengejar cinta Reva. Siswi yang sudah terkenal dan populer dengan sebutan playgirl sejati. Apalagi Reva memiliki senyuman yang kelewat manis bikin anak cowok terkapar tak berdaya. Melihat senyuman memikat dari si kapten basket.

Tatapan dari tadi sudah menuju kepada meja yang ditempati oleh Reva dan Arga. Dimana kedua orang itu sedang sarapan bersama. Reva terlihat biasa saja saat ditatap oleh orang-orang. Tapi tidak dengan Arga. Keliatan banget cowok itu risih. Karena menjadi pusat perhatian anak-anak yang ada di kantin.

Arga yang dari tadi terus diperhatikan memang sedikit merasa tidak nyaman. Apalagi dari tadi mereka semua melihat ke tempat Arga dan Reva. Berbeda sekali dengan Reva. Dia terlihat santai dan tidak perduli. Reva sudah terbiasa melihat tatapan-tatapan yang tertuju kepadanya. Bagi dia itu hal lumrah. Dengan tenang Reva menyeruput jus lemonade sambil melihat Arga yang ada didepan dia. Reva melemparkan senyum simpul kepada sangat pacar. Dibalas oleh Arga dengan senyuman manisnya.

"Ga, ada hal penting yang pengen gue omongin sama Lo." Ucap Reva dengan senyuman manis yang terukir cantik di bibirnya. Dia menatap lekat-lekat wajah tampan kekasihnya.

Arga mengerutkan kening, aneh dengan perkataan tepatnya panggilan Reva. Selama mereka berhubungan, dia gak pernah denger Reva bilang Lo-Gue. Walaupun pacarnya sedikit tomboy. Tapi Reva itu selalu lembut dan selalu manja kepada Arga. Dan sekarang tumben sekali Reva mengubah panggilannya.

Dan ada hal penting apa yang akan Reva sampaikan kepada Arga? Kenapa rasanya perasaan dia jadi gak enak. Melihat tatapan Reva dan senyuman manis yang terukir indah dibibir kekasihnya. Rasanya senyuman itu memiliki arti, seperti ada udang dibalik kolor. Belum lagi ditambah dengan tatapan semua orang yang tertuju ke meja mereka berdua. Semakin membuat perasaan Arga tidak enak.

Arga sebentar berdehem dan meminum jus jeruk. Setelah itu dia tersenyum menatap pacarnya. Dimana Reva juga masih senyum manis melihat dia. Arga sama sekali tak bisa mengartikan dengan baik dibalik senyuman Reva.

"Kenapa sayang?" Tanya Arga lembut menggenggam tangan Reva yang ada dimeja.

Reva melepaskan tangannya yang digenggam oleh Arga. Lalu melipatkan tangan di dada. Sedikit mengernyitkan dahi Arga saat Reva melepaskan genggaman tangannya. Apalagi kedua mata hitam Reva terus melihat lurus kedalam retina mata Arga. Semakin membuat Arga deg-degan saat Reva menatapnya seperti itu.

"Kita putus." Ucap Reva pelan, santai dan sangat tenang saat gadis itu mengatakan hal tersebut.

Berbeda dengan Reva yang terlihat santai. Reaksi Arga malah seperti terhantam kapal Titanic. Bingung dan mencelos hatinya mendengar kata putus dari mulut kekasihnya.

"Putus?" Tanya Arga mengulangi perkataan Reva barusan dengan sangat santai Reva mengangguk masih tersenyum menatap Arga yang udah bingung sama perkataannya. Dia tiba-tiba langsung mengatakan putus? Gimana gak kaget Arga dengernya.

Mungkin bagi kebanyakan orang sulit mengatakan putus atau mengakhiri hubungan lebih dulu. Tapi itu tidak berlaku bagi seorang Revalina Putri. Playgirl kelas kakap yang tak kenal apa itu patah hati.

Buat Reva gak ada kata sulit apalagi rumit untuk mengatakan putus. Mungkin kalo cewek-cewek lain banyak pertimbangan. Apalagi Arga itu salah satu cowok ganteng disekolah. Sambil duduk santai masih melipatkan tangannya di dada. Reva melihat raut wajah kebingungan dari Arga yang sekarang notabene mantan kekasihnya.

"Kamu bercanda kan, sayang?" Tanya Arga semoga saja Reva sedang ngeprank, pikirnya...

Reva kembali mengulum senyuman manisnya untuk sang pacar. Em.... Mantan pacar yang sebentar lagi bakalan Reva putusin. Dia menatap Arga yang lagi kebingungan dengan penuturannya barusan. Lantas dia menggeleng kepala pertanda bahwa dirinya sedang tidak bercanda. Reva serius dengan apa yang dikatakannya barusan.

"Gue gak bercanda, gue serius." Ucap Reva dan kembali meminum jus lemonade dengan santainya.

"Gue mau kita putus." Senyum Reva menatap Arga yang keliatan terkejut sama apa yang dia katakan.

"Tapi kenapa kamu minta putus? Apa alasannya? Kita kan baru pacaran. Baru seminggu ini kita jadian. Masa kamu udah putusin aku gituh aja." Ucap Arga masih gak percaya sama apa yang dikatakan Reva.

Selama mereka pacaran gak pernah bertengkar. Hubungan dia dan Reva baik-baik saja. Tapi kenapa tiba-tiba Reva mengatakan putus dengan mudahnya? Pikir Arga.

"Apa aku punya salah sama kamu?" Tanya Arga membuat Reva menggeleng kepala.

"Gak, Lo gak punya salah sama gue."

"Terus kenapa? Kenapa kamu minta putus?"

"Gue bosen sama Lo." Ucap Reva.

Empat kata itu memang sudah menjadi senjata utama dia jika memutuskan hubungannya. Dengan tenang sambil tersenyum menatap Arga yang keliatan, terkejut, syok, kaget. Yang pasti Arga sulit mengekspresikan wajahnya.

Sakit jelas saja! Apalagi Arga diputusin di depan umum seperti ini. Tidak terima itu pasti. Karena Reva merendahkan harga dirinya. Seperti di injak-injak Arga oleh cewek didepannya. Apalagi dia dengan santai, sangat tenang menatap Arga dengan senyuman manisnya. Arga benar-benar sulit mengekspresikan perasaan dia saat ini. Yang pasti dia terlihat kesal dan gak nyangka dengan Reva. Bisa-bisanya dia memainkan perasaan Arga.

Arga baru ingat, seperti yang sudah-sudah. Reva itukan memang seringkali putusin cowok di kantin. Ternyata dia hanyalah salah satu cowok yang singgah bagi Reva bukan untuk menetap. Reva itu memang playgirl yang doyan gonta-ganti cowok. Dan jika kini Reva meminta putus itu hal biasa bukan? Karena memang begitulah sikapnya.

Padahal selama ini Arga begitu menginginkan Reva. Selama ini dia tak pernah mendengarkan apapun yang dikatakan oleh teman-temannya tentang Reva. Tapi bodohnya Arga terperangkap dalam tipu muslihat dari cewek playgirl itu.

"Oke, Aku harap kamu gak nyesel sama pilihan kamu." Ucap Arga berdiri dan menatap sebentar Reva yang sekarang sudah menjadi mantan kekasihnya.

"Nyesel? Sorry, gak ada sejarahnya di kamus Revalina Putri." Senyum Reva.

Ingin sekali Arga mencabik-cabik mulut manis Reva kalo udah berkata itu. Perkataannya memang semanis senyuman yang dimilikinya. Dan bisa-bisanya Arga termakan sampe terperangkap dalam permainan Reva.

Orang-orang yang berada di kantin menatap tak percaya sama kelakuan Reva. Lagi-lagi dia menyia-nyiakan cowok most wanted disekolah. Apalagi alasannya cuma karena bosen. Padahal Arga itu ganteng. Tapi kenapa mudah banget Reva melepaskan Arga tanpa rasa sesal diwajahnya. Itu membuat semua cewek merasa kesal sama tingkah Reva yang sok kecantikan.

Arga mengambil jus jeruk yang sisa dia minum dan langsung saja....

Byur!!!

Arga menyiramkan jus jeruk kepada seragam Reva.

"Kurang ajar Lo, Arga! Berani banget siram gue!" Marah Reva. Spontan dia berdiri pas Arga menyiramnya. Dengan tatapan tajam Reva menatap Arga yang tersenyum miring.

"Itu pantes Lo dapetin! Cewek murahan yang gak ada harga dirinya." Cetus Arga setelah itu pergi meninggalkan kantin.

"What?" Ujar Reva terlihat kesal saat Arga menyiramnya. Berani banget Arga melakukan hal kurang sopan kepada Reva. Pake segala ngatain dia gak punya harga diri dan cewek murahan.

"Ngomong aja Lo gak terima gue putusin!" Kesal Reva dan Arga tidak perduli sama omongan Reva. Cowok itu terus berjalan meninggalkan kantin dengan muka merah padam menahan emosi. Sekaligus malu karena ulah Reva yang memutuskannya di kantin.

Semua orang di kantin tentu saja merasa senang melihat Reva yang di siram oleh Arga. Terutama cewek! Karena itu pantas Reva dapatkan. Seringnya dia memainkan cowok-cowok ganteng disekolah. Apalagi semua cowok selalu saja kepincut sama Reva. Bikin semua cewek iri dengan Reva yang mudah sekali mendapatkan hati cowok famous dan most wanted.

Berbeda dengan anak cowok yang merasa kesal melihat Reva yang di siram jus oleh Arga. Walaupun Reva ini playgirl, udah dibilang banyak cowok yang ngantri buat jadi pacarnya. Walaupun jadi bahan koleksi mantan doang. Mereka tidak perduli. Yang penting mereka bisa jadi pacar Reva walaupun cuma satu minggu.

Reva berdecak kesal saat dia disiram oleh Arga. Apalagi seragamnya warna putih. Jelas saja nanti ada noda kuningnya. Reva terus mengumpat Arga si cowok sialan. Baru pertama kali seorang Revalina Putri di siram jus setelah memutuskan cowok. Lagian Revanya juga sih sok kecantikan! Masih untung disiram. Gimana kalo di gampar Arga barusan? Bisa langsung setruk Reva.

Buru-buru saja Reva keluar dari kantin sebelum noda kuning jus jeruk semakin berbekas. Apalagi seragamnya yang basah berwarna putih. Takut-takut nanti malah mencetak tubuh bagian dalamnya.

Reva berjalan dengan tergesa-gesa menuju toilet. Dia lagi ngedumel, mengumpat, pokoknya dia benci sama si Arga. Kurang ajar berani banget menyiram dia. Reva kan jadi harus ke toilet buat bersihin seragamnya yang kotor.

"Emang bangsat si Arga!" Umpat Reva.

Reva membuka pintu toilet sambil mengumpat kesal.

Brugh!

"Awh.... Kalo buka pintu itu liat-liat dong!" Kesal orang yang terkena hantaman pintu yang dibuka Reva barusan.

Orang itu sampe harus duduk dan pantatnya harus mencium lantai. Reva gak tahu kalo ada orang yang akan keluar dari toilet.

"Lagian Lo nya juga!!! Kalo mau keluar toilet itu pake mata bukan pake kaki!" Omel Reva.

"Kok jadi Lo yang nyolot!" Marah orang itu, dia langsung berdiri dan menatap Reva sinis.

"Kenapa gak terima?" Tanya Reva masih dengan nada ketusnya.

"Emang gak punya otak Lo! Udah tau salah gak minta maaf!"

"Budu amat!"

Mendengar perkataan Reva barusan semakin naik pitam dia. Apalagi Reva kayak mancing emosinya di pagi hari. Orang itu langsung menatap Reva tajam. Sangat tajam!

"Apa Lo liat-liat? Gue tau gue emang cakep." Ucap Reva membuat orang itu menatap jengkel.

"Ngeselin banget sih Lo jadi orang!"

"Nyenyenye..."

"Isshhhh ada yah orang bentukan kek lu!"

"Ada lah! Ini buktinya cewek didepan Lo begitu cantik."

"Cih amit-amit!" Juteknya memutarkan bola mata.

"Ah nggak ah, gue itu imut-imut bukan amit-amit."

Sumpah Reva kok ngeselin bet. Dia sampe mendelik tajam melihat Reva. Dia berjalan lebih mendekati Reva menatap lebih sinis dan mematikan. Tak lupa mengepalkan kedua tangannya. Siap buat nabok bolak-balik muka sok kecantikan dari playgirl kembang bangke macem Reva.

Sedangkan Reva terlihat santai dan membalas tatapan orang yang siap-siap buat membunuhnya. Begitu tajam dia menatap Reva. Tapi Reva gak takut ngeliat kedua iris mata gadis itu yang sangat tajam. Dia malah terlihat menantang gadis yang siap buat mencakarnya.

"Kenapa? Terpesona liat muka cantik gue. Sampe Lo gak berpaling ke lain arah." Cetus Reva.

"Paan sih! Kepedean Lo jadi orang." Juteknya dan semakin-makin ingin menenggelamkan Reva kedalam toilet.

"Itu muka apa boneka santet sih? Kok gemesin banget kalo lagi marah." Ucap Reva malah makin tengil memancing amarah dari gadis didepannya. Habis mukanya kiyowo pas lagi kesel. Bikin Reva terkekeh melihat muka imutnya.

"Minggir! Gue mau lewat." Ketusnya menatap sinis pada Reva yang lagi berdiri diambang pintu.

"Boleh, asal jangan lewat hatiku aja. Soalnya kamu lebih cocok menetap daripada melewati."

Cewek itu langsung bergidik jijik waktu di gombalin Reva. Apa sih yang bikin cowok-cowok sampe kelimpungan sama Reva? Padahal kalo dia pribadi malahan najis banget liat bentukan Reva. Belum lagi sama senyumannya, menyebalkan banget bikin jengkel hati. Tanpa pake lama dan daripada harus berlama-lama sama Reva, dia mending pergi. Tak lupa mendorong keras tubuh Reva yang berdiri didepannya.

Dugh!

"Aw...." Ringis Reva waktu tubuhnya didorong sampe menghantam pintu.

Cewek itu malah terlihat acuh dan tidak perduli. Dia ingin keluar dari toilet dan pergi melewati Reva begitu saja. Mimpi buruk apa dia semalam? Pagi-pagi udah bertemu manusia playgirl kembang bangke di toilet, Dumelnya kesal.

Reva yang tidak terima dirinya main di dorong saja menarik pergelangan tangannya. Entah Reva yang terlalu keras atau emang cewek itu aja yang lembek dan gak tau pas Reva bakalan menarik tangannya. Tubuh dia sampe ketarik dan menubruk tubuh Reva. Tanpa sengaja dia memegang kedua bahu Reva. Refleks Reva juga memegang pinggangnya saat dia akan jatuh.

Deg!

Sedikit tertegun mereka berdua. Apalagi dengan posisi mereka yang terlalu dekat. Reva didepan mukanya hanya berjarak beberapa centi. Bahkan sampai hembusan nafas Reva terasa di kulit wajahnya. Belum lagi dengan tatapan lekat Reva yang menatapnya, Ya Tuhan.... Jantung dia langsung berdebar-debar tak karuan saat bertatapan sedekat ini dengan Reva.

Reva?

Sama tertegunnya! Dia malahan hanyut didalam mata hitam yang menariknya untuk masuk kedalam pesonanya. Untuk pertama kali Reva dibuat terpikat melihat kedua mata hitam yang sedang menatapnya.

Mata yang indah. Batin Reva.

Kedua manusia itu malah saling bertatapan dan mengagumi satu sama lain. Karena bagaimanapun dia akui bahwa Reva itu cantik, manis, memiliki tatapan serta senyuman memikat. Siapa yang tak terpikat oleh pesona Reva yang memang bisa dikatakan tidak ada kecacatan sedikitpun. Walaupun dia kapten basket. Tapi sikap tomboynya malah semakin membuat para cowok mengejar. Buru-buru saja dia mengerjapkan mata, what? Sejak kapan dia jadi mengagumi fisik Reva. Najis iya! Umpatnya.

Cepat-cepat saja mereka berdua melepaskan diri masing-masing. Setelah sadar dengan situasi yang terjadi. Keduanya mengalihkan pandangan ke lain arah. Reva menggaruk belakang kepalanya yang tiba-tiba gatal, dia jadi kikuk. Begitupun sama cewek itu yang membuang muka dan melihat ke sekelilingnya. Apalagi muka dia terasa memanas dan bisa dipastikan sudah memerah akibat berpelukan dengan Reva barusan.

Kenapa keduanya jadi gugup? Mungkin ini kali pertama keduanya sedekat itu. Reva juga gak nyangka bisa berpelukan sama cewek didepannya ini. Padahal mereka berdua terlihat tidak akur dan selalu saja bertengkar kalo ketemu.

Saat cewek itu mengalihkan pandangannya ke segala arah. Reva malah melihat kearahnya dan tersenyum. Gak nyangka Reva bisa berpelukan sama cewek yang teramat sangat membencinya. Padahal Reva gak pernah cari masalah sama dia. Tapi gak tau kenapa dia sangat membencinya.

Reva memperhatikan postur tubuh dari gadis yang barusan tak sengaja menabrak pintu akibat ulahnya. Gadis itu memang pendek cuma sedada Reva doang. Tapi bagian tubuhnya begitu terisi semua. Bentuk bodynya sempurna. Pinggul yang terlihat ramping, tubuh yang proporsional. Body pelukable banget! Pantesan tadi enak banget pas dipeluk, pikir Reva.

Apalagi dia memakai seragam olahraga yang pas ditubuhnya. Sangat menampakkan bentuk body yang amat sempurna. Reva terus mengamati sosok gadis yang ada didepan dia. Sepertinya Reva gak bisa beralih melihat ke arah lain. Dunianya teralihkan oleh ciptaan Tuhan yang begitu cantik didepannya.

Mata Reva beralih ke bawah, dimulai dari menyelusuri leher dan berhenti tepat ke kedua benda yang padat berisi. Ternyata barusan yang padat dan sangat terisi menempel pada dadanya adalah itu. Sampai Reva bisa merasakan bentukannya saat itu menempel padanya.

Glek!

Reva dengan susah payah menelan saliva. Entah kenapa dia keringetan dan gugup banget saat matanya menangkap dua benda yang tercetak saat gadis itu memakai seragam sekolah. Mata Reva nakal terus mengamati dan melihat. Tak ada niat sedikitpun Reva untuk mengalihkan pandangannya.

Mendengar tidak ada suara dari mulut Reva membuat cewek itu merasa heran. Tumben amat mulut nyerocos Reva gak ada ngomong sama sekali. Dia pun melihat dengan ujung mata dan membulatkan mata melihat Reva yang seperti sedang memperhatikannya. Belum lagi arah mata Reva terus saja melihat kearah dadanya. Ternyata selain playgirl Reva juga mesum anaknya. Padahal dia cewek! Tapi kok suka liatin.

Orang itu terlihat risih melihat Reva yang terus menatapnya tanpa berkedip. Manaan Reva terus memperhatikannya seperti itu. Seperti menelanjangi dia lewat tatapan matanya. Dari tadi Reva terus melihat ke arah sensitifnya. Apalagi manusia playgirl itu malah seperti mengamatinya.

"Liatin apa Lo!" Kesalnya saat Reva menatap kearah gunung kembar miliknya.

"Gak ada." Ucap Reva entah kenapa mukanya memerah seperti kepergok sedang mojok di kebun duren. Manaan tuh cewek kayak mau bunuh Reva lewat matanya. Lagian kenapa mata Reva belanja banget pake segala ngeliatin dua gundukan besar yang menonjol itu.

Reva yang gak mau terlalu lama sama gadis itu. Dia ingin masuk kedalam toilet. Langkah kakinya kembali terhenti mendengar perkataan yang terlontar dari mulut cewek yang ditabraknya barusan.

"Dasar playgirl murahan!" Cibirnya.

"Ngomong apa Lo tadi Jenny Syifa Almira?" Tanya Reva menatap sengit.

"Apa? Gue bilang Revalina Putri itu playgirl murahan!" Tantang Mira membuat Reva ingin menarik mulutnya.

"Berani mulut Lo ngomong gituh sama gue, hah?!!!"

"Kenapa tersinggung sama omongan gue? Tapi emang bener kan. Kalo Lo itu murahan yang sukanya sana sini nempel!" Sinis Mira melipatkan tangan di dada. Dia membalas tatapan Reva dengan mata tajamnya.

Reva senyum miring mendengar perkataan Mira barusan. Padahal selama ini Reva gak pernah punya urusan sama Mira si leader cheers. Mungkin salah satu Queen idola sekolah yang digilai oleh kaum Adam. Wajar kan? Mira punya bentuk body yang seksi dan teramat sempurna disetiap bagian.

Orang yang ditabrak Reva barusan itu memang Jenny Syifa Almira atau kerap dipanggil Mira. Dia yang lagi mau ganti seragam olahraga. Saat mau keluar tau-tau Mira malah ketemu sama si playgirl kembang bangke. Membuat Mira sebal saja melihatnya. Gak tahu kenapa dia benci banget sama Reva.

Reva itu sama kayak Rara, sama-sama suka sekali memainkan perasaan orang. Dan menurut Mira. Semenjak Rara bergaul sama Reva. Kakaknya itu jadi nakal dan ikut-ikutan suka memainkan perasaan orang. Mungkin karena itu Mira terlihat tidak suka sama Reva. Yang sudah dicap sebagai Playgirl kelas kakap di SMA Nusa Bangsa. Apalagi Reva itu mantan Arlo, pacarnya.

"Gue gak pernah punya urusan sama Lo. Tapi kalo Lo mau berurusan sama gue, boleh." Ucap Reva menarik tangan Mira yang sudah ada di ambang pintu. Dia kembali menarik Mira agar masuk kedalam toilet.

"Paan sih! Lepasin gue!" Omel Mira saat Reva mencekal pergelangan tangannya cukup kuat.

"Kalo gue gak mau gimana?" Ujar Reva dengan seringainya.

Reva menghempaskan tangan Mira secara kasar. Dia menutup pintu sambil berjalan mendekati Mira dengan seringainya. Apalagi gadis itu terus mendekati Mira. Membuat si leader cheers terus memundurkan langkah ke belakang.

"Kenapa Mir? Kok Lo malah mundur."

Sial! Kenapa dia jadi serem gituh sih! Batin Mira.

Pertama kali Mira melihat smirk dibibir Reva. Sebelumnya dia gak pernah liat Reva menyeringai seperti iblis. Walaupun selama ini Mira selalu memancing keributan dan selama itu juga Reva fine-fine aja. Tapi kali ini.... Dan jujur Mira sedikit ketakutan melihat seringai licik yang tercetak dibibir Reva.

Dugh!!!

Mira mengumpat kesal saat tubuhnya sudah terpojokkan. Sekarang dia sudah berdiri sangat dekat dengan tembok toilet.

Reva?

Masih saja menyeringai seperti setan dan melangkah mendekati.

"Selangkah lagi Lo maju! Jangan salahin gue. Kalo Lo... Gue pukul." Ancam Mira, dan Reva malah ketawa mendengarnya.

Apa yang lucu coba? Pikir Mira heran melihat Reva yang malah ketawa.

"Reva!" Melotot Mira saat Reva terus saja melangkah maju.

"What baby girl?"

Blush....

Arrrhhh! Ini kenapa sama kedua pipi Mira yang malah memanas saat Reva memanggilnya baby girl. Apalagi suaranya yang terdengar berat dan teramat serak. Bikin seluruh bulu kuduk Mira berdiri. Tanpa disadari Mira menelan saliva saat tubuhnya terasa memanas dengan godaan Reva yang sedang menggodanya. Apalagi smirknya bukan malah terlihat menyeramkan. Tapi kenapa Mira terasa tergoda melihat seringainya.

Gak astagfirullah Almira!!!! Reva cewek! Batin Mira.

Jangan sampe Mira sama kayak Dara yang tergoda oleh cewek. Tapi kenapa cewek terlihat lebih seksoy dibandingkan cowok. Belum pernah sebelumnya tubuh Mira memanas saat berdekatan bersama Arlo. Malahan terasa biasa saja saat mereka berduaan. Tapi kenapa sama Reva rasanya seperti lebih beda apalagi melihat tatapan dan sorotan matanya melemahkan jantung Mira.

Saat Mira asik memandangi Reva sambil pikirannya kosong melompong terbang ke awan. Tanpa sadar Mira! Tau-tau Reva sekarang sudah menghimpit tubuh pendeknya sama tubuh jangkung yang Reva miliki.

Reva mendekati wajahnya sambil memegang dagu Mira menggunakan tangan kanannya.

"Reva kalo Lo macem-macem gue bisa teriak. Dan anak-anak bisa langsung masuk kedalam toilet setelah itu gebukin Lo!" Ancam Mira.

"Ngapain anak-anak gebukin gue? Emangnya gue mau ngapain Lo sampe anak-anak gebukin gue?" Smirk Reva.

Deg!

Awhhh! Gak bisa ini, gak bisa! Masa Mira berdebar-debar jantungnya melihat senyuman miring yang tercetak dibibir Reva. Astagfirullah Mira! Kayaknya dia harus mandi tujuh sumur, pikir Mira.

"Karena.... Karena.... Ya karena...." Gugup Mira dan matanya udah melihat kesana-kesini. Dia gak sanggup melihat tatapan Reva yang menggetarkan hatinya.

"Karena apa?" Tanya Reva membuat Mira menatap tajam kepada Reva yang malah seperti meledeknya.

"Reva gue lagi serius!"

"Emangnya gue lagi bercanda, Hem?"

Mira mengepalkan tangannya dan saat akan menampar. Reva lebih dulu memegang tangannya. Dia masih tersenyum melihat Mira. Kenapa sekarang rasanya senyuman Reva terlihat sangat candu sih? Bikin Mira ingin menciumnya--- eh.

"Lo nampar gue, fatal akibatnya."

"Sumpah gue baru tau kalo ternyata Lo itu ngeselin!"

"Emang menurut Lo gue kayak gimana?"

"Tau ah!"

Mira ingin pergi, dia ingin terbebas dari manusia serigala ini. Tapi tangan kiri Reva lebih dulu melingkar pada perutnya dan tangan kanan dia masih memegang tangan kanan Mira. Reva menghimpit tubuh Mira masih dengan senyumannya. Kenapa Reva suka banget tersenyum? Padahal dulu Mira sangat membenci senyuman iblis itu yang sedang menatapnya. Kini, kenapa rasanya Mira menyukai senyuman yang sedang terukir manis itu.

Mira buru-buru sadar atas apa yang dipikirkannya. Astaga Mira! Ini Reva bukan Arlo. Ngapain coba dia malah terlena sampe terbuai oleh senyuman itu. Mira kembali menatap Reva tajam dengan mata hitamnya. Dia jangan keliatan terpesona oleh senyuman sialan milik Reva.

"Lepasin gue Reva!" Sentak Mira saat Reva berdiri sangat dekat sama dia belum lagi dengan mukanya yang ada didepan dia, sangat dekat.

"Cewek secantik Lo, gak pantes pacaran sama Arlo." Ucap Reva menarik tubuh pendek Mira ke tubuhnya. Agar lebih mendekat.

"Rev---"

Chup!!!

Belum sempat menyelesaikan perkataannya. Bibir ranum Mira lebih dulu dibungkam oleh bibir Reva. Detik itu juga jantung Mira berhenti berdegup saat bibirnya disentuh oleh gadis yang sangat dia benci dunia akhirat. Mira gak nyangka kalo Reva akan melakukan hal senekat ini sama dia.

Reva menciumnya?

Musuh bebuyutan Mira dari kelas X sampe sekarang gak pernah akur. Yang benar saja Reva menciumnya? Mira berontak ingin melepaskan diri dari kungkungan gadis jangkung itu. Nihil! Tenaganya kalah oleh kekuatan Reva yang terus mendekap tubuhnya. Mira terus dikunci oleh pergerakan Reva. Tangan gadis itu masih melingkar cantik di pinggang rampingnya.

Tubuhnya dikunci oleh tubuh Reva. Tinggi badan Mira kalah telak oleh tinggi badan Reva. Itu yang membuat dia kesusahan untuk melepaskan bibir Reva yang terus menciumnya. Berkali-kali Mira memukuli bahu Reva pake tangan kiri. Karena tangan kanannya masih dipegang dan di kunci oleh Reva. Tapi tak ada tanda-tanda dia kesakitan oleh pukulannya.

Masih dengan pautan di bibirnya. Reva mencium bibir Mira dengan rakusnya. Apalagi Reva begitu kasar menciumnya membuat Mira kesakitan. Saat bibirnya di gigit kuat-kuat oleh si playgirl kembang bangke. Tangan Mira yang dari tadi memukuli bahunya. Ditahan dan mengunci di atas kepala Mira. Karena dia merasa terganggu oleh pergerakan Mira.

"Arrrhhh.... Reva...." Ringis Mira disela-sela ingin melepaskan ciumannya.

Tapi Reva kembali merapatkan tubuhnya membuat Mira kesusahan saat ingin menjauh dari syaiton satu ini. Mira sedikit meringis saat Reva terus menciumnya secara kasar. Tangan yang dari tadi dikunci oleh Reva meremas tangan Reva yang menggenggamnya. Bukan karena Mira menikmati ciuman Reva tapi dia baru tau ternyata begini rasanya ciuman? Sungguh ia baru tau. Karena sebelumnya Mira tidak pernah berciuman walaupun dia punya pacar. Dan Reva adalah ciuman pertamanya. First kiss Mira? Demi apa Reva yang menjadi ciuman pertamanya.

Tidak perduli dengan kesakitan dan rintihan Mira. Reva terus saja mencium Mira begitu kasar. Gak tau kenapa Reva doyan atau emang kesel sama perkataan Mira yang berani sekali mengatakan bahwa dia playgirl murahan. Yang pasti Reva masih terus melumat bibir seksi milik Mira.

Ceklek!!!

Pintu toilet terbuka menampakkan Dara, Disti, Orin dan juga Anna yang ingin berganti seragam. Hari ini kelas XII-D memang pelajaran olahraga. Mereka berempat sontak kaget waktu melihat Mira yang berciuman sama Reva. Tepatnya Reva yang secara paksa mencium Mira.

Mata keempat sahabat Mira langsung terbelalak melihat Reva dan Mira yang.... Ya ampun mereka berdua berciuman.

Brugh!

Dara sampe menjatuhkan seragam olahraga yang dia pegang. Saking melongo melihat Mira dan Reva.

"Ya Allah mata neneng ternodai!" Cetus Orin menutup kedua matanya pake telapak tangan.

"Lo Kristen bego!" Omel Disti.

"Oh iya!!! Neneng lupa." Kata Orin menepuk jidatnya sendiri.

Anna cekikikan terkadang dia heran siapa yang beragam islam disini? Orin sama Dara kalo kaget selalu menyebutkan kalimah-kalimah yang baik dan sopan. Sedangkan Anna, Disti dan Mira terkadang malah kasarnya nauzubillah.

Mendengar suara kebisingan di ambang pintu dengan berat hati Reva melepaskan ciumannya dan melihat sahabat-sahabat Mira yang udah bermacam-macam ekspresi mukanya. Pasti aja mereka semua kaget.

Shit!! Ganggu banget sih mereka! Batin Reva kesal.

Reva melihat Mira yang masih menatapnya tanpa berkedip. Sekilas senyum melihat gadis itu. Apalagi melihat ekspresi Mira yang sangat menggemaskan.

"Thanks for kissing, baby girl." Bisik Reva didepan bibir Mira. Dia mengedipkan sebelah matanya.

Setelah itu Reva buru-buru pergi meninggalkan Mira yang masih terpaku ditempatnya. Reva menyingkirkan tubuh keempat sahabat Mira yang masih berdiri depan pintu sambil cengo.

Mira?

Masih diam, dia gak percaya sama apa yang Reva lakukan. Ya ampun Mira sampe terkena mental!