webnovel

Daughter of the goddess of the moon

Takdir seakan membuat gadis bernama Zalthea Scarlett itu menjadi benang merah. Di setiap pertemuan yang menyangkut dirinya akan berakhir menjadi ikatan abadi. Kelahiran tiga anak kembarnya yang berawal dari sebuah kesalahan yang membuat ia pergi dari rumah dan memilih tinggal di Alaska, Jauh dari keluarganya. Membuat ia bertemu dengan sang kakak kandung yang mencarinya selama ini. Banyak misteri dalam hidupnya dan ditambah ia bukanlah seorang manusia biasa melainkan salah satu mahluk immortal, werewolf !? Meski tak ada tanda–tanda pada dirinya bahwa ia adalah mahluk itu. Dan yang membingungkan lagi tiga anaknya memiliki wujud Werewolf sedari bayi. Hingga suatu hari ia bertemu dengan pria yang memiliki wajah mirip dengan kedua putrannya. Pria itu bernama Jacob Dracon Echevaliar. Werewolf yang di segani di dunia immortal dan di sebut sebagai King oleh mereka. Entah kebetulan apa yang terjadi Zea merasa sangat kenal dengan pria itu? Tapi bagaimana bisa? Dan saat Zea menemukan sosok wolf dalam dirinya. Wolf–nya malah memanggil sang king sebagai mate, atau pasangan abadinnya! Takdir macam apa ini? Dan apa kah Jacob juga meraskan bahka Zea adalah matenya? Padahal semuanya tau bahwa sang king sudah memiliki pasangan abadi. Apakah yang moon goddes takdirkan untuk mereka ? hanya moon goddes yang tau.

RaraAthava_110703 · Fantasi
Peringkat tidak cukup
17 Chs

Part 11.

Sean dan kedua saudaranya berlari memutari taman belakang agar ibunya tidak menangkap mereka. Hari ini Zea mengambil cuti demi menemani ke tiga anak-anaknya bermain bersama. Mereka begitu cepat berlari sampai–sampai Zea kelelahan mengejar ke tiga bocah berusia tiga tahun itu.

Zea berhenti berlari dan mengatur nafasnya yang sedag memburu. "Sa... hah... hah ... sayang, berhenti berlari Mom cape. Kita isirahat dulu" Ucap Zea sambil duduk di bawah pohon mangga di bagian kanan ujung taman.

Sean dan kedua saudaranya berhenti berlari dan segera menghampiri Zea. "Mom, are you okey?" tanya Dei sambil duduk di samping Zea.

"Mommy hanya cape, kemari duduk di samping Mommy. Dei pindah di pangkuan Mom yah?"

Dei pun langsung pindah setelah mengangguk menjawab Zea. Dei duduk di pangkuan Zea sedangkan Sean dan Nico duduk di samping kanan dan kiri Zea sambil bersandar dengan nyaman di samping Zea.

Zea merangkul Sean dan Nico ke dalam pelukannya sambil bergumam. "Mom sangat mencintai dan menyayangi kalian. Kalian adalah harta berharga Mommy" Lirihnya tetapi masih bisa di dengar oleh Sean, Nico dan Dei. Mendengar ucapan ibu mereka, mereka memeluk Zea dengan erat sebagai balasan ucapan Zea.

Di saat Zea tengah menikmati sejuknya duduk di bawah pohon mangga. Diandra dan Reila menghampirinya dengan wajah gelisah.

Zea menatap kedua sahabatnya dengan dahi berkerut. "Hei, kenapa dengan kalian? kanapa Kalian terlihat khwatir begitu ada apa?" tanya Zea sambil berdiri dari duduknya dengan di ikuti oleh Sean, Nico dan Dei.

Deira mendongak menatap Zea. "Mom, sepertinya ada tamu penting yang datang ke rumah" Ucap Dei dengan wajah polos.

Mendengar ucapan putrinya Zea kembali menatap Diandra dan Reila setelah menatap Dei. Kedua gadis itu mengangguk.

"Iya Ze, paman Hendra dan bibi Laila ke sini"

Mendengar ucapan Reila membuat Zea reksfles membawa ke tiga anaknya mendekat. "D–Dad dan Mom disini?" tanyanya dengan wajah pucat.

Diandra mengangguk. "Bukan hanya mereka, Ka Rendra juga ada dan mereka juga membawa seorang pria yang entah siapa? Tapi matanya sama sepertimu Zea. Biru saphire walaupun dia lebih agak lebih tua. Warna matanya maksudnya" Ucap Reila lagi.

Diandra menarik tangan kanan Zea. "Tenang aja Zea. Kami bersamamu, kita ceritakan pada mereka sedikit demi sedikit" Ucap Diandra mengetahui ketakutan Zea. Meski masih ragu tapi Zea tetap mengangguk. "Baiklah" Gumamnya pelan kemudian menoleh ke pada ke tiga anaknya.

Zea berlutut di depan ke tiga bocah itu. ia belai pipi mereka satu–persatu. "Boleh Mom meminta sesuatu?" ke tiganya saling memandang sebelum mengagguk kompak.

"Mom ingin kalian berada di dalam kamar dulu sampai mom memanggil. Apakah kalian bisa menanggupinya?"

Mereka tampak berpikir. "Memangnya siapa yang berkunjung mom?" tanya Nico.

Zea menghembuskan nafas berat. " Nenek dan kakek kalian."Jawaban Zea membuat Nico dan Dei terkejut tapi tidak dengan Sean.

Bocah itu hanya diam sambil selalu menatap zea dengan wajah datarnya.

"Tapi kenapa Mom? Kami juga ingin bertemu dengan Granpa dan Granma" Protes Nico karena ia dan kedua saudaranya belum pernah sama sekali bertemu dengan keluarga dari ibu mereka.

Zea mengulum senyum mendengar ucapan Nico. "Mom tau. Mom juga ingin mempertemukan kalian dengan mereka tapi tidak sekarang. Mom harus menceritakan sesuatu dulu pada mereka agar mereka bisa menerima kalian dengan baik. Jadi mom mohon kalian mengertilah, Mom pasti akan mempertemukan kalian tapi nanti, okey?" ucap Zea.

Nico menghela nafas dan mengangguk pelan sambil menatap ke arah sean yang juga menatapnya. "Baiklah Mom"

***

Zea memasuki mensio melalui pintu rahasia yang berada di balik gudang di belakang mensio. Pintu itu menghubungkan zea kekamarnya. Diandra, Reila dan ketiga bocah itu terkejut. Mereka sama sekali tidak mengetahui bahwa di gudang itu terdapat pintu rahasia yang menyambung ke kamar zea bahkan di sekitar lorong itu juga memiliki beberapa pintu ruangan rahasia milik zea dan Rendra kakaknya.

"Wow!! Aku tidak tau kalau di rumah ini ada ruangan dan pintu rahasianya" Pekik nico saat sampai di kamar milik ibunya.

"Tentu saja, karena mom menyembunyikannya" Ucap zea sambil membuka lemari hitam di depan ranjangnya yang berukuran size king.

Zea menyuruh ke tiga anaknya mendekat. "Masuklah kedalam dan buka pintu dalam lemari ini" ucap Zea.

Nico melongo mendengar ucapan ibunya. "Lemari di dalam pintu? Aww!!" ringis Nico saat kepalanya di jitak oleh Sean.

"Kebalik, pintu di dalam lemari. Ayo cepat masuk kau sangat lamban" Ucap sean sambil mendorong Nico setelah bocah itu membuka pintu penghubung ke kamar Sean.

"Dei, ayo" panggil sean sambil memuculkan kepalanya dari balik pintu.

Dei mengangguk sebelum ia masuk ke sana, ia lebih dulu mencium pipi zea kemudian menyusul kedua saudaranya.

"Ayo, Zea kita di tunggu di bawah" Ucap Diandra sambil membuka pintu kamar Zea.

***