-------------
Buk buk buk buk!
Para tamu berhambur keluar dari brothel, beberapa pengawal pemerintah sudah mengepung brothel besar itu, dengan cepat tempat yang sangat ramai tadi tiba-tiba kosong, meninggalkan para wanita pekerja dan pelayan saja.
FeiEr dan SongEr yang baru tiba mengerutkan dahi melihat betapa semua orang berlarian pergi dengan takut, pasti telah terjadi sesuatu yang sangat besar di sana,
"Fei" ujar SongEr menunjuk ke lantai dua di mana para pengawal pemerintah sudah bersiaga, tanpa pikir panjang FeiEr masuk, firasatnya mengatakan mungkin sesuatu yang buruk telah terjadi.
Di dalam kamar, TangYi duduk di atas kursinya di tengah ruangan, sementara pemilik brothel, madam Yu dan para pelayannya, juga LeNing dan pelayannya berlutut tak jauh di depannya.
AYao menuangkan teh ke dalam cangkir dan menyerahkannya pada TangYi.
Dengan cepat seorang pria yang di duga tabib juga sudah memeriksa keadaan HongEr yang tak sadarkan diri.
Semua yang berlutut di depan TangYi gemetar, entah apa yang akan putra mahkota itu lakukan tapi mereka bisa merasakan aura kemarahan sangat kuat hingga udara di sekitar sangat pengap dan menakutkan.
"A Yao, berikan belatimu pada madam Yu" ujar TangYi sambil meniup teh panasnya.
Sejenak AYao tak begitu mengerti tapi apapun perintah putra mahkota selama ini ia tidak pernah mempertanyakannya.
"Sheet" suara belati kecil dan tajam keluar dari sarungnya yang tergantung di pinggang a Yao.
Ia maju dan menyerahkannya pada madam Yu yang terlihat gemetar saat menerima belati itu dengan dua tangannya.
"Y Yang Mulia h hamba" suaranya gentar, apa putra mahkota menginginkan ia bunuh diri?
Sementara LeNing berusaha bersikap tenang, bagaimanapun ia cucu mantan guru besar negara, putra mahkota tidak mungkin melukainya.
Buk buk buk buk
Dari arah pintu muncul FeiEr dan SongEr.
"HongEr!" Seru Fei, ia melihat sekitar kamar mencari adiknya dan membelalakkan matanya lebar saat melihat HongEr terbaring di atas ranjang.
"Hong!" Ia dan SongEr mendekat cepat.
FeiEr segera menopang kepala HongEr yang perlahan membuka matanya,
"Hong apa yang terjadi padamu? Kau berdarah, Kak Yi ini ada apa?" Tanya Fei.
TangYi menunjuk pada orang-orang yang berlutut di depannya.
"Aku sedang menghukum pelakunya, Fei kau bawa Hong kembali ke kediaman SangGuan, biarkan tabib kembali memeriksanya di sana, aku ada urusan sebentar di sini"
FeiEr tidak membantah, lagipula sekarang prioritas utama adalah HongEr yang setengah sadar, ia mengangkat tubuh lunglai HongEr dan keluar kamar, sejenak ia berhenti di depan LeNing, menatapnya tajam dan marah, ia tahu ini pasti perbuatan gadis manja itu, tapi ia tidak akan memperdulikannya kini, sepertinya kak TangYi lebih marah darinya melebihi apapun, ia tidak akan banyak bertanya soal apa yang bisa ia lakukan terhadap orang yang menganggu apalagi melukai HongEr.
SongEr membantu FeiEr membawa HongEr keluar.
Buk buk buk buk
Suara langkah kaki cepat menuruni tangga.
TangYi melirik orang-orang di depannya.
"A Yao, apa, kau sudah mematahkan dua kaki dan tangan pria tadi?" Tanyanya, aYao menghormat.
"Sudah Yang Mulia"
**Patahkan kaki dan tangan, TangYi tidak sekejam itu, ia hanya menyerahkan pria yang merupakan seorang pedagang kain kaya raya ke pihak berwajib dan membiarkan pengadilan yang menghukumnya, tentunya setelah mendengar kesaksian pria itu tadi.
Mendengar itu madam Yu makin gentar, ia makin menurunkan tubuhnya yang subur berlutut dalam.
"Ampun Yang Mulia, ampuni hamba, hamba t tak tahu, ka kalau nona LeNing, mem membawa tuan muda itu ke sini, hamba mohon ampuni hamba"
LeNing berusaha berani, ia nona besar, dari keluarga yang terpandang, walau putra mahkota sekalipun tidak mungkin sembarang menghukumnya.
"Yang Mulia, hamba, hanya mengajaknya ke sini, tidak menduga kalau, hal seperti ini akan terjadi, mengingat keluarga hamba, hamba yakin putra mahkota tidak akan begitu mempermasalahkan hal kecil ini"
TangYi menurunkan cangkir tehnya, ia tersenyum, hampir tersedak mendengar ucapan yang terdengar agak angkuh dari gadis muda itu.
"He, anda, ingin mengajarkan saya soal bagaimana menyelesaikan masalah ini?"
LeNing menurunkan kepalanya cepat.
"Hamba tidak berani"
TangYi menurunkan satu kakinya ke atas lantai di mana ia duduk menyilangkan kakinya tadi.
"Siapapun yang berani menyentuh adikku HongEr, walau hanya ujung rambutnya sekalipun akan mendapat segala yang terburuk dariku, lalu, menurutmu, apa yang akan ku lakukan sekarang?"
TangYi menyeringai, ia tahu sudah membuang waktu berharganya di sana, dan ia sudah tidak sabar ingin melihat kondisi HongEr, tapi kemarahannya belum mereda.
"AYao" satu kata darinya dan AYao sudah berdiri di samping madam Yu.
"Y Yang Mulia ampuni hamba" gentar madam Yu.
"Aku bisa mengampunimu, walau aku tidak yakin dengan apa yang akan dilakukan keluarga dari HongEr, untuk saat ini, aku akan melepaskanmu, dengan satu syarat"
Madam Yu makin gentar, ia tak berani sedikitpun mengangkat kepalanya.
"Aku melihat luka panjang di dagu adikku tersayang, dan punggung tangannya tersiram lilin panas, madam Yu, pilihannya ada pada anda, aku akan menutup brothel anda selamanya dan melempar anda ke penjara, atau, anda lakukan apa yang sudah gadis ini lakukan pada adikku tersayang, sangat sederhana sekali" TangYi menunjuk pada lilin yang menyala di sampingnya, ia menahan geram melihat punggung tangan Hong yang merah karena disiram lilin panas.
"Kau tahu apa yang harus dilakukan dengan lilin ini, untuk setiap mili luka di tubuh adikku, yang paling kecil sekalipun, kau akan mendapatkannya berkali lipat dari itu" suara TangYi geram.
LeNing membuka matanya lebar, ia tidak menyangka putra mahkota akan begitu kejam padanya. TangYi mengibaskan tangannya meminta AYao bertindak.
AYao sudah berdiri di depan madam Yu yang gemetar.
"Madam"
Pelayan LeNing melengking.
"Nona"
Madam Yu melirik gadis itu, menggerakkan kepalanya pada bebebepa pelayannya agar menahan tangan gadis itu.
TangYi dengan santai masih menikmati tehnya yang tersisa sedikit.
"LeNing, anggap kau beruntung aku yang menghukummu, kau berani membuat HongEr sampai terluka begitu, kalau bibiku datang, aku tidak bisa membayangkan apa yang akan beliau lakukan padamu, aku sarankan, untuk sementara kau lebih baik tidak kembali ke kediaman kakekmu, karena bibiku akan tiba beberapa hari lagi, beliau bisa gila melihat luka begitu panjang di dagu anak kesayangannya, mungkin, ia akan mematahkan setiap jari mu satu persatu, atau bahkan menggores wajahmu hingga tidak terlihat bentuk aslinya"
LeNing meronta saat madam Yu mendekat dengan pisau bermata tajam itu ke arahnya, langsung menuju ke wajahnya.
"Tidak, jangan, madam Yu keluargaku bisa membalasmu karena ini!"
Dua orang pelayan pria menahan tangan LeNing dari belakang.
Madam Yu menyeringai.
"He hamba lebih takut pada Yang mulia putra mahkota dibanding keluarga anda, hamba tidak menyangka nona besar seperti anda bisa membawa bencana pada hidup hamba"
Pelayan LeNing berusaha menolong nonanya, walau ia tidak kuasa.
"Nona nona"
..............