webnovel

Dance Of The Red Peacock.Ind

HongEr seorang anak berwajah manis yang menyenangkan, dengan tawa yang indah seperti cahaya matahari, seperti di dunia ini tidak ada hal yang bisa menggoyahkan keceriaannya, yang membuat semua tak bisa berpaling darinya. Kisah petualangan bocah dengan sepasang mata dan rambut berwarna merah baru saja dimulai, bersama dengan kakaknya tercinta FeiEr menjelajah JiangHu dan menemukan segala hal mulai dari yang menyenangkan hingga menegangkan. Its Bromance to Romance. Ini cerita ringan tentang bagaimana Cinta bisa muncul dalam bentuk apa saja, bahkan perasaan cinta yang timbul kepada orang terdekat yang tidak bisa dikendalikan. Its fun, its cute^^ ================ Cover bukan milik saya just borrowed it guys, but he is so pretty yah ^^

Sweet_SourKiwi · Fantasi Timur
Peringkat tidak cukup
129 Chs

Kunjungan XiaLo

Menjelang siang hari.

Rombongan beberapa ekor kuda dengan sadel berhiaskan emas berhenti di depan gerbang istana Gao. Rombongan yang terdiri dari beberapa pria bertubuh besar dan berpakaian dominan warna merah kehitaman yang dipimpin oleh jendral Xia mengunjungi istana Gao siang itu, penjaga pintu segera menurunkan tubuh dan menyambut dengan hormat.

Tak lama kemudian rombongan sudah disambut BuAn di aula utama.

"Yang Mulia Putra Mahkota tiba!"

Seru penjaga pintu aula, tak begitu lama hingga YangLe yang berjalan dikawal oleh pengawal dan pelayan pribadinya mendekat ke pintu, semua isi aula menurunkan tubuh berlutut menyambutnya, termasuk jendral Xia yang mengenakan pakaian kebesarannya sebagai ketua divisi Lotus merah.

"Hormat Yang Mulia Putra Mahkota, semoga panjang umur selalu!" Seru seisi aula.

YangLe melirik Jenderal Xia yang menurunkan kepala di depannya sejenak, hingga bergerak melewati kumpulan orang yang memenuhi kiri kanan aula dan menuju ke tempat duduknya di ujung, setelah ia duduk dikibaskan tangannya menyuruh semua orang berdiri.

"Berdiri"

"Terima kasih Yang mulia!" Seru semua dalam aula bersamaan.

YangLe meraih cangkir tehnya, ia tahu cepat atau lambat jendral calon menantu kaisar itu akan datang setelah mendengar kabar petinggi divisinya ada di tangannya, hanya tidak menyangka selama ini, ini sudah hampir tiga hari.

"Jenderal Xia, anda berkunjung, ini suatu kehormatan luar biasa" suara YangLe datar.

XiaLo menurunkan kepalanya.

"Maaf Yang Mulia datang tanpa pemberitahuan resmi, hamba, dengar soal insiden yang menimpa pangeran muda yang tanpa sengaja melibatkan beberapa rekan hamba dari Lotus merah, apa mungkin Yang Mulia berkenan untuk mengijinkan hamba mengunjungi rekan hamba" XiaLo menghentikan ucapannya, melihat mata YangLe yang melihatnya diam, seolah putra mahkota itu tidak begitu menyukai permohonannya, XiaLo menurunkan kepalanya kembali dalam.

"Mohon ampuni hamba!"

YangLe menarik napas.

"Heh jendral apa tahu apa yang sudah dilakukan anak buahmu? Bahkan putri YanKe, aku jadi tidak tahu harus bagaimana mengatasi mereka"

"Biarkan hamba yang menghukum mereka Yang mulia!" Seru XiaLo.

YangLe melihat jendral bertubuh tinggi besar itu lama, pria itu tidak mungkin datang sendiri kalau bukan karena putri YanKe yang adalah sepupu tunangannya, juga, posisi pangeran ke Lima sebagai menteri administrasi negara sudah banyak membantunya kalau sampai ia tidak bisa membawa pulang putri itu ia juga akan terlibat masalah.

"Lalu, menurutmu, hukuman apa yang pantas untuk orang yang sudah melukai keluarga istana? Jendral Xia, anda lebih paham soal masalah ini"

Jendral Xia gagap, ia berpikir, harus memberikan jawaban yang mungkin akan memuaskan putra mahkota itu hingga tidak memperpanjang masalah, otaknya berpikir keras.

"Eh itu"

YangLe mengibaskan tangannya pada BuAn.

"BuAn katakan padanya, siapa tahu jendral Xia lupa"

BuAn maju, mengepalkan tangannya memberi hormat di depan putra mahkota sebelum menjawab.

"Jawab Yang Mulia, eh, bagi orang yang melakukan kejahatan pada keluarga istana hukumannya adalah hukuman mati" jawab BuAn lantang.

XiaLo menelan ludahnya, ia tidak ada persiapan ke sana, dan menurutnya sangat konyol berusaha membela diri dengan kondisi yang sudah sangat jelas demikian, tapi ia tidak bisa berdiam diri, XiaLo kembali menurunkan kepalanya dalam.

"Mohon keringanannya Yang mulia, putri YanKe seorang yang polos, beliau hanya melakukan apa yang menurut beliau biasa ia lakukan sebagai pengawal Lotus merah, sebelumnya beliau tidak pernah memiliki niat jahat, anggap ini kesalahan putri yang pertama kali mohon Yang mulia putra mahkota bisa mempertimbangkannya"

YangLe melihat XiaLo tajam, ia mengangkat tangannya.

"Lancang!" Suaranya keras mengejutkan semua orang hingga semua kembali menurunkan tubuhnya berlutut melihat putra mahkota itu berdiri dari duduknya.

"Mohon ampun Yang Mulia!" Suara XiaLo dan lainnya, kebanyakan adalah petinggi Lotus merah yang ikut dengan Jendral Xia.

Semua mata tak berani melihat ke arah YangLe yang sejak dulu memang terkenal dingin dan tak pandang bulu, ia tidak sejajar dengan Kaisar, semua orang tahu itu dan mengambil hati YangLe bukan hal yang mudah.

Tapi YangLe berusaha menahan diri, ia duduk kembali sambil memijat keningnya.

"He putri YanKe melukai pelayanku, dan ia juga hampir melukai adik kesayanganku, jenderal Xia, kalau anda di posisiku, apa yang akan anda lakukan? Apa anda akan biarkan orang lain yang tidak bertanggung jawab melukai orang yang kau pedulikan? Orang yang sangat kau sayangi dan lindungi dengan segenap hati?"

"Hamba, akan menghukum orang itu seberat-beratnya, tidak akan ada ampun!" Seru XiaLo menjawab, YangLe menyeringai, ia sepertinya puas dengan jawaban jendral itu, tapi tetap saja membuat kepalanya pening, saat situasi semakin membuat ia tak nyaman terdengar suara dari arah pintu.

"Kakak!" Hong yang tiba-tiba muncul bersama pelayan dan pengawalnya, pemuda itu tak peduli dengan banyaknya tamu di dalam aula ia masuk begitu saja dengan wajah agak kecewa.

"Hormat Yang Mulia Pangeran!" Semua yang ada dalam ruangan segera memberi hormat pada Hong yang lewat.

Tapi YangLe yang sedang dalam rapat penting menatap Hong tajam.

"Adik, apa yang kau lakukan? Tidak lihat kakak sedang ada rapat?" Suara YangLe menghentikan langkah Hong di tengah ruangan, ia terbawa emosi hingga tak melihat sekitarnya.

Sun dan NuEr yang tak bisa mencegah pangerannya menurunkan tubuhnya berlutut di depan putra mahkota.

"Mohon ampun Yang Mulia, kami tak bisa menahan pangeran"

YangLe menahan napas, ia tahu sikap keras kepala Hong yang makin jadi makin harinya, tapi ia juga tidak bisa marah padanya, semua mata termasuk XiaLo melihat pangeran muda dengan wajah sangat menarik itu berdiri di tengah jalan hingga dua pelayannya menarik tangannya menepi dekat kursi kebesaran YangLe.

"Yang Mulia kita ke sini yah" bisik NuEr.

Hong masih melihat YangLe dengan mata besar, ia hampir mengeluarkan suara kesal seandainya tidak melihat banyak tamu dalam aula itu, Hong mengepalkan tangannya, berita soal akan pindahnya kakaknya itu ke istana Kekaisaran dan meninggalkan dirinya sendiri di sana membuat ia kesal, bagaimana bisa ia meninggalkannya, apa kakaknya itu sudah tidak peduli padanya lagi, hati Hong sakit membayangkannya, tapi, ini memang bukan waktu yang tepat, melihat orang-orang di sekitar aula yang menundukkan kepala memberinya hormat.

XiaLo melirik Hong, ia baru pertama kali melihat wajah pangeran muda adik putra mahkota yang katanya baru ditemukan lagi setelah diculik sejak kecil, entah mana yang benar, ia sempat meragukan semua cerita itu karena menurut YanYe kemungkinan adik putra mahkota dari lain ibu seharusnya sudah ikut meninggal dalam kandungan saat kejadian di istana enam belas tahun lalu, tapi, melihat wajah Pangeran muda itu, dan melihat wajah YangLe, ia jadi percaya, keduanya memang terlihat sangat mirip, dan XiaLo tidak bisa mengalihkan matanya dari wajah lembut Hong, wajah yang sangat menggodanya, hingga ia menelan ludahnya bulat dan menurunkan kepalanya kembali cepat saat pangeran muda itu menoleh ke arahnya dan lainnya.

YangLe melirik BuAn.

"Bu antarkan pangeran kembali ke kamarnya"

BuAn mengangguk, tapi Hong masih berusaha mendekat.

"Kakak"

"Adik jangan tidak sopan, kembali ke kamarmu dan kakak akan ke sana nanti"

Sejenak Hong masih berdiri di tempatnya, melihat YangLe dengan mata berkaca-kaca, tapi ia terpaksa menurut saat BuAn sudah mengulurkan tangan memberinya jalan.

"Yang Mulia silahkan"