"Jadi, berapa lama dia menjadi kekasihmu?" tanya Erland.
"Ha?" Briel sedikit syok Erland menanyakan hal itu.
"Bukankah kamu bilang dia kekasihmu?" tanya Erland berpura-pura polos dan tak tahu apapun.
"Oh, aku hanya bercanda ha-ha-ha..." Briel tertawa canggung.
Ya, sekarang dia ingat dia kerap mengakui bahwa penyanyi itu adalah kekasihnya. Malu sekali rasanya, jelas-jelas pertanyaan Erland seperti sedang mengejeknya.
Erland tersenyum.
"Oh, ya. Apa kamu masih marah soal lukisan itu?" tanya Briel.
"Masih," ucap Erland.
"Ha? Kenapa?" tanya Briel bingung. Bukankah sekarang Erland sudah tahu bahwa pria itu bukan kekasihnya? Lalu, kenapa Erland masih marah?
"Mana boleh ada gambar pria lain di kamarku, hanya boleh ada gambarku," ucap Erland sedikit kesal.
"Hem... Tapi, itu karyaku. Jika di hilangkan, aku merasa sangat sayang," ucap Briel memelas.
"Huh! Baiklah, aku akan menerimanya," ucap Erland pasrah.
"Benarkah?" tanya Briel seraya tersenyum senang.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com