"Kau penasaran tentang apa sekarang?" tanyaku menangkap ekspresi kalutnya.
"Kapan istriku pulang?"
"Tar!" Tembakan Hendra meleset lagi dan jantungku berdetak kuat, bukan debar cinta melainkan perasaan was was takut si dia terbawa emosinya.
Ku-peluk Hendra dari belakang dan kutempelkan tubuhku pada punggungnya rasanya nyaman senyaman hidungku mencium harumnya Coat panjang yang menjuntai membungkus tubuhnya. Doaku semoga dia merasakan kenyamanan yang sama denganku.
Aku rasakan tangannya bergerak menangkap jemariku, tersadar diriku bahwa Hendra ragu-ragu. Tentu saja aku menjerat tubuhnya makin erat, perut laki-laki di depanku aku peluk makin kuat. Aku tidak ingin Hendra menyia-nyiakan waktu dan tempat yang mahal buat kita ini dengan kalutnya.
"Aruna kakekku ikut campur pada perceraian kita, aku tidak bisa berbuat banyak sekarang," aku tidak menjawab pertanyaannya, sengaja supaya dia berhenti fokus pada perceraian kita.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com