Dengan menggunakan seluruh kekuatannya, dia menggendong ibunya yang bersimbah darah, memaksakan tubuhnya yang lemah untuk berjalan menuju rumah sakit selangkah demi selangkah.
Karena kecelakaan itu, jalanan di sana menjadi macet.
Namun, hanya berjarak beberapa langkah darinya tiba-tiba sepasang sepatu yang indah muncul dan berdiri di hadapannya.
Dia mengikuti matanya melihat ke atas, dia melihat paras wajah yang terpahat sangat indah.
Wajah laki-laki itu dingin, dia melihat dengan kaku wanita yang ada di depannya.
Melihat kemunculan tiba-tiba Shi Yuting, Zuo Weiyi menghapus air mata yang membasahi pipinya.
Dalam hatinya ada suara yang mendesaknya, dia bertekad menatap wajah pria yang ada di hadapannya, dia mengeluarkan suara yang bergetar, "Tolong, bantu aku…"
Shi Yuting melihat air mata wanita yang ada di depannya dengan tanpa ekspresi, namun detik berikutnya dia memerintah dengan suaranya yang berat dan dingin, "Xiang Yi!"
"Tuan Shi!"
"Bawa mereka ke rumah sakit dalam tiga menit!"
Xiang Yi segera berbalik, "Baik!"
Xiang Yi mengambil tubuh Zuo Qing dari Zuo Weiyi dan segera membawanya ke dalam Rolls Royce-nya, Zuo Weiyi pun mengikutinya.
Tiga menit lebih sedikit.
Zuo Qing dibawa ke ruang Gawat Darurat untuk segera mendapatkan pertolongan.
Di pintu, Zuo Weiyi seakan-akan telah kehilangan jiwanya, dia berdiri dengan pandangan mata yang kosong.
Setelah satu jam melakukan perawatan, pintu UGD pun terbuka.
Zuo Weiyi dan Bei Xingchen bergegas menemui dokter untuk menanyakan keadaan ibunya, namun detik berikutnya Zuo Wiyi melihat tubuh Zuo Qing di dorong keluar dari UGD.
Dan seluruh tubuh ibunya telah ditutupi oleh kain putih.
Kepalanya seakan ingin meledak.
Dia terkejut melihat tubuh ibunya, sudah jelas apa artinya tubuh yang ditutup kain putih.
"Maaf, kami sudah mencoba melakukan yang terbaik." Kata dokter setelah melepas maskernya.
Zuo Weiyi masih berdiri di tempat yang sama, dia merasa nafasnya terhenti, tiba-tiba pandangannya gelap dan tubuhnya roboh.
"Weiyi…!"
Di sampingnya, Bei Xingchen dengan sigap menangkap tubuh Zuo Weyi.
Entah sudah berapa lama waktu berlalu.
Saat ini malam terlihat berkabut, di luar jendela terlihat gelap seperti hati Zuo Weiyi yang diselimuti kegelapan yang menyeretnya ke dalam jurang yang tidak berujung.
Zuo Weiyi dirawat di ruang VIP, dia perlahan membuka matanya dan terlihat langit-langit atap ruangan yang putih.
Dia tampak kacau, tatapannya kosong seperti mayat hidup.
Kenangan masa kecilnya muncul dalam benaknya sedikit demi sedikit.
Selama 21 tahun dia tidak memiliki sosok seorang ayah, satu-satunya yang dia miliki dalam hidupnya adalah ibunya.
Tiga hari kemudian, Zuo Weiyi masih tetap tidak mau makan sehingga dokter masih terus memasang selang infus untuknya.
Namun pada hari keempat, ketika perawat akan memeriksanya, tiba-tiba Zuo Weiyi menghilang dari ruangannya.
Setelah keluar dari rumah sakit, Zuo Weiyi pulang ke rumahnya.
Setelah itu dia mengunci diri di apartemennya selama tiga hari dua malam.
Saat malam tiba, Zuo Weiyi tidak menyalakan lampunya, dia hanya meringkuk dan memandang ke lantai dengan tatapan kosong.
"Weiyi, aku tahu kau ada di dalam, cepat buka pintunya!" Di luar Bei Xingchen terus mengetuk pintu, sebagai teman dia sangat mengkhawatirkan keadaan Zuo Weiyi. Selama tiga hari dia mengunci diri di dalam apartemen, Bei Xingchen tidak yakin temannya itu masih hidup atau sudah mati.
Langit sedang gelap, begitu juga dengan ruangan itu.
Di dalam, Zuo Weiyi seolah tidak mendengar ada yang mengetuk pintunya, dia tetap tidak bereaksi.