webnovel

Cinta Untuk Azahra

Perbedaan kasta diantara Indra dengan Azahra memang sangat jauh berbeda. Tapi itu bukan suatu hambatan untuk mereka menjalin hubungan yang lebih serius dari berpacaran menuju halal. Setelah menikah Azahra berubah karena dia berpikir takdir tidak bersahabat baik dengan hidupnya. Akankah Indra sanggup bertahan dengan seorang istri yang selalu menentang takdir? Atau lebih memilih untuk berpisah? Ikuti ceritanya ya. Judul awal (Indra My Husband) #Dilarang Plagiat.

Cindy_ElfiraPutri · perkotaan
Peringkat tidak cukup
20 Chs

Boomerang

Tetap tidak ingin keuangan suaminya dibagi dengan keluarga dari pihak suaminya itu Azahra nekat minta berpisah jika Indra tetap kekeuh membaginya.

"Kalau kamu tetap mau membiyayai dia, lebih baik kita pisah."

"Apa? Pisah kamu bilang? Astaghfirullah kamu ini jangan sembarangan kalau bicara, pernikahan itu sakral, aku sudah berjanji di hadapan Allah SWT disaat kita menikah dulu, dan jangan harap kita bisa berpisah terkecuali kematian yang memisahkan kita." Ucap Indra dengan tegas.

"Yaudah kalau gamau kita pisah stop membagi keuangan kita, memberi boleh aja tapi jangan segitunya juga."

"Yaudah iya, tapi kamu juga harus tetap bersikap baik terhadap anggota keluargaku sama seperti aku yang selalu bersikap baik terhadap keluarga kamu." Kali ini Indra tidak ingin kalah dalam adu bicara dengan istrinya.

Azahra mulai diam, dia berusaha mencerna apa yang diucapkan suaminya, mencoba untuk tetap nurut karena memang dia sudah berjanji akan berubah.

Kini mereka sudah kembali ke ruangan yang di sana masih ada adiknya Indra yang memang tidak sopan sikapnya. Indra dan Azahra melihat langsung bagaimana kelakuan dia yang seenaknya saja di rumah mereka.

"Heh... kamu kok enggak sopan sih!!! emang kamu pikir ini rumah nenek moyang kamu apa!"

"Sttt, sabar sayang."

"Ya maaf kak, lagian kalian lama banget di dapur yaudah aku nonton aja." Kirana.

Kirana langsung merubah posisi duduknya, tapi tetap saja Azahra tidak menyukai kehadiran Kirana di rumah nya.

"Kak mana uang nya? Aku udah mau telat nih sekolah." Ucap Kirana.

"Udah kasih aja." Balas Azahra.

"Serius? Yaudah nih untuk tiga bulan kedepannya ya, supaya ringan nantinya." Indra memberikan uang kepada Kirana.

"Makasih ya kak, aku pamit ke sekolah dulu assalamualaikum." Kirana.

"Waalaikumussalam." Indra melirik ke arah Azahra yang masih ketus.

Kirana pun girang dan hendak pamitan, dari datangnya Kirana sampai sudah pergi pun yang dilakukan Azahra hanyalah diam dan ketus.

****

"Akhirnya boomerang itu pergi juga, ah tidak selera untuk sarapan jadinya."

"Astaghfirullah jangan bicara seperti itu, udah biar aku beliin makanan di luar aja ya." Indra menyarankan.

"Enggak usah!"

"Nanti kamu laper sayang, jangan gitu deh."

"Enggak laper lagi, kamu enggak ngojeg? Udah sana berangkat nanti rezeki nya dipatok ayam." Ucap kesal Azahra.

"Iya sayang iya, kamu tuh tadi Kirana ngucapin salam sampai enggak dijawab dosa loh."

Menjawab salam itu wajib.

Terdapat dua hukum dalam menjawab salam. Pertama, jika seseorang diucapkan salam ketika ia sedang sendiri, maka ia wajib menjawab salam tersebut karena menjawab salam dalam kondisi sendiri hukumnya adalah fardu'ain.

Kedua, jika suatu kelompok menerima salam maka hukum menjawab salam tersebut adalah fardu kifayah. Fardu kifayah artinya, jika seseorang telah menjawab salam tersebut, hal tersebut sudah cukup dan yang lain tidak mengapa jika tidak membalas salam tersebut.

Apabila kamu diberi penghormatan dengan sesuatu penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik dari padanya, atau balaslah penghormatan itu (dengan yang serupa). Sesungguhnya Allah memperhitungkan segala sesuatu." (QS. An Nisa': 86).

"Waalaikumussalam, tuh udah aku jawab puas kan!" cetus Azahra memanyunkan bibirnya.

"Iya udah, males debat sama kamu sayang, kalau gitu aku berangkat ngojeg dulu nanti aku antarkan makanan buat kamu ya, assalamualaikum." Ucap Indra yang mau berangkat ngojeg.

"Waalaikumussalam." Jawab Azahra.

Indra sudah berangkat, perasaan yang sudah biasa menyelimuti pernikahan mereka selama ini, perasaan yang selalu debat disela-sela keharmonisan. Jangan heran jika adu bicara yang mereka lakukan, Indra selalu mengalah bukan berarti dia laki-laki yang lemah, tapi dia hanya ingin membuktikan bahwa dia adalah seorang laki-laki yang sangat mencintai dia dengan tulus.

Sebentar baik dan romantis, dan tidak lama kemudian akan berubah seperti semula perdebatan, pertengkaran, kekacauan bahkan sampai pernah ditegur oleh tetangga yang didekat rumah nya, karena mereka selalu debat pakai nada tinggi, lebih tepatnya Azahra yang berteriak dan sering meninggikan suaranya ketika bertengkar dengan suaminya.

"Kalau dia pergi bete juga, tapi kalau ada pasti ribut. Paling akur enggak lama, kenapa sih kaya gini terus rumah tangga yang aku jalani." Ucap Azahra pada dirinya sendiri.

Mencoba untuk fokus masak tapi dia tidak bisa, terus berpikir bahwa suaminya sudah tidak adil terhadap dirinya, tapi disatu sisi dia sangat mencintai suaminya. Dari awal pernikahan memang sering bertengkar namun mereka sama-sama saling mencintai dengan tulus. Sejak zaman mereka pacaran sering sekali cekcok namun masih romantis, padahal dulu Indra belum pernah membelikan barang-barang mahal untuk Azahra tapi anehnya dulu tidak ada komplen ataupun pertengkaran yang sedemikian rupa. Dari dulu pun Indra memang sosok laki-laki yang baik, dermawan, rupawan, polos, selalu mengalah apapun yang Azahra mau. Perbedaan kasta antara keluarga mereka memang bisa dibilang sangat jauh berbeda namun itu semua tidak menjadi hambatan untuk mereka menuju halal.

"Kenapa sih enggak bisa fokus masak? Mana laper banget."

Hanya beberapa menit setelah Indra pergi ngojeg, dia kembali ke rumah untuk mengantarkan makanan untuk istrinya sarapan.

Tok. Tok. Tok.

"Duh siapa lagi itu yang bertamu." Azahra mematikan kompor dan membukakan pintu rumah nya.

Dibukanya pintu dengan haru yang sudah tidak bisa tertahankan.

"Assalamualaikum sayang ini aku bawakan makanan untuk kamu sarapan, tadi aku udah makan duluan di sana dan ini aku bungkusin buat kamu." Ucap Indra membawa nasi uduk di dalam pelastik berwarna putih yang dibawanya.

"Waalaikumussalam, iya masuk yuk."

"Tenang aja ini makanan baru kok bukan makanan sisa aku." Ucap Indra lagi.

"Ya Allah iya aku percaya kok, serius udah makan kamu? Atau pura-pura udah makan lagi kaya dulu." Tanya Azahra.

"Aku serius udah makan tadi, setelah selesai makan langsung bawa makanan ini buat kamu, aku tau kamu pasti laper kan."

"Iya sih aku laper banget, mau masak aja gak fokus kepikiran kamu terus aneh."

"Cieee kepikiran, hehe yaudah sok makan ya. Aku pamit nyari nafkah lagi supaya bisa bahagiain kamu." Ucap Indra.

"Hemm, udah ah jangan gombal, nanti kerja nya harus semangat jangan lupa juga tuh awas keuangan untuk aku doang."

"Iya sayang iya, jangan ngambek lagi dong sayang gemes deh." Mencubit pipi Azahra.

"Huuu gombal terus kang ojeg hehe, makasih makanan nya ya."

"Sama-sama istriku, udah sana berangkat." Azahra salim kepada suaminya.

"Alhamdulillah akhirnya, aku pamit assalamualaikum sayang muaach." Mencium keningnya Azahra.

"Waalaikumussalam udah sana ih." Mendorong pelan sampai Indra tertawa terkekeh-kekeh melihat istrinya salah tingkah.

Perjalanan rumah tangga yang dibumbui pertengkaran dan kemesraan, itu tidak mudah untuk dijalani dengan mudah.