webnovel

Cinta Untuk Azahra

Perbedaan kasta diantara Indra dengan Azahra memang sangat jauh berbeda. Tapi itu bukan suatu hambatan untuk mereka menjalin hubungan yang lebih serius dari berpacaran menuju halal. Setelah menikah Azahra berubah karena dia berpikir takdir tidak bersahabat baik dengan hidupnya. Akankah Indra sanggup bertahan dengan seorang istri yang selalu menentang takdir? Atau lebih memilih untuk berpisah? Ikuti ceritanya ya. Judul awal (Indra My Husband) #Dilarang Plagiat.

Cindy_ElfiraPutri · Urban
Not enough ratings
20 Chs

Kirana?

Setelah selesai shalat hati terasa jauh lebih tenang, Azahra ternyata berubah jadi baik tidak sementara namun berkelanjutan sampai sekarang. Mungkin ini adalah hasil buah manis dari kesabaran yang Indra lakukan dan dijalani dengan baik.

"Aku sekarang mau panggil kamu sayang ya, seperti zaman pacaran dulu hehe."

"Tentu boleh sayang, mau aku masakkin pagi ini? Atau mau kamu yang masak." Kata Indra.

"Biar aku aja yang masak, kamu tinggal tunggu duduk manis aja, pokoknya hari ini kamu jadi raja dan aku adalah ratu yang siap untuk melayani kamu sebaik mungkin." Ucap Azahra.

"Oh ya? Kalau gitu biarkan raja yang bantuiin ratu masak di dapur, karena kalau masak berdua itu jauh lebih romantis." Memeluk Azahra dari belakang.

"Iya deh suamiku yang menang kali ini, aku ngalah untuk hari ini."

"Ngalah nya untuk hari ini doang? Enggak seterusnya hehe."

"Tuh kamu mah kaya gitu, aku baik diledek sedangkan aku galak kamunya sedih." Ucap Azahra.

"Becanda doang sayang, ayo kita masak perutku sudah keroncongan nih cacing yang di dalam nendang-nendang."

"Hahaha emangnya bayi bisa nendang-nendang, kamu mah ngelucu mulu pagi-pagi." Ucap Azahra tertawa.

"Hehe gapapa dong kali-kali rumah tangga itu harus dibumbui dengan kemesraan seperti ini sayang, kamu juga jangan galak lagi serem tau melebihi emak..."

"Emak apa? Emak apa ih, aku gamau ya disamain sama emak lampir, jelas aku lebih cantik." Ucap Azahra.

"Yaiyalah kamu lebih cantik, cantik pokoknya enggak ada yang ngalahin."

"Huhu, gombal nya garing pak hehe."

Tiba-tiba ada yang mengetuk pintu rumah.

Tok. Tok. Tok, bahkan sekarang terdengar ada yang mengucapkan salam.

"Assalamualaikum," suara dari luar rumah.

Azahra dan Indra mendengarnya segera mereka membukakan pintu, walaupun aneh ada tamu sepagi ini.

****

Dibukakan pintu, ternyata yang datang adalah adiknya Indra yaitu Kirana. Dia masih duduk dibangku SMA kelas 3, semua keperluan dan kebutuhan ditanggung oleh Indra kakak kandung satu-satunya yang dia bisa andalkan.

"Waalaikumussalam oh kamu yang datang, aku pikir siapa tamu pagi-pagi seperti ini." Ucap Azahra.

"Waalaikumussalam, ayo Kirana masuk kebetulan kita baru mau masak nanti sekalian kita sarapan ya." Ajak Indra, Kirana langsung masuk begitu saja padahal Azahra belum mempersilahkan untuk masuk.

Di dalam rumah, dia langsung bicara ke intinya kalau dia butuh uang untuk biyaya sekolah yang sudah dua bulan nunggak. Memang Indra adalah tulang punggung keluarganya, ayahnya sudah lama meninggal dunia. Indra adalah tulang punggung ibu dan adiknya juga, apalagi sekarang sudah menikah dan menjadi tulang punggung istrinya, yang tidak dapat dipungkiri oleh Azahra.

"Kak aku datang ke sini untuk minta uang bulanan, ibu enggak berani bilang karena katanya takut ganggu rumah tangga kakak. Tapi mau bagaimana lagi kak, aku memang butuh uang itu sekarang, guru TU udah nagih uang bayaran terus aku malu kak diledekin sama teman-teman di sekolah." Sahut Kirana menjelaskan maksud kedatangannya.

"Astaghfirullah kakak lupa kalau harus bayar sekolah kamu, uang nya udah ada kok cuma kakak lupa, maafin kakak ya Kirana." Ucap Indra.

"Tuh kan kakak lupa, pantas aja kata guruku kakak belum pernah datang lagi ke sekolah."

"Lah kamu? Kamu ini udah gede udah dewasa masa iya bayar sekolah harus sama wali atau orang tua mulu, bayar sendiri lah udah gede ini bukan anak SD lagi." Azahra tidak bisa menahan emosinya lagi.

"Bukan gitu kak Zahra, tapi aku belum dikasih uang sama kak Indra, otomatis belum bisa bayar sendiri, aku kan belum kerja kak masih anak sekolahan." Ucap Kirana yang tidak ingin kalah.

"Entahlah harus ngomong apa lagi, udah aku mau ke dapur mau lanjut masak." Azahra langsung pergi meninggalkan keduanya yang masih di ruang tengah.

Indra tahu betapa emosinya Azahra kedatangan adiknya untuk meminta uang, sedangkan sebenarnya keuangan rumah tangganya pun tidak begitu baik, namun Indra selalu bilang ada uang nya supaya adiknya tetap semangat untuk sekolah.

"Kirana sebentar ya, kakak mau nyusul kak Zahra dulu ke dapur kamu pasti mengerti maksud kakak apa." Ucap Indra yang mengikuti istrinya ke dapur.

Kirana hanya mengangguk setuju, dia duduk di sofa dengan sikapnya yang tidak sopan langsung menyalakan televisi begitu saja.

****

Di dapur Azahra mendumel sendiri, menahan amarahnya tidak semudah itu ternyata.

"Apa sih pagi-pagi udah ada rentenir bulanan aja gatau apa keuangan di sini lagi membengkak main minta uang aja seenaknya." Dumel Zahra.

Indra langsung memeluknya dari belakang.

"Sayang aku paham dan ngerti kok, kamu pasti marah ya kan? Yang tadinya kita lagi romantis mesra-mesraan eh ada hal seperti ini." Ucap Indra.

"Ya enggak tahu lah, urus sana keluarga kamu."

Indra menjelaskan.

"Laki-laki perkasa bukan yang kuat gertakan dan hentakannya, namun ia yang mampu menjalankan peran dan amanahnya dengan baik. Apa saja perannya?" Indra menjelaskan.

"Sebagai suami. Engkau adalah pemimpin, nahkoda bahtera rumah tangga. Engkaulah yang mengatur dan mengendalikan istri dan semua anggota rumah tanggamu, mulai dari kewajiban memberi nafkah untuk mengembara di dunia ini hingga kewajiban memberi bekal untuk hidup di akhirat kelak. Engkau mempunyai tugas untuk mendidik dalam kebaikan, dan dalam mendidik itu harus dengan kebaikan pula. Tidak dengan suara yang keras apalagi ringan tangan." Ucap Azahra.

Permasalahannya hadir ketika seorang lelaki memiliki penghasilan pas-pasan. Ia hanya bisa menafkahi dirinya dan anggota keluarganya saja, sedang ibunya tiba. Sebenarnya, mana yang harus didahulukan, menafkahi ibu atau istri? Seorang suami memang dituntut untuk memberikan nafkah kepada istri dan anak, serta kepada kedua orang tuanya jika mereka berada dalam kondisi membutuhkan dan kekurangan. Kalau suami bisa memenuhi kebutuhan mereka semua, maka wajib baginya untuk memenuhi. Namun, jika penghasilan atau hartanya tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan semua, maka harus ada prioritas. Yaitu yang harus didahulukan adalah istri dan anak yang memang berada dalam tanggung jawab utamanya sebagai seorang suami.

Jadi, seorang suami harus lebih mengutamakan istri dan anak-anaknya terlebih dahulu. Barulah, jika masih memiliki rezeki lebih, orang tua, terutama ibunya perlu diberi nafkah. Sebab, orang tua yang tak mampu lagi bekerja, maka sudah menjadi tanggung jawab anaknya.

Disitulah terdapat simpang siur antara istri atau keluarga dahulu, Indra selalu berusaha bersikap adil namun tetap saja selalu dianggap tidak adil dan tidak bertanggung jawab.

"Adil dari mana sayang? Dari Hongkong!!! udah ah sana urus keluarga tercinta kamu." Cetus Azahra memalingkan wajahnya.

"Jangan marah terus, aku jadi semakin pusing sayang. Mengertilah posisi suamimu seperti apa, jangan sampai aku menjerit seperti wanita." Ucap Indra.