webnovel

Cinta Terlarang

Clara terdiam sejenak, menatap sosok pria tampan yang berdiri di hadapannya saat itu. " Apakah kamu tidak mencintaiku..?" Wajah cantik mulus muda belia itu terlihat memerah dengan mata memelas agak berkaca. Frans mendekati Clara, mengusap rambut gadis cantik itu dengan lembut. " Aku menyanyangimu sebagai murid dan sahabatku, aku tidak boleh mempunyai rasa lebih dari itu. Kamu tahu aku sudah mempunyai istri dan anak, dan aku adalah gurumu, mengertilah..." Suara rintik hujan mengiringi suasana buram malam itu.

Apple_Qlee · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
32 Chs

Aku Kangen

Frans menutup pintu mobilnya dengan penuh tanda tanya dalam hati, karena saat itu Ia melihat pintu depan rumahnya terbuka lebar seperti ada seseorang yang sedang bertamu.

Pria itu bergegas berlari-lari kecil memasuki rumah menembus hujan lebat yang tiba-tiba turun mengguyur permukaan bumi. Dan darahnya seakan mengalir terbalik melaui setiap urat nadinya begitu Ia mendapati siapa gerangan yang tengah bertamu di rumahnya sore itu.

Tampak dua orang perempuan dengan renggang usia yang cukup jauh berbeda, mengobrol dalam suasana dingin dan canggung. Mereka berdua memasang wajah yang serius, dan mereka berdua adalah perempuan yang sama-sama telah mengucapkan kata cinta pada Frans dalam satu minggu ini.

Dengan kikuk Frans memasuki pintu ruang tamu. Pria itu menyesali langkah yang diambilnya ketika dua sorot pandangan dari mata para perempuan itu langsung melesat tajam padanya, membuat Frans ingin langsung lari kabur meninggalkan rumah ini. Tapi itu tidak mungkin.

Nyatanya dia masi berdiri diantara mereka dengan beribu rasa khawatirnya.

" Baru pulang Fa? Ini muridmu sudah menunggu sejak tadi." kata Sheyla seraya berdiri dari tempat duduknya. Dia meraih tas kerja Frans dan menyambung kalimatnya.

" Aku siapkan makan malam dulu ya. Clara sekalian makan malam saja di sini, sudah jam segini, lagian hujan deras di luar."

Setelah mendengar suara Sheyla yang terdengar biasa saja, secercah perasaan lega mengisi hati Frans walaupun tidak cukup untuk melepas rasa khawatirnya. Tarikan napas panjangnya mengiringi langkah Sheyla yang menghilang ke dapur.

Dia menoleh ke arah sofa di mana Clara duduk di sana. Sepasang mata indah dari seraut wajah cantik berseri sedang memandanginya dengan senyum yang menggoda.

Deg....

Sebentar, ini bukan senyuman yang biasa kau miliki Clara, bisikan di hati Frans.

Frans mencoba setenang mungkin melangkah ke arah sofa, dia duduk berseberangan dengan Clara yang hanya berbatas meja.

Lelaki ganteng ini semakin kikuk karena gadis cantik di depannya itu tidak mengubah ekpresinya sama sekali, hanya tersenyum sambil memandanginya tanpa berkedip.

Frans sedikit berdeham untuk memecahkan keheningan lalu mulai membuka percakapan.

" Ada perlu apa sampai mencari saya di rumah?" tanya Frans dengan sangat canggung.

" Ini... Aku mau mengembalikan jaket pak Frans.."

Nadanya sangat ceria, Clara mengulurkan paper bag yang tadi Ia bawa, matanya tetap memandangi wajah Frans.

Frans menerima paper bag itu. Pikirannya melayang ke peristiwa beberapa hari yang lalu saat dia meminjamkan jaket itu pada Clara. Dengan suara sangat pelan dan salah tingkah dia bertanya.

" Kamu tidak mengatakan apa apa pada Sheyla kan ?"

" Maksudnya mengatakan apa..?" Clara balik bertanya dengan ringan seakan tidak mengerti maksud Frans.

Frans memandang senyum merekah di depannya itu dengan rasa gemas, kesal, dan khawatir.

" Yang itu, tentang kita. Kamu tidak bilang apa apa kan tadi?"

" Tentang kita...? Kita...?"

Clara tersenyum makin menggoda, suaranya setengah berbisik, " Tentang waktu itu pak Frans menciumku dan merbb...."

Kata kata Clara terhenti sampai di situ karena secepat kilat Frans sudah berdiri dari posisi duduknya, tangannya menutup mulut Clara dengan posisi badan agak membungkuk karna terhalang meja. Terlihat canggung ekpresi wajahnya seperti mengatakan jangan di teruskan kalimat seperti itu, nanti terdengar dari dapur.

Clara tersentak kaget dengan reaksi Frans yang tak terduga. Dari rasa terkejut menjadi sebuah rasa yang lain melihat posisi Frans yang sekarang lebih dekat. Sebuah rona merah menghiasi pipi Clara yang mulus, dan mulut mungilnya tersenyum dibawah telapak tangan Frans. Matanya sedari tadi seperti medan magnet yang terus melekat pada pria di hadapannya.

Dengan perlahan tangan Clara terulur ke atas menggapai wajah Frans, menyentuh pipi Frans dengan usapan lembut.

Secara otomatis tangan Frans yang membekap mulut Clara berpindah meraih tangan Clara yang ada di pipinya.

" Aku kangen..." bisik Clara setelah mulutnya terbebas dari bekapan Frans.

Frans terjengah. Mata mereka beradu sesaat.

"Kamu tidak mengatakan apa-apa kan tadi sama Sheyla ?" bisik Frans.

" Mana mungkin aku mengatakan pada orang lain tentang kita..." jawab Clara ikut berbisik dengan wajah dan tatapan seorang gadis yang sedang jatuh cinta.

Clara menarik tangan Frans yang sedang menggenggam tangannya dan menempelkan tangan Frans di pipinya sendiri. " Aku rindu sekali serasa mau mati, tak tahan karena kamu terus menghindariku..."

Dunia seakan berhenti berputar, jantung mereka sama sama berdetak kencang oleh desakan berjuta pemikiran di kepala mereka masing masing.

Frans menarik tangannya sambil berbisik lagi.

" Clara aku mohon jangan begini, jika Sheyla mendengar, aku tidak tau harus bagaimana menghadapinya."

Frans menghela napas panjang seraya kembali ke tempat duduknya.

Kini hanya suara rintik hujan yang terdengar mendominasi atsmofer di ruang tamu.