webnovel

Cinta Cowok Dingin

Jangan salahkan aku menjadi seperti ini, sebab ini semua karena dirimu yang meninggalkan aku sendiri tanpa penjelasan darimu.

Wulandari_8096 · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
34 Chs

Tamparan

Happy Reading

.

.

.

Deg

"Matilah" gumang Dwi frustasi sambil mengacak-acak rambutnya.

.

.

.

Tap tap tap

suara langkah kaki menarik perhatian Dwi, saat meihat siapa yang datang Dwi otomatis berdiri tegak dengan tangan basah akan keringatnya.

Plakkkk

"Kamu apakan anak saya" marah orang yang menampar pipi Dwi tak lain adalah ibu dari Fian.

"Tan-te saya gak ngapa-ngapain Fian" jelas Dwi dengan tangan terkepal meremas rok sekolahnya untuk mengurangi rasa takut akan ibu Fian.

"Kalo bukan kamu siapa lagi hah, selama ini kamu gak ada anak saya baik-baik aja baru aja kamu pulang anak saya sudah masuk rumah sakit. Sebenarnya untuk apa kamu pulang bagus juga kau di luar negeri gak usah pulang-pulang lagi sampai mati" marah ibu Fian menarik perhatian sehingga banyak yang menonton mereka.

Mendengar hal itu Dwi hanya bisa menahan tangis sambil menggigit bibirnya agar tidak mengeluarkan suara.

"Ta-pi tante saya cuman nolongin Fian, saya gak ngapa-ngapain dia" jawab Dwi setelah memberanikan Dwi.

Plakkk

Dwi di tampar lagi.

"Tenang buk tenang ini di rumah sakit" pinta suster itu sambil memegangi ibu Fian agar tenang dan tidak membuat keributan, sedangkan Dwi yang baru saja menerima tamparan dari ibu Fian hanya terdiam membatu sambil memegangi pipinya yang sudah 2 kali jadi sasaran amarah ibu Fian.

"Selama bertahun-tahun ini gak ada kamu anak saya baik-baik aja sekali kamu pulang anak saya langsung masuk rumah sakit dan kamu bilang ini bukan salah kamu? heh kamu tau kalau kamu dulu mati anak saya Dika pasti masih hidup, itu semua salah kamu kamu tau itu. Sekarang saya cuman punya Fian dan kamu mau ambil juga hah, dasar cewek jahat" marah ibu Fian semakin menjadi-jadi, omongan suster yang mencoba menenangkan pun sudah tidak didengarnya.

Dari kejauhan dokter Ega yang baru datang dan melihat keadaan Dwi yang sangat menyedihkan langsung berlari melewati kerumunan orang dan langsung menarik Dwi pergi dari sana.

"Kamu gak papa?" tanya dokter Ega saat mereka sudah sampai di ruangannya dan tidak mendapatkan respon dari Dwi yang dari tadi hanya menunduk sambil menangis.

"Hah sini saya obati dulu pipi kamu" dokter Ega sangat peka dia tau Dwi saat ini tidak ingin ditanya-tanya jadi dia memutuskan untuk mengobati Dwi dulu.

"Te-terima kasi-h" gumang Dwi dengan suara parau nya saat dokter Ega sedang mengambil obat untuknya.

"Sama-sama sini saya obati dulu" jawab dokter Ega dengan senyum tipis pada Dwi lalu mulai mengobati pipi Dwi yang sudah mulai membiru akibat pukulan yang sangat keras.

"Au" jerit Dwi kecil saat dokter Ega mulai mengoles obat pada pipinya.

"Maaf saya anak lebih pelan-pelan" lembut dokter Ega membuat Dwi merasa nyaman padanya.

"Makasih ya dok, kalau tadi dokter gak bawa saya pergi saya gak tau harus gimana" ucap Dwi tulus.

"Kalau kamu beneran berterima kasih sama saya jangan panggil dokter-dokter terus" pinta dokter Ega menjahili Dwi.

"Terus saya harus panggil apa?" tanya Dwi bingung.

"Hmm panggil sayang aja" jawab dokter Ega dengan nada genit, sampai saat dia melihat ekspresi Dwi dan langsung tertawa gemas.

"Hahah bercanda-bercanda, panggil kakak aja" lanjut dokter Ega.

"Oke deh kak Ega" jawab Dwi dengan semangat setelah tau dia tadi hanya dijahili oleh pak dokter ganteng itu dan di tanggapi dengan usapan di atas kepalanya.

"Nah sudah selesai, ayok pulang saya antar kebetulan shift saya sudah selesai " ajak dokter Ega.

"Gak usah deh kak saya pulang sendiri aja" tolak Dwi tak enak.

"Ini udah malah gak aman anak cewek malam-malam pulang sendirian" jelas dokter Ega agar Dwi tak lagi menolak.

"Tapi rumah saya jauh" jawab Dwi tak enak jika harus merepotkan kak Ega terus-menerus.

"Gak papa ayok" sejujurnya dia sungguh khawatir jika Dwi harus pulang sendiri malam-malam begini dia takut Dwi terluka, entah dari mana rasa khawatir berlebihnya ini padahal dia baru saja mengenal Dwi tapi kenapa dia sangat khawatir dengan bocah SMA ini.

"Rumah kamu dimana?" tanya Ega saat mereka sudah sampai di mobil.

"Jalan mawar kak" jawab Dwi sambil memasang sabuk pengamannya.

"Wow....sama dong" respon Ega pura-pura terpukau mengetahui Dwi tinggal dilingkungan yang sama dengannya.

"Hahah apa sih kak" melihat tingkah konyol Ega Dwi tidak bisa menahan senyumnya.

"Gitu dong ketawa kan cantik" ledek Ega pada Dwi yang akhirnya tidak muram lagi.

"Ya gimana mau ketawa coba orang saya abis ditampar 2 kali" jawab Dwi mulai ngomel.

"Eh kok balik muram lagi sih indah dong ketawa-ketawa sendiri lagi aja" hibur Ega agar Dwi tidak muram lagi.

"Hehe emang saya kuntilanak apa ketawa-ketawa sendiri" entah kenapa bersama Ega dapat membuat Dwi merasa bahagia.

"Emang bukan?" tanya Ega bercanda.

"Iss kak Ega" sebal Dwi sambil mencubit Ega.

"Hahah Au sakit tau, coba deh ngaca liat rambut kamu acak-acakan gitu sama banget kek Kunti" melihat Dwi yang merespon tindakan jahilnya membuat dia semakin semangat untuk menjahili Dwi.

"Ya ampun kusut banget" kaget Dwi saat melihat penampilannya yang sangat memalukan.

"Hahahaha" Ega tertawa puas saat melihat ekspresi Dwi yang sangat terkejut dengan penampilan yang berantakan itu.

"Jadi dari tadi saya begini dilihatin banyak orang?" tanya Dwi pada Ega yang di jawab dengan anggukan sambil menahan tawanya.

"Huwaa malunya" teriak Dwi sambil menutupi mukanya.

"Buahhahah" tidak bisa ditahan lagi akhirnya tawa Ega pecah melihat tingkah Dwi.

"Jangan ketawa" larang Dwi tak diindahkan Ega karena dia masih saja tertawa sambil memukul-mukul setir mobilnya.

"Hais liat jalan" kesal Dwi karena ditertawakan sambil mencubit Ega.

"Au ngomong-ngomong aja dong jangan nyubit" keluh Ega kesakitan.

"Rasain makanya jangan jail dong mana lagi nyetir lagi, bisa-bisa nanti bukan sampai ke rumah malah balik lagi ke rumah sakit" omel Dwi tak sungkan padahal mereka baru saja kenal tapi entah kenapa sudah merasa nyaman.

"Haha iya iya maaf" sepanjang perjalanan tawa mereka tak henti-hentinya seperti sudah sangat akrab.

.

.

.

"Sudah sampai" seru Ega saat mereka berhenti di depan gerbang rumah yang sangat megah.

"Eh iya gak kerasa udah sampai aja makasih ya kak" kata Dwi sambil membuka sabuk pengamannya.

"Iya sama-sama, oh iya ini bukannya rumah Om Atan ya?" tanya Ega memastikan pada Dwi.

"Eh kakak kenal Daddy aku?" tanya balik Dwi tak percaya.

"Oh Om Atan itu Daddy kamu?" tanya Ega lagi dan mendapatkan respon anggukan antusias dari Dwi.

"Jadi kamu Dwi yang dulu suka main comberan depan rumah itu ya? Hahah" tanya Ega lagi diakhiri dengan tawanya.

"Is gak tu kakak salah orang" kesal Dwi karena aibnya terbongkar.

Dari kejauhan terlihat laki-laki bertopi yang sedang mengawasi mereka dengan marah.

"Sial"

TBC ....