webnovel

Cinta Cowok Dingin

Jangan salahkan aku menjadi seperti ini, sebab ini semua karena dirimu yang meninggalkan aku sendiri tanpa penjelasan darimu.

Wulandari_8096 · Teen
Not enough ratings
34 Chs

Pertolongan dari sicantik

Happy Reading

.

.

.

"Hiyaaaaa"

Buk buk buk

"Hati kalian mati kalian" teriak Dwi sambil mengayun-ayunkan kayu yang di pungutnya tadi ke orang-orang yang mengeroyok Fian.

"Aaah dasar cewek gila" teriak Dean sambil menangkap kayu yang di ayunkan Dwi dan merebutnya.

"Heh cuman bermodal kayu gini lo berani-beraninya balik lagi buat nyelamatin dia, sepertinya lo cinta banget ya sama dia" cemooh Dean sambil menunjuk Fian yang sudah babakbelur terbaring tak berdaya.

"Tentu aja enggak" saut Dwi sombong dan langsung menendang selangkangan Dean.

"AARGGHHH" teriak Dean histeris sambil memegang selangkangan nya dan tersungkur ditanah.

"Heh gitu aja nangis" ejek Dwi masih dengan kuda-kudanya yang siap menyerang.

"Aargghhh serang" perintah Dean sambil menggerang kesakitan pada anak buahnya.

"Heh mau lawan gue emang kalian berani, mau nasib kalian sama dengan dia?" kata Dwi menakut-nakuti anak buah Dean.

"Heh lo pikir kita bakal takut, kita rame lo cuman berdua yang satu aja udah sekarat GAK BISA APA-APA" ejek anak buah Dean sambil menunjuk Fian yang terkapar.

"P-e-r-gi uhuk-uhuk" gumang Fian tak punya tenaga.

"Ya udah maju lo semua gue gak punya banyak waktu buat ngeladenin lo pada" kata Dwi setelah melihat keadaan Fian yang sangat menyedihkan, dalam pikirannya dia harus segera menyelesaikan masalah ini dan membawa Fian pergi dari sini.

"Apa yang kalian tunggu MAJUUUU" perintah Dean sambil berdiri terhuyung-huyung.

Hiyaaaaa

Buk buk buk

Dwi memukul pelipis, dagu lalu menendang perut, selangkangan terakhir dia menggunakan salah satu anak buah Dean yang sudah berdiri linglung setelah ditendang sebagai tumpuan dan menendang leher anak buah Dean yang tersisa.

Siapa dia? Dia adalah Dwi seorang pemegang sabuk merah judo dan hitam taekwondo saat dia di Inggris. Sebenarnya tadi dia ingin langsung membantu Fian tapi melihat Fian yang begitu ingin melindunginya dan mengingat Fian salah satu pemegang sabuk hitam taekwondo dia memilih membuat Fian menjadi pahlawan berkuda putih, siapa sangka Fian malah KO.

"Sini lo'' tantang Dwi sambil menggerak-gerakkan tangannya kepada Dean yang mundur pelan-pelan menjauh.

"Lo liat aja nanti" ancam Dean lalu berlari pergi dengan motornya.

"Heh masih gak mau pergi? Mau lagi?" tanya Dwi pada anak buah Dean yang masih berbaring dijalan.

"Gak ga-k" jawab mereka bareng dan berlari tersungkur-sungkur karena ketakutan.

"Heh Cemen" ejek Dwi saat melihat anak-anak buah Dean berlari ketakutan.

"Oh iya" Dwi baru ingat dan langsung berlari kearah Fian.

"Fian Fian lo gak mati kan?" kata Dwi khawatir sambil menepuk-nepuk pipi Fian keras.

"Uhuk-uhuk sa-kit" rintih Fian.

"Eh maaf maaf untung lo gak mati" kata Dwi sambil menghelan nafas lega.

"Lo bisa berdiri gak? Sini gue bantu" Dwi memapah tubuh Fian dan membawanya menaiki motor.

"Ayo pelan-pelan" Dwi dengan hati-hati menaikan Fian ke atas motor.

"T-aksi" gumang Fian tak berdaya.

"Apa?" tanya Dwi tidak mendengar Fian.

"Ta-ksi" kata Fian lebih keras.

"Tapi susah cari taksi disini, kamu udah seperti ini harus cepat-cepat ke rumah sakit. Ayo cepat naik" bujuk Dwi, lalu setelah itu Dian pun ikut naik dan mulai menyalakan motor Fian.

"Pegangan" perintah Dwi sambil mengambil tangan Fian yang lunglai dan membawanya melingkar ke pinggang Dwi.

"Tenang gue bisa kok" kata Dwi saat merasakan gerak-gerik Fian yang sedikit aneh dan dia langsung menduga Fian ragu padanya.

Lalu setelah itu Dwi pun melajukan motor Fian dengan sedikit cepat dan lancar menuju rumah sakit terdekat.

#RS.Mutiara#

Setelah menempuh perjalanan selama 30 menit akhirnya mereka sampai juga di rumah sakit.

"Pak pak tolong" panggil Dwi meminta pertolongan salah satu satpam yang berjaga di depan RS itu.

"Ada apa neng?" tanya satpam itu setelah berlari tergesa-gesa menuju Dwi.

"Teman saya luka pak tolong bantu saya bawakan kedalam" pinta Dwi setelah membuka helmnya.

"Astaghfirullah, Mal cepat sini bantuin" satpam itu memanggil temannya meminta bantuan.

Berkat bantuan satpam-satpam tadi sekarang Fian sudah berhasil ditangani oleh dokter.

"Siapa keluarga pasien?" tanya dokter yang bernama Ega Saputra dilihat dari jas dokter yang pakainya.

"Saya dok, saya yang bawa dia kesini" saut Dwi langsung mendekati dokter Ega.

"Luka di badan dan wajahnya gak ada yang serius tapiii?" kata-kata dokter Ega menggantung membuat Dwi panas dingin karena cemas.

"Tapi kenapa dok?" tanya Dwi khawatir sambil meremas tangannya untuk mengurangi rasa khawatir.

"Sepertinya kepala belakang pasien mengalami benturan yang cukup kuat sehingga mengalami pembengkakan untuk memastikan apakah ada gumpalan darah kita harus melakukan rontgen, jadi sebaiknya harap anda mengabari wali sah pasien karena nanti jika benar terdapat gumpalan di kepala pasien kita memerlukan tindakan operasi secepatnya" terang dokter membuat Dwi lemas dan terjatuh.

"Hiks hiks huwaaa" Dwi menangis tak dapat membendung rasa khawatirnya.

"Eh dek kamu gak papa?" tanya dokter Ega khawatir melihat Dwi yang menangis didepannya itu.

"Hiks hiks coba aja aku gak ninggalin dia dan langsung bantu dia huwaaaa" tangisan Dwi tak dapat dibendung lagi.

Puk puk puk

"Sebaiknya adek cepat kabarin orang tua pasien biar pasien bisa cepat di tangani dan tidak terjadi hal yang tidak diinginkan" dokter Ega berusaha menghibur Dewi sambil menepuk-nepuk pelan pundak Dwi dan memberikan sapu tangannya kepada Dwi.

Sroottt

"Iya benar makasih dok" kata Dwi setelah membersihkan hidungnya yang mulai berair dengan sapu tangan yang diberi dokter Ega.

Melihat tingkah Dwi yang menggemaskan membuat dokter Ega tertarik.

"Sus lihat hp pasien ini gak?" tanya Dwi pada suster yang sedang memasang infus Fian.

"Oh tadi saya taro di laci itu mbak" jawab suster itu menunjuk laci di depan Dwi.

"Makasih sus" setelah mendapatkan hp Fian, Dwi langsung ingin membukanya untuk menghubungi orang tua Fian tapi ternyata hp Fian menggunakan pin yang tentu saja Dwi tidak tau.

"Hiss kok gak bisa sih" kesal Dwi setelah mencoba berkali-kali tapi gagal.

"Pakai sidik jari aja mbak" saran suster tadi sambil tersenyum.

"Oh iya" jawab Dwi sambil menggaruk kepalanya malu.

"Akhirnya kebuka" seru Dwi kegirangan.

Drtt drtt drtt

(Ibu)

Itu lah nama yang terpampang nyata di layar hp Fian itu. Dwi baru saja ingin menghubungi ayah Fian ternyata didahului oleh ibunya.

"Ha-halo bibi" sapa Dwi saat mengangkat telepon ibu Fian itu.

"Halo ini siapa? dimana anak saya?" tanya ibu Fian ketus.

"Halo bibi perkenalkan saya Dwi, saya baru saja mau menelpon bibi" jawab Dwi mencoba tenang.

"Ternyata kamu sudah pulang,ada apa kamu mau nelpon saya?" tanya ibu Fian yang semakin garang saat mendengar nama Dwi.

"Hmm saya mau mengabarkan saat ini Fian sedang dalam penanganan di RS.Mutiara, saya diminta dokter untuk menghubungi wali Fian untuk memberi kabar dan bibi atau paman sebagai diminta untuk kesini" qjelas Dwi panjang lebar berharap ibu Fian tidak marah-marah.

"Hah RS, Dwi kamu apakan anak saya? kamu baru pulang tapi sudah buat masalah ya untuk anak saya bisa-bisanya kamu ya" pupus sudah harapan Dwi, inilah alasan mengapa Dwi tadi lebih memilih ingin menghubungi ayah Fian itu karena ibu Fian tidak menyukainya.

"Bibi saya juga tidak tau tadi kami di hadang Dean dan teman-temannya" panik Dwi mencoba menjelaskan.

"Halah sudah saya kesan sekarang" jawab ibu Fian dan langsung menutup telpon.

Deg

"Matilah" gumang Dwi frustasi.

TBC....