webnovel

Anda Sedang Bermain Api!

Editor: Wave Literature

Setelah diminta Kakek Gu untuk menghubungi anaknya untuk segera pulang. Lin Sao masih tampak bingung memikirkan alasan yang bisa membuat Gu Yu pulang sekarang juga. 

Sejak tiga tahun yang lalu, Gu Yu selalu membantah perintah Kakek Gu. Karena ia membatalkan pertunangan dengan Xu Weilai, Kakek Gu sangat geram padanya. Bahkan ia sampai mengatakan kata-kata dengan maksud mengusir Gu Yu dari rumah ini. Saat itu juga, Gu Yu pun angkat kaki dari rumah.

Sejak saat itu, hubungan keduanya sangat kaku. Meskipun terkadang Gu Yu mengunjungi Kakeknya, namun Kakeknya selalu menjaga sikap di depannya. Tidak peduli seberapa besar Kakek Gu merindukan cucunya itu, ia tidak sudi menghubunginya agar datang ke rumah. Namun hari ini berbeda, ia justru membuka pintu untuk cucunya.

Apa mungkin ini terjadi karena ada Xu Weilai di lantai atas? Tapi Gu Yu pasti tidak sudi untuk melihat Xu Weilai. Namun sekarang, Kakek Gu tidak hanya membiarkan Xu Weilai tidur di kamar Gu Yu saja, tapi dirinya juga menyuruh Gu Yu datang ke kamarnya sambil melihat Xu Weilai di sana. Astaga Kakek ini ingin bermain api dengan cucunya!

Karena cerita itu, Lin Sao merasa dilema untuk melaksanakan perintah Kakek Gu. Dengan perasaan ragu, Lin Sao bertanya lagi dengan hati-hati, "Tuan, Anda yakin?"

Kakek Gu menggerutu tidak senang, "Memangnya kenapa?! Turuti saja perintahku! Kalau hari ini tidak bisa membuatnya datang kemari, besok kusuruh kau berkemas dan pergi ke rumahnya!"

Perintahnya itu membuat Lin Sao tidak berani bertanya lagi. Ia hanya bisa mengusap keringat akibat kegugupannya ini. Dengan tergopoh-gopoh, ia langsung menuju meja telepon rumah ini. Segeralah ia menekan nomor telepon milik Gu Yu. Setelah telepon tersambung, ia pun melaksanakan perintah Kakek Gu.

Di sisi lain, Gu Yu yang mendengar penjelasan dari Lin Sao, langsung terkejut. Namun sepuluh detik kemudian dengan bersuara berat, ia berkata "Baiklah."

*****

Setengah jam setelah menutup panggilan tersebut, Gu Yu tiba di kediaman keluarga Gu.

Saat itu Kakek Gu sedang duduk di sofa sambil memandangi sebuah foto. Ia melihat dengan teliti foto itu sambil menghela napas. Terlihat sedikit air matanya mengalir menuruni garis hidungnya. 

Gu Yu berjalan menghampiri, lalu duduk di depan Kakeknya. Matanya melirik ke arah wine yang ada di atas meja. Hal itu membuatnya heran, bertanya dengan suara berat, "Bukannya Kakek sedang tidak enak badan? Kenapa masih minum wine?"

"Bocah nakal! Kalau Lin Sao tidak bilang seperti ini, kau tidak akan datang?" Kali ini Kakek Gu sudah tidak menjaga sikapnya lagi. Ia tidak malu menunjukan ekspresinya. Ia pun melanjutkan omelannya, "Setelah kedua orang tuamu meninggal, rumah besar ini terasa sangat kosong. Kau juga pergi dan jarang kembali, membuatku kesepian di sini. Kalau kau tak sudi bertemu denganku, lebih baik aku ke surga saja bersama anak dan menantuku, menghindari kebencian darimu."

Benar kata pepatah, semakin tua seseorang, kelakuannya semakin seperti anak kecil. Gu Yu yang membiarkan kakeknya mencela dirinya, kemudian merespon "Kakek akan hidup 100 tahun lagi."

"Kalau kau mau aku hidup sampai 100 tahun, kau harus segera menikah, memberiku cicit yang bisa aku timang-timang dan meningkatkan kepopuleran keluarga Gu di mata masyarakat!"

Setelah mendengar pernyataan itu, Gu Yu tidak bisa menjawabnya. Ia hanya bisa mengulurkan tangan untuk mengambil segelas wine yang disediakan di meja, lalu menyeruputnya.

Setiap kali bertemu, keduanya selalu seperti ini. Kakek Gu selalu menahan kekecewaan dan menambahkan ucapannya setelah menghela napas, "Dulu kau tidak suka dengan Xu Weilai, sekarang bagaimana dengan kekasih barumu? Namanya Su Ziqian, kan? Dia adalah perempuan pilihanmu sendiri, kalian juga sudah bersama selama tiga tahun. Kalau kau menyukainya, aku tidak akan menolak, langsung saja tentukan tanggal pernikahannya."

Entah karena Gu Yu jadi teringat Xu Weilai atau Su Ziqian, ia berubah jadi tidak sabaran, "Kalau Kakek hanya memanggilku untuk membicarakan hal ini, lebih baik Kakek istirahat saja, aku pergi dulu."

Mendengar itu, Kakek Gu pun marah, "Aku menyuruhmu datang untuk menemani hari tuaku, kenapa kau bisa tidak sabaran seperti ini?"

Gu Yu hanya meluruskan bibirnya dan tidak berkata apa-apa. Beberapa lama menghening dalam suasana yang kaku ini, Kakek Gu akhirnya berkata, "Baiklah-baiklah, aku tidak perlu berbicara itu lagi. Tapi aku rindu orang tuamu, sampai aku tidak bisa tidur. Temani aku minum sebotol wine ini, ya?"

Gu Yu melihat Kakeknya, terutama memperhatikan cambang kakeknya yang mulai beruban. Melihat itu, ia pun menjadi kasihan dan tidak sanggup menolak "Baiklah, Kek!"

*****

Saat ini sudah larut malam, sepasang kakek dan cucunya masih minum bersama-sama. Gu Yu meminum wine yang tersedia secara tidak terkendali. Ia sampai tidak tahu sudah habis berapa botol bersama kakeknya. Ia berangsur-angsur mabuk.

Ketika hampir mabuk, Kakek Gu mendapati cucunya sudah sangat mabuk. Ia pun segera memerintah Lin Sao, "Antar Gu Yu beristirahat ke kamarnya."