webnovel

Mabuk Sampai Tidak Sadarkan Diri

Editor: Wave Literature

Setelah Xu Weilai menerima tantangan untuk minum 10 botol bir yang mempunyai kadar alkohol yang tinggi itu. Hingga pada akhirnya ia terjatuh dan menabrak seseorang.

"Ma... maa..." Belum selesai Xu Weilai mengucapkan maaf, rasa mual sudah membumbung tinggi. Ia pun menutup mulutnya dan ingin beranjak. Sayangnya kakinya sudah tidak bertenaga dan tubuhnya terasa lemas.

Orang yang Xu Weilai tabrak akhirnya bisa melihat wajahnya. Ia pun terkejut, "Xu Weilai?"

Dengan memastikan lebih lanjut, selain bertanya pada Xu Weilai, ia juga bertanya pada sekretaris di belakangnya, "Lao Lin, Ini Xu Weilai, kan?"

Lao Lin pun menunduk dan menjawab, "Benar Tuan, ini Nona Xu."

"Kapan anak ini pulang dari luar negeri? Kenapa bisa mabuk seperti ini? Ya sudah, kau bantu dia berjalan."

"Baik, Tuan."

Xu Weilai merasa linglung saat dibantu berjalan. Dalam keadaan seperti itu, ia masih bisa mendengar suara seseorang yang menyebut namanya. Setidaknya ia masih bisa mendengar suara itu yang terdengar sangat ramah, panik, perhatian, dan juga terdengar tidak asing baginya.

Xu Weilai berusaha keras membuka mata untuk melihat orang itu. Sayangnya efek sebotol bir dengan kadar alkohol yang tinggi ini memang terlalu kuat baginya. Apalagi setelah memaksakan diri untuk minum 10 botol sekaligus, tentu membuat kesadarannya menjadi kacau. Sekarang, seluruh tubuhnya merasakan dampaknya. Pikirannya menjadi kacau, penglihatan di depannya seakan bergoyang, dan bayangan yang ia lihat juga terpecah hingga tidak terhitung banyaknya. Apapun yang dilihatnya, semua terasa tidak jelas.

"Kau... Kau..." Xu Weilai kesulitan mengucapkan kata-kata, terlebih lagi matanya masih berkunang-kunang saat berusaha mengenali orang itu.

Untungnya, pria itu berada di dekatnya, sehingga ia bisa mendengar pria itu menjawab "Xu Weilai, aku Kakek Gu!"

Namun Xu Weilai sudah tidak punya tenaga untuk berpikir. Pandanganya pun menggelap dan akhirnya ia jatuh terlelap.

Kakek Gu menepuk-nepuk ringan pipi Xu Weilai sambil memanggil namanya, namun Xu Weilai tidak merespon. Ia mabuk sampai jadi seperti ini, tentu ia juga tidak bisa ditinggal sembarangan. Dengan langkah sigap, Kakek Gu menyuruh Lao Lin mengangkat Xu Weilai sekaligus meninggalkan restoran.

Kemudian Kakek Gu masuk ke dalam mobil. Dan Lao Lin pun membantu membopong Xu Weilai masuk ke dalam mobil yang sama, kemudian pindah ke kursi kemudi, "Tuan Gu, apakah kita membawa dia ke kediaman Xu?" Tanyanya dengan sopan.

Kakek Gu yang melihat Xu Weilai mabuk sampai tidak sadarkan diri jadi merenung sejenak. Kemudian terbesit keputusan, "Tidak perlu, bawa pulang saja."

"Hah? Kenapa?" Tanya Sekretaris Lao Lin dengan nada terkejut.

"Apalagi yang kau pikirkan, cepat jalan!"

"Baik Tuan."

*****

Setelah sampai di kediaman keluarga Gu. Kakek Gu tampak sedang duduk di sofa ruang tamu. Dalam suasana yang sudah tenang, ia meneguk teh yang baru saja diseduh untuknya. Perlahan ia menutup mata dan merasakan aroma wangi teh tersebut.

Beberapa saat kemudian, seorang pelayan perempuan bernama Lin Sao mendekati posisi Kakek Gu. Ia baru saja turun ke lantai bawah untuk melapor pada kakek Gu, "Tuan, saya telah melaksanakan perintah Anda. Saya sudah membawa Nona Xu ke kamar Tuan Muda Gu, namun gadis itu sempat muntah beberapa kali. Saya juga sudah mengganti pakaian Nona Xu, menyeka wajahnya dan memberinya segelas susu. Sekarang Nona Xu sudah tertidur."

"Ya, bagus." Kakek Gu mengangguk puas.

Kemudian, Lin Sao bingung, "Tuan Gu, di rumah ini banyak sekali kamar tamu, tapi mengapa Anda membiarkan Nona Xu berada di kamar Tuan Muda Gu? Tuan Muda Gu tidak suka ada orang lain yang masuk ke kamarnya, apalagi dia sudah membatalkan pertunangannya dengan Nona Xu. Bukankah ini akan menimbulkan masalah nantinya?"

Kakek Gu pun menjawab, "Kau mengerti apa? Dasar, kau dan keluargamu sama-sama tidak mengerti!"

Kakek Gu mengatakan itu tanpa menunjukan ekspresi merendahkan. Sebaliknya, Lin Sao hanya bisa menutup mulut karena tidak memahami maksud Tuan Besar Gu...

Kakek Gu tersenyum lalu meneguk tehnya lagi, "Sekarang kau telepon Gu Yu, tidak peduli apapun alasannya, hal terpenting adalah membuatnya harus datang kemari!"

Lin Sao tercengang karena kaget. Bagaimana mungkin ia bisa meminta Gu Yu yang egois itu untuk segera datang ke sini?