Hati Rafi bertanya-tanya sebenarnya apa yang telah terjadi, lalu siapa pria yang tadi dan kenapa Paman nya belum di temukan sama sekali, bermacam-macam pertanyaan timbul di pikiran Rafi yang membuat dia diam dan berpikir. Vina mendekati Rafi yang tetap diam memperhatikan jalan.
"Fi apa dia Pamanmu" tanya Vina perlahan mendekat.
Rafi berbalik dengan menghadap Vina lalu menatap Vina dengan tatapan yang serius "Vina apa kau percaya dengan ku".
"Iya aku percaya sama kamu" jawab Vina yang dengan serius juga.
"Apa sepenuhnya kau percaya dengan ku, maksudku apa kau percaya dengan Pamanku kalau dia bukan orang jahat" tanya Rafi dengan tatapan yang amat serius.
"Mungkin iya, seperti nya dia baik, sebaiknya kita kembali saja dan memberi tahu Pak Deo mungkin dia kenal orang itu" jawab Vina dengan tatapan yang meragukan.
Rafi pergi menaiki sepeda dengan muka yang murung karna di pikirannya hanya pertanyaan yang belum dia temukan jawabannya.
"Ayo cepet naik" tanya Rafi.
"Apa kau pergi begitu saja, lalu siapa yang akan bayar makanan ini?" tanya Vina balik.
"Oh iya aku hampir lupa, aku yang pegang uang kan?" mencari di setiap kantung nya akan tetapi uang nya tidak ada.
"Apa kita ke sini tanpa minta uang tadi" tanya Vina.
"Ini salahmu kenapa kau tidak biarkan saja Pak Deo yang membeli, sekarang bagaimana apa di sini kita bisa ngutang dulu hah?" ucap Rafi dengan sedikit emosi.
"Kamu yang salah kenapa kamu malah ambil sepeda bukannya ambil uang" ucap Vina dengan saling menyalahkan.
"kamu yang salah, aku mengambil sepeda supaya kita bisa kesini dengan cepat, lalu apa yang kamu kerjakan saat aku ambil sepedanya hah?" tetap saling mengalahkan.
"Kamu yang salah dan tetap kamu yang salah" ucap Vina dengan sedikit emosi.
"Aku,kenapa aku yang salah? jelas jelas kamu yang salah"
"Tetap kamu yang salah titik" ucap Vina untuk menghentikan berdebatan.
"Komaaa, oke belum ku kasih titik sebelum Kamu sadar kalo kamu yang salah" Rafi yang tetap menekankan.
"Ku kasih tau kamu ya, laki-laki itu selalu salah dan Perempuan tidak pernah salah karna dia selalu benar paham" dengan mendorong dada Rafi.
"Sial, Perempuan memang tidak pernah mau kalah" berbalik arah.
"Sekarang apa" tanya Vina.
"Ya mikir sendiri kan kau tidak pernah salah" jawab Rafi dengan sedikit kesal.
"Sebenar benarnya Perempuan dia juga butuh berbagai pikiran dengan seorang pria" ucap Vina yang membujuk.
"Lupakan saja, aku bukan seorang laki-laki maupun Pria aku seorang janda maksudku seoarang wanita oke dan aku akan tetap selalu benar" ucap Rafi dengan suara yang keras.
"Hey kau ini kenapa?, dalam sekejap kau berubah galak seperti orang menstruasi" tanya Vina.
"Ya karna aku ini seorang wanita apa kau puas" jawab Rafi dengan kesal.
"Ya sudah oke" ucap Vina dengan berbalik.
"Ooooke gimana?, Ayo lah coba mengerti" ucap Rafi menarik pundak Vina.
Pesssss.. Dengan seketika Rafi menerima tamparan dari Vina "dengar kau yang sebagai laki-laki cobalah mengerti terhadap perasaan wanita kau paham" ucap Vina dengan menujuk muka Rafi.
"Baiklah" menurunkan telunjuk Vina dengan berbalik arah.
Tak lama kemudian datang Pak Aryan dan Pak Deo "Kalian lupa bawa uang" ucap Pak Aryan.
"Kalian datang kesini menggunakan apa" tanya Rafi.
"Motor nya Pak Deo" jawab pak Aryan.
"Apa, seandainya kalian tau rasa capek nya mengayuh sepeda" kata Rafi.
"Rasain" ucap Vina dengan senyuman mengejek.
"Sudahlah sebaiknya kita kembali akan ku tunjukkan nanti malam sesuatu yang tidak pernah kalian lupakan, sekali dalam seumur hidup kalain" ucap Pak Deo sambil berjalan menuju motor.
"Baiklah, ayo cepet naik nona tapi sekarang bantu aku mengayuh sepedanya. kau ini agak sedikit merepotkan" ucap Rafi di atas sepeda.
"Apa katamu" menepuk pundak Rafi.
"Sudahlah lupakan saja".