webnovel

Change To Other Side

Apa yang akan kau lakukan? Jika suatu malam kau bangun di sebuah ruangan gelap yang tidak kau kenal? Takut? Bimbang? Atau malah suatu perasaan khusus yang belum pernah kau rasakan sebelumnya? Ya, ini adalah ceritaku. Dimana setiap aku tidur, jiwaku akan terpindahkan ke tubuhku yang ada di masa depan. >>Other Side

HigashiSasaki · Fantasi
Peringkat tidak cukup
20 Chs

Akan dimulai

Other Side

Chapter 5: Misi akan di mulai

Seminggu telah berlalu semenjak kejadian itu ... Aku yang sedang berada di kelas jam pelajaran terakhir, menunggu bel berbunyi, dan ....

Kriiingg!!

Bel pulang berbunyi dengan lantang. Guru pun langsung mengakhiri  pelajaran. Semua murid mulai Merapikan mejanya dan memasukkan buku kedalam tas.

Begitu juga denganku, aku mulai memasukkan satu persatu buku yang ada di dalam meja ke dalam tas. Ryan yang duduk di depanku berbalik dan menatap tajam mataku.

"Hey, Agi? Bukanya kau sadar ya kalau wanita yang waktu kau selamatkan itu selalu menatapmu dari pintu kelas? Bahkan selama istirahat dia selalu mengikutimu. Hiiii, merinding. Dan yang anehnya, kemarin kau tiba-tiba saja mengajaknya pulang bersama, apa kau gila?!" tanya Ryan sambil agak memukul meja dan menatapku serius.

Aku tersenyum kecil.

"Yah ... Daripada yang di lakukanya di tempat lain, menguntitku terasa jauh lebih baik," jawabku sambil berdiri dan menyandang tasku di bahu.

"Apakah kau yakin kalau ini baik-baik saja?" Ryan tetap bertanya sambil berdiri mengikutiku.

Aku lagi-lagi membalasnya dengan senyuman kecil. Aku kemudian melirik ke arah pintu kelas, wanita itu yang sadar kalau aku melihat ke arahnya langsung menyembunyikan diri kebelakang pintu.

"Yah, aku yakin ...." Aku kemudian mulai melangkah ke arah luar kelas.

Aku berjalan mendekati pintu, kemudian melirik ke kanan dimana wanita itu jongkok menyender ke salah satu pintu yang tertutup sambil terlihat gugup.

"Ayo," ajakku sambil tersenyum ke arahnya.

Dengan reflek dan malu ia langsung berdiri

"Bbbbb-baik!" balasnya panik.

Ryan yang masih ada di dalam kelas menatapku Aneh. Beberapa saat kemudian, aku melirik kebelakang, ke arah Ryan.

"Maaf ya, hari ini kau jangan ikut pulang bersama, atau kau akan mati olehnya."

Aku mengatakanya sambil tersenyum lebar dan menggunakan tatapan yang serius.

Ryan tersentak, "Hadeehhh, kalau itu adalah candaan. Itu adalah candaan yang buruk kau tau. Lagian aku tidak bisa pulang langsung. Aku masih memiliki ekstrakulikuler yang harus di ikuti. Kalau begitu, sampai jumpa ya ...."

Ryan berjalan keluar kelas sambil menepuk pundakku. Kemudian ia berbelok ke kiri ke arah ruang ganti baju dan berniat menuju lapangan.

"Apakah itu sudah cukup?" tanyaku sedikit melirik ke arahnya.

"Ya! Pastinya, terima kasih Darling, telah menerima permintaanku," balas wanita itu yang langsung berdiri kemudian memeluk tangan kananku.

"Ahhh, sial, sial, sial. Fokus!" batinku melirik ke arah lain karena sesuatu yang lembut menempel di tanganku.

"Jadi, ayo ...."

Wanita itu kemudian melangkah terlebih dahulu, aku pun mengikutinya.

Kami berjalan melewati koridor, menuju tangga dan turun kelantai satu. Walau kami menjadi pusat perhatian selama berjalan, tetapi semuanya diam. Tidak ada yang berani membicarakanku. Yah, aku tau alasanya karena apa ....

Tapi, itu berbeda ketika kami mencapai lantai para junior kelas satu, semua langsung mulai menggosip yang bahkan telingaku bisa mendengarnya.

"Hey, hey. Apakah kau tau rumor baru-baru ini? Keyla anak kelas 1-6 sepertinya mulai berpacaran dengan Senior Agi Dari kelas 3-3."

"Aku tau hal itu. Tapi, bukankah si Keyla itu adalah anak yang anti sosial? Dia sama sekali tidak pernah berexpresi dan selalu memasang wajah dingin. Katanya ia pernah menusuk telapak tangan teman sekelasnya hanya karena saling ejek."

"Ya, ya benar. Terlebih lagi pacarnya adalah senior Agi loh.  Orang yang seminggu lalu mengalahkan tiga pembully terkuat disekolah kita seorang diri. Terlebih lagi rupanya dia sangat pintar. Bagaimana si sampah Keyla itu mendapatkan hatinya."

"Apakah jangan-jangan ia menggunakan pelet?"

"Haha, kemungkinan besar."

Obrolan itu yang melewati telingaku di ucapkan tanpa ragu sedikitpun. Aku kemudian melirik ke arah Keyla yang berjalan dengan santai sambil menggandeng tanganku dan tersenyum

Aku kemudian menghela nafas sambil tersenyum kecil. Sepertinya aku tidak perlu mengkhawatirkannya. Keyla sama sekali tidak mendengarkan perkataan mereka.

"Hunnn? Ada apa?" tanya Keyla memiringkan kepala menatapku yang tersenyum sendiri.

"Ah tidak, tidak ada."

**

Kami melanjutkan perjalan. Walau perjalanan menuju keluar sekolah setiap saat kami mendengar omongan orang-orang, kami berdua tetap tenang.

Sesaat setelah keluar dari wilayah sekolah, kami berbelok ke kanan. Walau perjalanan terasa hening karena tidak ada yang di bahas, aku merasakan bahwa Keyla benar-benar merasa bahagia.

Tapi, setelah kami berbelok ke sebuah gang kecil dan sepi. Kami dicegat oleh puluhan orang.

"Yo," ucap pemimpin dari gang tersebut dengan santai.

"Baiklah, dengan jumlah kami sekarang. Kami tidak akan kalah. Kami pastikan bahwa kau akan mendapatkan balasan dari merendahkan gang kami!" tambahnya sambil mengarahkan pemukul baseball ke arahku.

**

"Haha, hahaha, HAHAHAHAHA!"

"Pertama kali 3 orang, lalu 6. Kemudian bertambah menjadi 13, dan kemarin ada 18. Sekarang ada 23? Apakah kalian benar-benar tidak belajar dari kekalahan!?" tanyaku sambil merendahkan mereka dengan kesal karena terus mengganggu.

"Diam! Kali ini kami tidak akan kalah, SERANG!!" teriak pemimpin dari gang tersebut. Maju sambil membawa senjata masing-masing.

"Baiklah, Keyla. Lepaskan tanganku untuk sementara ya. Dan segera mundur agar kau tidak terluka," ucapku sambil menatapnya.

Ia kemudian tersenyum. "Baiklah!"

Keyla pun berjalan mundur.

"Jadi, mari kita uji. Seberapa meningkat kekuatanku setelah berlatih selama seminggu," gumam ku sambil bersiap.

Sebuah pukulan bat melayang dari atasku. Dengan santai aku menghindarinya, yang kemudian langsung di sambut dengan dua orang menggunakan tongkat kayu mencoba memukul pinggang kiri dan kananku. Dengan reflek aku loncat yang membuat pukulan kedua orang itu tidak mengenaliku. Kemudian menendang kepala kedua orang itu sambil berputar.

Disaat aku baru saja menyentuh lantai. sudah di sambut dengan 5 orang yang mengepungku dan melancarkan serangan. 

Aku kemudian mengangkat salah satu ujung bibirku. Aku langsung mengganti kuda-kuda ku dan dengan sangat cepat meninju dagu salah satu dari kelima orang yang mengepungku. Aku menggunakan celah itu untuk loncat mundur dan membuat jarak.

Orang yang tersisa langsung maju, aku dengan mudah menghindari serangan mereka kemudian meninju ulu hati atau dagu mereka yang langsung membuat mereka pingsan.

***

10 menit berlalu~

Aku berdiri di atas 23 orang yang tergeletak pingsan di tanah. Aku berkeringat dan merasa sangat kelelahan. Tubuhku berbeda dengan tubuh yang satu lagi. Tubuhku ini belum terlatih untuk menerima beban berat dan sepertinya akan mudah kelelahan.

Kedepanya aku harus waspada atau bisa-bisa aku tergeletak tidak bisa bergerak karena tubuhku menerima beban yang melampaui batas. Sepertinya mulai sekarang aku harus lebih rajin latihan, dan marathon pagi.

Aku kemudian melirik kebelakang. Ke arah Keyla berada.

"Maaf, apakah lama?" tanyaku dengan nada rendah karena kelelahan.

Aku kemudian menatap wajah Keyla yang berbinar-binar. Diapun menjawab, "Tidak, aku malah merasa terhibur dan senang kok."

Ia tersenyum lembut. Aku kemudian menghela nafas dan berbalik lalu mulai melangkah menuju ke arahnya. Namun tiba-tiba saja, sebuah pemukul baseball melayang ke arahku dari samping kir.

Rupanya, ada satu orang yang daritadi berpura-pura pingsan. Aku yang dengan reflek dan merasa bisa menghindarinya. Mencoba bergerak ke kanan. Namun beberapa saat kemudian, tiba-tiba saja kakiku terasa sakit. Sepertinya tubuhku ini benar-benar terbebani.

Dan karena itu jugalah, aku terpukul sekali di pipi kiri dan terpental kebelakang.

Aku terjatuh di tanah.

"Sial! Tidak, tidak, tidak. Gawat, ahhh! Tholol! mending lu tidur dan pingsan aja. Kalau sudah begini bakalan susah!!" teriakku di dalam hati yang panik.

Dan benar saja, dari arah lain. Terasa hawa membunuh yang mematikan terasa.

"Tanganmu yang kotor itu berani memukul darlingku? Tidak bisa di maafkan, tidak bisa di maafkan, tidak bisa di maafkan!!" gumam Keyla berkali-kali dengan sangat marah dan langsung berlari maju

"Henti—." Aku tertahan. Aku tidak bisa berdiri untuk beberapa detik lagi karena kedua kakiku masih terlalu sakit. Namun, beberapa detik saja itu sudah berakibat sangat fatal.

Ia berlari dengan cepat ke arah orang itu. Dan kemudian langsung menangkap tangannya lalu diputar kebelakang dan kemudian dalam posisi terbalik tanganya berada di atas. Tidak hanya itu, terlihat pergelangan siku orang itu sudah terputar dan patah hanya dalam 2 detik, tangan orang itu mengalami luka yang sangat parah dan tidak mungkin untuk di kembalikan seperti semula lagi. Satu-satunya cara adalah melakukan amputasi.

"Aaaaaaaa!!!" pekik orang itu merasa sangat kesakitan

"Tidak bisa di maafkan, tidak bisa di maafkan, tidak bisa di maafkan!"

"Sepertinya mematahkan tanganmu saja tidak cukup membuatku puas. Kalau begitu, aku akan langsung memisahkan tanganmu dari tubuhmu sekarang juga! Tidak peduli kalau kau akan mati karena kehabisan darah!" teriak Keyla masih sangat kesal. Beberapa saat kemudian Keyla mengaluarkan pisau tersembunyi beracun miliknya yang ada di paha. Lalu mengangkatnya ke atas dan benar-benar berniat memutuskan tangan orang itu.

Beruntung, saat itu kakiku sudah bisa kugerakkan. Aku dengan cepat berdiri dan berlari ke arah Keyla. Aku berdiri di depannya dan dengan cepat menahan pisau itu dengan telapak tanganku.

"Cukup! Hentikan!" bentakku padanya.

"Tidak bisa di maafkan, tidak bisa dimaafkan, tidak bisa di maafkan," gumam Keyla masih kelas kendali.

"Ck," decitku kesal lalu dengan cepat melepas tangan orang itu dari genggaman Keyla, dan langsung memeluknya, erat.

"Sudah cukup! Tenang, Keyla. Tenang ...."

Aku memeluknya erat dan hangat.

"*Blush* Aaaaa-apa yang kau lakukan," ucap Keyla panik dan merasa malu karena baru kali ini seumur hidupnya ia memeluk seseorang.

"Apa? Tentu saja aku sedang menenangkanmu," balasku halus sambil mengeratkan pelukan.

Keyla tampak diam dan panik, mukanya memerah dan ia tidak tau harus apa.

"Jadi, apakah kau sudah tenang?" tanyaku sambil melepas pelukan dan memegang kedua pundaknya lalu menatapnya.

Muka Keyla masih memerah karena malu.

"Y-ya, aku sudah tenang," jawabnya sambil menunduk karena tidak tau harus bereaksi apa.

"Baguslah." Aku tersenyum.

Beberapa saat kemudian aku tersentak, karena mataku tiba-tiba mulai terasa berat. Saat itu juga aku baru sadar kalau sedang merasakan pedih di telapak tanganku. Aku melihat bahwa telapak tanganku koyak karena menahan pisau Keyla tadi.

"Ah, sial ... Aku lupa kalau di pisaunya itu terdapat obat bius juga," ucapku yang secara perlahan menjatuhkan badanku kebelakang.

"Darling!!" teriak Isla panik.

<OTHER SIDE>

Aku terbangun di atas kasur lembut yang ada di sudut ruangan waktu itu, lagi.

Aku kemudian melirik seisi ruangan dan menyadari bahwa disana sangat sepi. Hanya ada aku dan ....

"Ahh, tuan. Kau sudah bangun?" tanya hologram sistem yang ada di tengah ruangan.

"Diam," jawabku sambil duduk di atas kasur dan mengangkat salah satu lutut yang di atasnya kugunakan sabagi tumpuan tangan kanan.

"Ini sudah hari ketiga, Keyla pergi tanpa kembali. Apa yang sebenya terjadi?"

Aku berfikir dengan keras.

"Jadi tuan? Latihan apa yang akan anda ambil hari ini?"

...

"Siapkan 5 robot petarung menggunakan kapak untukku."

"Memproses ...."

"Selesai, selamat bertarung tuan ...."

Aku dengan tatapan dingin bangun dari kasur. Kemudian berjalan ke kanan, ke sudut ruangan yang tersusun ratusan senjata.

Akupun mengambil pedang dua tangan yang cukup berat.

Disaat yang sama, dari arah yang berbeda-beda. Dinding terbuka ... Lalu keluarlah kelima robot itu.

"Jadi ... Mari kita mulai," ucapku dengan santai sambil maju duluan.

***

2 jam kemudian~

Salah satu dinding lagi-lagi terbuka, seorang wanita masuk kedalam ruangan dengan santai dan bersenandung bahagia.

Wanita itu kemudian terhenti, saat melihatku yang ada di tengah ruangan duduk di atas sepuluh robot berukuran besar sambil mengangkat pedang besar di bahu kananku.

"Darimana saja kau 3 hari tidak terlihat?" tanyaku dingin sambil melihat ke arahnya.

"Ara ... Apakah kau merindukanku?" tanya Keyla dengan tersenyum ke arahku.

Aku menghela nafas, kemudian melihat ke arah langit-langit.

"Yah, mungkin ...," jawabku sambil kembali melihat ke arahnya.

"Eh? Beneran? Ini beneran? Darling merindukanku? Darling merindukanku!! Aaaaa!!" teriaknya kegirangan bahagia sambil memegangi kedua pipinya.

"Hahaha," tawaku melihat ekspresinya yang seperti dugaanku.

"Lalu? Ada apa?"

"Ah, itu ... Akhirnya kita berdua mendapatkan misi untuk di kerjakan bersama. Aku ingin membawamu keluar dari sini dan langsung menuju ke misi kita," jelas Keyla sambil berjalan santai ke arah sudut tempat ratusan senjata berada.

"Eh!" responku kaget.

>>Bersambung<<

~Higashi

Selama kalian terhibur, jangan lupa tinggalkan coment penyemangat ya:'D

(Kalau gamau sih gpp, mungkin saya yang harus meningkatkan penulisan agar membuat kalian lebih terhibur)