webnovel

London Bantu Aku Sembuhkan Luka

Tania mengeluarkan handphonenya dan segera menghubungi seseorang. Nama seseorang yang selalu berada di otaknya. Siapa lagi kalau bukan Kevan Celio.

"Aku sudah sampai di London, Van. Aku berharap ini adalah awal yang baru buat aku. I miss you so much." Tania mengirim sebuah pesan kepada kekasihnya itu.

"Aku ikut bahagia. I miss you to, Tania." Kevan membalas pesan itu.

Keduanya masih tetap berkomunikasi dengan baik, hanya saja tidak seintens biasanya karena mereka sama-sama sibuk dengan urusan masing-masing.

Tania bergegas masuk ke mobil setelah seseorang menjemputnya, mobil melaju menuju apartemen.

Tania merebahkan tubuhnya di tempat tidur setelah memasuki kamarnya. Apartemen yang benar-benar nyaman bagi Tania, semua interior di dalamnya bernuansa modern dan cat ruangan bernuansa soft seperti kemauan Tania, papa Tania mempersiapkan semua kebutuhan putrinya dengan baik. Tania kini menghubungi sang papa dan bik Ijah. Tania memutuskan untuk beristirahat sebentar sebelum menata semua barang yang dia bawa di tempat seharusnya. Dirinya benar-benar lelah meskipun di pesawat sudah cukup untuk beristirahat.

Dua jam Tania tidur, badannya mulai sedikit enakan. Dirinya segera bangun dan bergegas mandi kemudian menata semua barangnya. yang masih di dalam koper. Sebuah pigura berukuran 4R terpasang di meja samping lampu tidur. Foto dirinya dan Kevan saat malam prom night. Sebuah senyuman terukir di bibirnya.

"Kangen kamu ...." ucap Tania pada foto itu.

Tania segera menelepon Kevan, tapi tidak ada jawaban. Tania menelpon lagi tapi tak ada jawaban lagi. Tania meletakkan handphone dan kembali menata barang barangnya. Hatinya mulai cemas, pikiran nya mulai tidak karuan. Tidak seperti biasanya Kevan seperti ini. "Mungkinkah terjadi sesuatu kepadanya?" tanya Tania dalam hati. Tidak lama setelah itu ia kembali menghubungi Kevan namun tetap tidak bisa. Tania masih menunggu dengan sabar jawaban dari kekasihnya itu.

Tania menenangkan dirinya, mencoba agar tidak terlalu berfikir hal buruk. Mungkin saja Kevan sedang sibuk dengan jadwal kuliahnya dan tidak sempat memberi kabar. "Ya, mungkin begitu," ucap Tania pada dirinya sendiri. Untuk menghilangkan rasa ke khawatirannya itu, Tania memutuskan untuk keluar ke minimarket yang tidak jauh dari apartemen. Dirinya ingin membeli beberapa kebutuhan dapur untuk memasak. Berbekal buku catatan resep dari bik Ijah yang sudah dipersiapkan sebelum berangkat ke London, Tania ingin mencoba untuk memasak sendiri.

Setelah sampai, Tania mengambil beberapa sayur, buah-buahan, ikan, daging juga telur. Tak lupa ia membeli beberapa macam makanan ringan beserta beberapa minuman kaleng untuk mengisi kulkasnya. Tania memang gadis pecinta camilan, jadi jelas satu troli belanjanya adalah segala macam jenis camilan. Meskipun begitu tubuhnya tetap bagus dan sexy, ia justru susah sekali untuk menambah berat badan. Hal itu membuat dirinya berpikir itu adalah suatu anugerah atau bencana.

Tanpa terasa sudah satu minggu Kevan tidak ada kabar, Tania sudah berusaha menghubunginya dengan beberapa cara. Tania mulai kepikiran, takut terjadi sesuatu kepada Kevan. Tania mencoba menghubungi sahabatnya Rio yang sekarang berada di Singapura untuk mencari tahu keadaan Kevan. Tania mengirimkan alamat rumah Kevan kepada Rio. Rio pun dengan senang hati membantu Tania.

Sementara Dea, Siska, dan Lala melanjutkan pendidikan di Universitas Indonesia meskipun mengambil fakultas yang berbeda. Sedangkan Rio melanjutkan pendidikan di Singapura dan merintis usaha kopi disana. Tania merasa bersyukur memiliki sahabat seperti mereka meskipun jauh, ke empat sahabatnya itu selalu ada untuk dirinya.

Tania kini fokus dengan segala jadwal mata kuliah yang benar-benar menguras waktu, tenaga dan pikirannya. Apalagi dirinya ingin mengikuti pameran dan memperkenalkan karyanya kepada semua orang. Tania benar-benar fokus akan semua persyaratan yang diwajibkan untuk mengikuti pameran itu.

Hingga pada akhirnya, sebuah e-mail dari Kevan merubah segalanya ....

Dear Tania Jovanka,

Aku minta maaf jika membuat kamu khawatir selama seminggu ini. Aku baik l-baik saja, tak perlu cemas. Aku cuma ingin bilang, aku minta maaf tidak bisa melanjutkan hubungan kita. Bukan karena apa-apa, aku cuma ingin kita fokus dengan impian kita masing-masing. Aku harap kamu mengerti. Dan semoga kamu bisa mewujudkan impian kamu nantinya. Baik baik disana.

Salam, Kevan Celio.

Membaca e-mail dari Kevan membuat Tania kehilangan keseimbangan. Pandangannya kabur dan perlahan menghilang ....

***

BRUKK!! Tania pingsan.

Tersadar dirinya mendapati berada di ruang kesehatan kampus, ada perawat disana yang menghampirinya. Memastikan dirinya sudah baik-baik saja. Tania mengatakan terimakasih kepada petugas itu dan segera meninggalkan ruangan. Dirinya kembali mengingat pesan singkat dari Kevan yang baru saja memutuskan dirinya secara sepihak tanpa penjelasan yang logis. Tania merasa sedang berada di dunia lain.

Tania kembali ke apartemen, dirinya benar-benar terlihat berantakan. Polesan wajahnya kini luntur akibat air mata yang sedari tadi tak kunjung reda. Matanya kini sudah menjelma seperti mata panda. Banyak pertanyaan yang timbul dihatinya, kenapa, dan apa!

Dirinya segera mengambil handphone dan segera menghubungi Kevan, tapi nomor itu sudah tidak dapat ia hubungi. Tania mencoba menghubungi lewat Instagram tetapi yang ia dapat semua akun Kevan hilang lenyap begitu saja. Tania membuka e-mail kembali dan membaca e-mail dari Kevan lagi dan lagi!

Dirinya masih tak percaya Kevan mengakhiri hubungan mereka sepihak tanpa penjelasan apapun. Tania merasa bahwa dirinya bodoh tertipu dengan kebaikan dan sikap manis Kevan kepadanya selama ini.

Tania menghubungi semua sahabatnya, menceritakan semuanya. Sikap lebih emosional lagi yang ditunjukkan Rio dan Dea sahabatnya itu. Rio berniat menghajar Kevan jika bertemu suatu saat nanti. Tapi Tania melarang, dirinya tak ingin Rio dan sahabatnya yang lain ikut dalam masalah mereka. Tania menerima keputusan Kevan meski berat. Sahabatnya memberikan support kepada Tania.

Sudah dua bulan Tania putus dari Kevan, setiap hari dirinya berharap Kevan kembali menghubungi dirinya dan menjelaskan semuanya. Tapi bukan itu yang ia dapatkan. Justru tiba-tiba Dea mengirimkan sebuah foto lewat WhatsApp, foto itu adalah foto Kevan bersama seorang perempuan yang sedang melakukan dinner romantis disebuah restoran mewah di London. Tania segera menelepon Dea dan menanyakan maksud dari foto yang dikirimkan padanya.

"De, bisa jelasin itu maksudnya apa?" Tania langsung bertanya setelah Dea mengangkat telponnya.

"Yang seperti kamu lihat, Tan. Kevan itu brengsek! Cowok buaya yang modal omongan manis!" Dea mengumpat dengan kesal.

"Kamu dapat dari mana foto itu?! Aku benar-benar ...." Tania belum sempat melanjutkan perkataannya, air matanya pecah. Hatinya sakit untuk yang kedua kali.

"Aku semalam lagi makan sama Rio karena aku sekarang berada di Singapura untuk liburan. Tiba-tiba kita berdua nggak sengaja ketemu Kevan sedang dinner romantis sama perempuan itu," terang Dea. "Sebenarnya kita berdua nggak percaya kalau itu Kevan, tapi setelah kita lihat dari dekat ... kita baru percaya kalau itu Kevan! Dan perempuan yang dinner bareng dirinya itu seorang model, namanya Tara! Kita berdua udah cek semua tentang perempuan itu." Dea menjelaskan apa yang lihat.

Tania sudah tidak dapat berkata apa-apa, hatinya begitu terluka. Dan semua penjelasan juga foto yang Dea kiriman membuat Tania hancur se hancur hancurnya ....

Semua seakan menjadi jawaban apa yang selama ini Tania cari, Kevan sengaja mengakhiri hubungan mereka karena Kevan memiliki perempuan lain. Dan itu membuat Tania lega, dirinya sudah tidak butuh mencari jawaban apapun tentang Kevan meski ia menginginkan Kevan sendiri yang menjelaskan kepadanya. Tania sadar itu tidak akan mungkin terjadi, bagaimana bisa orang berselingkuh mau jujur dengan pasangannya? It's impossible!

Semua hal indah yang ia lewati bersama Kevan rasanya seperti pisau yang mampu menusuk hatinya setiap ia mengingatnya. Senyum yang dulu selalu ia rasakan karena Kevan, kini berubah menjadi air mata. Tania merasa semua ini adalah kebodohan dirinya yang tidak bisa melihat sisi buruk seorang Kevan dibalik sikap lembut yang ditunjukkan selama ini. semua telah berubah, tak lagi sama.