Setelah Erfly shalat isya, Alfa mengajak Erfly makan seafood di tempat favorit Erfly. Alfa memesan semua makanan favorit Erfly. Walaupun Erfly masih ngirit bicara, setidaknya nafsu makannya tidak hilang.
"Dek, kok kamu tahu Koko dirumah...?", Alfa bertanya disela suapannya.
"Erfly cari Koko di rumah sakit, kata suster Koko pulang setelah operasi", Erfly menjawab santai, matanya tidak melihat wajah Alfa melainkan konsentrasi kepada makanannya.
"Kamu kerumah sakit...? Kenapa...? Kambuh lagi dek...?", Alfa bertanya cemas.
Erfly melambaikan tangan kanannya yang masih memegang capit kepiting. "Erfly baik-baik saja Ko", Erfly bergumam pelan dengan mulut penuh makanan.
"Terus...? Kok kerumah sakit...?", Alfa kembali mengejar jawaban.
"Erfly tadinya mau ngajakin Koko makan diluar, g'ak taunya Koko udah pulang. Makanya Erfly langsung ke rumah Ko", Erfly menjelaskan dengan mulut yang masih penuh makanan.
"Terus... Kamu mau kemana habis ini...?", Alfa kembali bertanya.
"Balik", Erfly menjawab singkat. "Koko g'ak dicariin sama orang rumah sakit...?", Erfly kembali bertanya.
"Habis ini Koko langsung kerumah sakit dek", Alfa bicara pelan. "Lha... Motor kamu gimana...? Kan masih dirumah Koko dek...?", Alfa kembali bertanya.
"Besok aja Ko, Erfly ambil pulang sekolah. G'ak hilang gini", Erfly menjawab asal.
Alfa malah manggut-manggut pelan.
Setelah makan Alfa memutuskan untuk mengantar Erfly pulang terlebih dahulu. Saat sampai didepan rumah Erfly, Cakya sedang duduk diteras rumah Erfly.
Alfa ikut turun bersama Erfly. Raut muka Cakya langsung tidak bersahabat.
"Koko langsung kerumah sakit dek", Alfa pamit kepada Erfly.
"Hati-hati Ko", Erfly bicara pelan, kemudian melambaikan tangannya.
Sesaat satelah Alfa pergi, Cakyapun menaiki motornya.
"Ternyata percuma Cakya mengkhawatirkan kamu, kamu malah asik-asikan sama cowok itu", Cakya nyeletuk kesal.
Erfly tidak bergeming dari posisinya.
Cakya semakin kesal melihat tingkah Erfly, kemudian berlalu bersama motornya dengan kecepatan tinggi.
Erfly masuk kedalam rumah. Kemudian menelepon salah satu nomor yang ada di HPnya.
"Assalamu'alaikum", terdengar suara lelaki dari ujung telfon lain.
"Wa'alaikumsalam", Erfly menjawab ketus.
"Kamu kenapa dek...?", ujung telfon lain bertanya bingung.
"Kenapa sih ada cowok yang kepala batu banget...!!!", Erfly berteriak kesal.
"Hei... Aku belum budek kali, g'ak usah pakai teriak-teriak. Emang bikin ulah apa lagi, makhluk yang satu itu...?", ujung telfon lain bicara santai.
"Seenak jidadnya aja pelukan sama Mayang. Harusnya Erfly yang marah bang, ini malah dia yang marah-marah. Aneh", Erfly menggerutu kesal.
"Hahahaha... Abang ngerti. Jadi ini ngomongin Cakya dek...?", Gama yang di ujung telfon lain baru mengerti arah kemarahan Erfly.
"Udahlah g'ak penting bahas makhluk aneh yang satu itu", Erfly menjawab kesal.
"G'ak penting...? Hahahaha... Kan kamu dek yang nelpon abang terus marah-marah. Aneh, kayaknya harus cek kejiwaan deh kamu dek", Gama mulai dengan candaannya, berusaha mencairkan suasana.
"Ngacok...!!!", Erfly berteriak kesal.
"Hahahaha... Kirain ada apa dek. Kamu ini", Gama tertawa renyah.
"Abang lagi dimana...?", Erfly tiba-tiba bertanya, takut kalau Gama malah sedang dirumah Cakya.
"Oh... Abang lagi di kos-kosan. Ini ada yang masuk baru dek", Gama bicara santai.
"Lha... Erfly ganggu dong. Maaf bang", Erfly merasa bersalah.
"G'ak apa-apa dek, ini juga udah mau pulang. Abang hanya mengantarkan kunci kos-kosan aja", Gama bicara santai, berusaha menghibur Erfly.
"Berapa orang bang yang masuk baru...?", Erfly bertanya lagi.
"Temannya kak Nila yang bertiga. Eh... Temannya kak Nila malah bawa pasukan lagi bertiga", Gama bicara santai.
"Lumayan bang. Udah 8 kamar yang ke isi", Erfly bicara antusias.
"Alhamdulillah dek", Gama mengucap syukur.
"Ya udah, sampai ketemu besok bang disekolah. Erfly tutup ya telfonnya. Maaf kalau Erfly udah marah-marah", Erfly tidak enak hati telah marah-marah kepada Gama.
"G'ak apa-apa dek, abang g'ak masukin hati kok. Tapi... Langsung ke ampela", terdengar tawa renyah Gama lagi diujung telfon seberang.
"Assalamu'alaikum", Erfly mengucap salam.
"Wa'alaikumsalam", Gama menjawab pelan.
Erfly tidak langsung tidur. Melainkan meraih buku kosong yang belum pernah ditulisnya. Kemudian menuliskan rencana Pembukuan untuk bayaran kos-kosan seperti yang dijanjikannya kepada Gama.
***
Pagi-pagi Erfly menelfon Gama minta dijemput sekalian berangkat kesekolah. Sesampainya di dalam kelas, Erfly langsung menyerahkan buku yang semalam dia persiapkan untuk Gama. Gama membaca isinya, kemudian tersenyum.
"Terima kasih dek", Gama menunjukkan buku yang diberi Erfly.
"Sama-sama bang", Erfly melemparkan senyumannya.
"Nanti katanya ada yang mau masuk lagi", Gama memberikan informasi.
"Bagus dong bang", Erfly ikut senang dengan informasi yang dia peroleh.
Gama menatap Cakya yang sedari tadi uring-uringan di kursinya.
"Belum baikan dek...?", Gama berbisik pelan, kemudian memberi isyarat menunjuk kearah Cakya.
Erfly hanya mengangkat kedua bahunya pelan.
"Erfly... Aku mau ngomong", entah datang dari mana, tiba-tiba saja Mayang susah ada dibelakang Erfly.
Erfly menatap malas kearah Mayang, sebelum sempat menjawab bel sudah berteriak nyaring menandakan jam pelajaran pertama dimulai.
"Udah bel", Erfly bicara pelan, kemudian kembali ke tempat duduknya.
Mayang mau tidak mau dipaksa mundur, kembali duduk ke bangkunya disudut ruangan kelas.
Jarum jam terasa berputar lambat. Hingga akhirnya bel istirahat yang ditunggu Mayang bernyanyi juga. Mayang tidak mau kehilangan kesempatan lagi, Mayang segera menyerbu Erfly.
"Erfly... ", Mayang bicara pelan.
Erfly menatap Mayang dengan tatapan tidak bersahabat.
"Mayang g'ak ada apa-apa sama Cakya", Mayang langsung ke pokok permasalahan, tidak mau kesalahpahaman ini berlanjut dalam waktu yang lama.
"Oh", Erfly bicara santai kemudian berlalu pergi keluar kelas begitu saja.
Cakya mengejar Erfly, kemudian menarik lengan Erfly agar berada tepat dihadapannya. Gama menarik lengan Mayang yang ingin menyusul Erfly, "Biarkan mereka menyelesaikan masalah mereka sendiri", Gama bicara pelan kemudian mengawasi Alfa dan Erfly dari daun pintu kelas.
"Kamu kenapa sih...?", Cakya bertanya kesal.
Erfly tersenyum sinis, "Harusnya itu Erfly yang marah sama Cakya karena kejadian kemarin. Ini malah Cakya yang bentak-bentak Erfly. Kalau salah itu minta maaf, bukannya malah marah-marah", Erfly menjawab dengan ketenangan yang masih dia punya.
"Kamu hutang penjelasan sama Cakya...!!!", Cakya bicara sewot kemudian.
Erfly tertawa kecil meremehkan diri sendiri, kemudian berniat ingin pergi meninggalkan Cakya. Tapi... Kali ini Erfly kalah cepat dari Cakya, Cakya sudah berada dihadapannya menghadang langkah Erfly.
"Aku bilang kamu hutang penjelasan sama Cakya...!!!", Cakya kembali mengulang ucapan sebelumnya.
"Percuma, kamu lagi emosi. Apapun yang keluar dari mulut aku pasti salah dimata kamu...!!! Lebih baik kamu dinginin dulu kepala kamu baru kita bicara...!!!", nada bicara Erfly kali ini meninggi. Dan itu cukup untuk membuat Cakya untuk mundur beberapa langkah.
Nyali Cakya ciut saat melihat tatapan tajam dari mata Erfly yang tidak bersahabat. Hatinya terasa teriris, menerima amarah Erfly.
"Cakya...", Mayang bicara lirih saat sudah berada disamping Cakya.