webnovel

Bree: The Jewel of The Heal

Brianna Sincerity Reinhart, putri seorang Duke yang mengepalai Provinsi Heal di Negeri Savior. Suatu hari, Bree menyelamatkan seorang wanita yang berasal dari negeri Siheyuan, sebuah negeri yang merupakan negara sahabat kerajaan Savior. Bree membawa wanita tersebut ke kediaman keluarga Reinhart dan malangnya wanita itu mengalami amnesia dan hanya mengingat kalau dia biasa dipanggil Han-Han. Ternyata wanita tersebut memiliki kemampuan pengobatan tradisional yang sangat mumpuni, sehingga Duke Reinhart memintanya untuk menjadi tabib muda di Kastil Heal. Sejak kehadiran Han-Han Bree mulai semangat menekuni dunia obat-obatan dan menjadi lebih terarah. Bree menjadi rajin untuk memperbaiki diri karena ingin mendapatkan keanggunan seperti Han-Han. Di saat Kaisar Abraham, pimpinan negara Savior, mengadakan kerjasama dengan Siheyuan, mereka menerima delegasi yang dikirimkan. Rombongan tersebut dipimpin oleh Tuan Muda Lacey, seorang jenderal perang yang masih muda, tampan, tangguh namun minim ekspresi. Bree langsung menyukai pria tersebut saat pertama kali mencuri pandang pada Tuan Muda Lacey tersebut. Bree yang mempunyai perangai terbuka dengan terang-terangan menunjukkan ketertarikannya pada Yue Lacey namun penolakan adalah yang menjadi santapannya. Puncaknya adalah saat Yue Lacey bertemu si anggun dan cerdas Han-Han. Tuan Muda tersebut tidak menutupi ketertarikannya dan itu membuat Bree sangat tersakiti. Haruskah Bree mengalah demi Han-Han yang menjadi sumber inspirasinya? Haruskah dia melepaskan pria idamannya, Yue Lacey? Kisah berawal di provinsi Heal. Apakah nama provinsi ini akan sesuai dengan pengharapannya, penyembuh. Ini kisah lika-liku Bree dalam mencari peraduan cintanya. Kisah ini bukan hanya mengajarkan mengenai mengejar dan mempertahankan cinta karena tingkat tertinggi dalam mencintai adalah mengikhlaskan. Siapakah yang akan mengikhlaskan, Bree atau Han-Han?

Pena_Bulat · Sejarah
Peringkat tidak cukup
48 Chs

Berkah Sinar Mutiara Ular

Aku menoleh ke arah datangnya suara, namun sebelum aku sempat menemukan pemilik suara tersebut aku harus merundukkan kepalaku segera karena kalau terlambat sedikit saja, sebuah anak panah siap menembus dahiku.

Setelah memastikan tidak ada serangan susulan, aku kembali mengamati sekeliling dan mengambil anak panah yang menancap di sebatang pohon yang berjarak sekitar sepuluh kaki dari tempatku berada. Sekitar dua depa di sisi kiriku terlihat seekor ular merayap ke arahku. Aku memegang erat anak panah yang baru saja kucabut dari batang pohon tadi.

"Nona Bree, harap simpan panahmu!"

Tidak ada siapa pun di dekatku, jadi aku sangat yakin kalau ular itulah yang sedang berbicara padaku. Namun, aku sangat heran mengapa aku bisa memahami ucapan ular tersebut.

"Refleksmu semakin bagus, Bree."

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com