webnovel

Tersudut di Kolam Renang

Sebastian tersenyum miring. Seringai paling licik dan menyebalkan yang tidak seharusnya muncul itu membuat Tera semakin naik pitam. Tubuh besarnya berusaha menerobos air kolam renang dengan susah payah demi bisa berjalan ke tepi, namun Tera tak menyangka jika pada detik kemudian ia mendapatkan cipratan air yang sangat deras hingga membuat langkahnya terhenti.

Tera kembali terbatuk-batuk, kedua tangan mengusap mata yang perih karena cipratan air yang mengenainya. Ditengah upaya Tera untuk menghentikan batuk dan matanya yang perih, tiba-tiba saja sebuah dorongan yang cepat membentur tubuhnya. Dorongan itu membuat Tera yang sedang lengah tak memiliki kesempatan untuk menghalau dan menyelamatkan diri.

Wanita itu hanya mampu memekik kaget saat kedua kakinya terangkat dari permukaan kolam renang. Ia merasa tubuhnya melayang di dalam air tatkala dua buah tangan melilit pinggulnya, lalu membopong tubuh gendut wanita itu dan membenturkannya ke dinding kolam dengan dorongan yang cukup keras.

"Argh!" pekik Tera saat merasakan punggungnya membentur dinding kolam.

Mata wanita itu masih terpejam karena perih yang melanda, sementara mulutnya terbuka oleh pekikan spontan yang dilakukannya. Tera membuka mata dengan terpaksa, keningnya mengernyit heran saat mendapati Sebastian berada di depannya.

Rupanya pria itu melompat dari tepi kolam renang hingga menimbulkan riak air yang sangat besar dan mengenai wajah Tera. Lalu tanpa menunggu kesiapan Tera, Sebastian justru mendekap dan membopong Tera, lalu menyudutkan wanita malang itu ke dinding kolam yang keras.

"Boss!"

Lagi-lagi Tera mendorong pundak Sebastian menjauh, berusaha memberi jarak aman bagi mereka berdua. Kali ini Sebastian sedikit mengalah dengan menjauhkan wajah dan pundaknya dari Tera, namun tangan pria itu masih setia melilit pinggul berlekuk Tera.

"Jangan menunduk!" ketus Tera.

Wanita itu melotot bulat-bulat dan memberi ancaman melalui matanya. Sedangkan Sebastian Si Boss dari Neraka justru menyeringai sinis bak iblis. Pria itu dengan santainya menurunkan tatapan mata ke bagian bawah tubuh Tera yang terpampang begitu menggiurkan.

Tera hanya mengenakan piyama sutra yang berbahan tipis. Wanita itu tidak menggunakan bra saat tidur dan disinilah dia berada sekarang, basah-basahan di dalam kolam renang sambil memamerkan buah melonnya yang luar biasa menyegarkan mata.

Sebastian berdecak kagum, "Ck. Melonmu sangat menggiurkan, gendut."

"Sudah saya bilang jangan menunduk! Tatap saya! Tatap mata saya sekarang!!" perintah Tera panik, ia berusaha mengalihkan perhatian Sebastian, namun pria keras kepala dan menyebalkan itu justru terlihat semakin menikmati pemandangan di bawahnya.

Piyama yang Tera pakai memiliki kain yang sangat tipis dengan bagian leher yang rendah hingga saat terkena air maka kain itu akan lepek dan menempel erat pada kulit. Belahan buah dada Tera muncul di permukaan air, bahkan bentuk dan ukurannya yang jumbo terpampang jelas dengan begitu mudah. Tera bisa melihat betapa mata Sebastian bersinar terang dengan jakun yang naik turun dengan cepat.

Pria itu terlihat sangat lapar.

"Jangan lihat ke bawah!" desis Tera yang dilanda malu bukan main, Wajahnya memerah dan bibirnya cemberut kesal.

Tangan kanan Tera yang semula menahan pundak Sebastian pun bergerak menuju dagu pria itu, menjepit dagu Sebastian dengan ibu jari dan telunjuknya, lalu membawa wajah Sebastian ke atas untuk menatap wajah Tera.

Sebastian melirik sinis pada jemari Tera yang menjepit dagunya, kemudian kembali menatap Tera dengan mata tajam dan nyalang.

"Tanganmu sangat berani, Nona." Balas Sebastian dengan desisan yang tak kalah menakutkan.

Tera mengenali suara desisan yang penuh kemarahan itu hingga mau tidak mau ia terpaksa melepaskan kedua jarinya dari dagu Sebastian dan mengalah demi keselamatannya setelah ini. Membangkitkan amarah Sebastian ditengah moodnya yang kacau adalah yang wajib Tera hindari.

"Boss, saya tahu Anda sedang kalut dengan apa yang terjadi hari ini. Apalagi mengingat Nona muda yang terus menerus mendapat gangguan dari temannya. Namun ini bukanlah solusi yang tepat. Memaksa saya bukan solusi untuk semua permasalahan hidup Anda…" bisik Tera dengan hati-hati. Wanita itu takut menyinggung Sebastian namun ia harus mengungkapkan kenyataan ini agar Sebastian berhenti memaksanya.

"Lalu apakah kau memiliki solusi untuk semua ini?"

"Anda harus menikah dengan wanita baik yang mencintai Anda dan Nora dengan tulus agar Anda bisa menjalani kehidupan pernikahan yang bahagia."

Sebastian menggeleng penuh ejekan, "Gendut.. gendut… bukankah kau wanita itu?"

Tera memejamkan mata sambil menggeleng. Tera tahu jika semua orang di kantor berpikir bahwa dirinya memiliki perasaan khusus pada Sebastian, bahkan kini Sebastian pun berpikiran hal yang sama.

Sebenarnya bagian mana dari sikap Tera yang menunjukkan ketertarikannya kepada Sebastian?

Sepertinya selama ini Tera bersikap profesional dan biasa saja di depan Sebastian!

Tera menghembus kesal, lalu membuka mata.

"Bukan. Saya bukan wanita itu. Saya memang menyayangi Nora, dan menghormati Anda sebagai pemimpin saya. Tapi saya tidak seperti yang Anda pikirkan."

"Kalau begitu, buktikan…"

"Buktikan?"

"Buktikan bahwa kau bukan wanita berhati baik yang mencintai saya!"

Tera mengernyit, "Untuk apa? Saya tidak perlu membuktikan sesuatu yang memang tak ada."

"Yakin jika tidak ada apa-apa di hatimu?"

"Tidak ada!" bantah Tera.

"Lalu mengapa kamu meresmikan hubunganmu dengan Brandon Dexter setelah tahu bahwa saya bertunangan dengan Kanaya? Kenapa kamu enggan ikut pulang ke Indonesia selama saya bertunangan dengan gadis tampubolon itu? Dan kenapa kamu sering mengajukan resign sejak pertunangan itu terjadi?" cecar Sebastian. "Jawab Tera! Kenapa? Kenapa kamu bersikap seperti wanita patah hati yang ingin melarikan diri dari saya!? Ingin kebebasan, kau bilang? Ingin mengembangkan karir? Ingin kehidupan normal di sisa masa mudamu? Cih! Jangan sebutkan omong kosong semacam itu di depan saya! Saya tidak akan mempercayainya!"

"Anda ini ngomong apa sih, Boss? Anda benar-benar mabuk! Lihat, Anda malah meracau tidak jelas! Wajah Anda merah karena alkohol dan bahkan pikiran Anda membuat kesimpulan yang sangat imajinatif!" balas Tera tak mau kalah.

"Jangan membantah!" geram Sebastian.

"Saya tidak memiliki perasaan yang Anda dan orang lain pikirkan. Saya hanya bekerja sebagai budak korporat pada umumnya demi uang saku bulanan dari perusahaan Anda! Tidak ada perasaan omong kosong semacam itu! Saya memang selalu menyarankan Anda untuk menikah dengan landasan cinta, tapi saya tidak percaya cinta! Tidak ada cinta di hati saya untuk Anda!"

"Terus saja mengelak. Tapi semua orang bisa melihat perasaanmu yang sangat transparan itu! Semua orang bisa melihatnya dengan jelas!"

"Anda sangat narsis! Sejak tadi Anda menuduh saya memiliki perasaan kepada Anda. Itu adalah hal yang tidak mungkin! Saya tidak mungkin memiliki perasaan kepada pria yang hobi gonta ganti cewek setiap minggunya. Saya lebih memilih menjalin hubungan dengan Brandon Dexter daripada menjadi mainan lelaki hidung belang seperti Anda!!"

"Dan kau bilang kau tak percaya cinta? Apa landasan hubunganmu dengan pria itu, huh? Pelarian dari saya? Dan asal kau tahu, laki-laki dimana pun sama saja! Kami suka bermain-main dengan wanita!"

Tera mendengus kesal, "Saya tidak tahu harus menjawab apa sekarang. Malam ini Anda benar-benar diluar karakter. Anda menuduh saya memiliki perasaan kepada Anda, menjadikan Brandon sebagai pelarian dan lain sebagainya. Saya yakin Anda akan menyesali pembicaraan ini besok pagi." Timpal Tera tak mau mengalah.

"Sudah berapa kali saya bilang, saya tidak mabuk dan saya tidak akan pernah menyesali percakapan ini!"

"Baiklah, saya tahu Anda sedang putus asa malam ini. Tapi kenapa harus menjadikan saya sebagai sasaran Anda. Kenapa selalu saya yang harus menerima sikap keras dan absurd Anda? Kenapa Anda tidak pernah menunjukkan sisi pemarah Anda di depan orang lain dan selalu menunjukkannya di depan saya! kenapa Anda selalu bersikap baik dan gentle di depan orang lain, sementara di depan saya, Anda selalu bersikap seenaknya!"

"Brengsek! Kau berani menghina saya!"

"Cih! Nona Kanaya benar! Laki-laki dan egonya adalah hal yang merepotkan. Anda bisa sesuka hati menghina saya, namun saya tak boleh sedikitpun berkata buruk tentang Anda. Tidak! Saya tidak menghina Anda. Saya hanya sedang membongkar sikap asli Anda agar Anda bisa mengoreksi diri dan berhenti mengganggu saya saat Anda sedang kesal!"

Sebastian melotot marah, salah satu tangannya melepaskan pinggul Tera dan bergerak mencengkram rahang Tera dengan sangat keras.

"Ayo, bicara sekali lagi!" desis Sebastian.

***