webnovel

BERAKHIR CINTA

Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.

clarasix · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
430 Chs

Bab 36 Dapat Kerjaan

"Dek kakak mau keluar cari kerja. Minta doanya ya."Bela berpamitan dengan adiknya yang sedang menyapu rumah itu.

"Ya kak hati-hati. Aku boleh ikut nggak kak?"tanya Rian langsung memasang muka berharap sekali bisa diizinkan ikut pergi.

"Nggak boleh. Pokoknya kamu di rumah aja. Jangan kemana-mana."Bela langsung melarang keras adiknya.

"Tapi aku bosanlah kak harus duduk diam di rumah terus. Aku juga ingin jalan-jalan keluar."Rian benar-benar terlihat jenuh sekali di rumah terus.

"Aku kasihan juga lihat dia di rumah terus liburan kayak gini."Bela juga menyadari bagaimana perasaan Rian yang pasti jenuh sekali di rumah terus.

"Ya, nanti kalau kakak sudah punya kerjaan. Kakak janji deh akan ngajak kamu jalan-jalan. Sabar ya."Bela menenangkan Rian.

"Beneran kak?"Bela menganggukinya.

"Udah ya ini mau jam 7 kakak harus berangkat dulu."Bela cepat-cepat berangkat.

"Bel, Bela."

Baru saja melangkahkan kakinya meninggalkan rumah, tiba-tiba suara Bibi Devi menggelengar hingga keluar rumah. Bela mendengarnya langsung kembali lagi ke dalam rumah. Takutnya bibinya ada perlu dengannya. Secara dirinya belum pamit dengan bibinya untuk pergi melamar pekerjaan.

"Ya bi."Rian dan Bela langsung masuk kedalam rumah untuk menemui bibi Devi. Meskipun Rian tidak dipanggil, tapi dia tetap datang.

"Eh, ini uang kamu yang bibi pinjam kemarin untuk biaya rumah sakit. Bibi nyicil dulu."Bibi Devi mengulurkan beberapa uang lembar merah dan biru kepada Bela.

"Nggak usah bi."Bela menolaknya.

"Eh ini. Bibi utang lah sama kamu kemarin. Bibi tahu kamu cari uang itu juga kerja sendiri kan. Udah uangnya ditabung lagi. Nanti ya kurangnya akan bibi bayar besok-besok."Bibi Devi memaksa Bela untuk menerimanya.

Jujur bela tidak mau menerimanya. Karena itu bukan uangnya juga. Melainkan uang dari Raka. Jadi kalau bibinya mau membayarnya sebaiknya langsung membayar ke Raka. Karena Raka yang punya uang itu yang dulu sudah melunasi biaya rumah sakit bibinya itu tanpa sepengetahuan bibinya. Tapi dia tidak mau membocorkan identitas Raka yang sudah membantunya itu. Nanti bibinya bisa saja berpikiran yang tidak-tidak.

"Eh kamu mau kemana itu pakai pakaian kayak gitu? Kayak mau nglamar kerjaan aja."ucap Bibi Devi sambil memandangi Bela yang sedang memakai pakaian hitam putih seperti sedang melamar kerja.

"Aku mau cari lowongan kerja bi. Siapa tahu ada."jawab Bela sambil menunduk melihat kostumnya.

"Ya terserah kamu. Pakai jaket dulu kalau mau pergi. Biar orang-orang ngga lihat kamu kalau mau cari lowongan kerja."ucap Bibi Devi sambil memberi masukan.

"Udah bibi ngantuk mau tidur. Hati-hati di jalan"Bibi Devi langsung menuju kamarnya lagi.

"Ya ya. Sebaiknya aku pakai jaket untuk menutupi pakaianku ini."batin Bela yang setuju dengan bibinya itu.

Memang dibalik sikap kasar dan pemarah bibinya itu terselip perasaan sayang dan peduli padanya. Dia tentu senang bila diperhatikan bibinya. Bibinya sudah dianggapnya seperti ibunya sendiri karena sudah merawatnya sejak kecil saat ditinggal orangtuanya pergi.

"Bibi itu memang baik. Meskipun kadang kasar."batin Rian dalam hati sambil nyengir melihat bibinya masuk lagi kedalam kamar.

"Udah ya dek. Kakak berangkat dulu."Bela langsung mengambil dan memakai outernya warna hitam.

"Ya kak. Hati-hati di jalan. Semangat."Rian melempar senyum kearah Bela saat berangkat.

Bela merasa semangat sekali hari ini. Dia tidak sabar mencari lowongan kerja disekitar rumahnya. Waktu-waktu seperti inilah yang dia tunggu-tunggu. Dia bisa mencari uang sebanyak-banyaknya dengan memanfaatkan waktu libur sekolahnya.

Jalan demi jalan telah dilewatinya, toko demi toko telah dia lewati satu persatu. Tapi tidak ada satupun lowongan kerja dia lihat. Bahkan setiap toko dan café juga telah dia masuki untuk mencari lowongan kerja. Ternyata tidak ada semua. Kalaupaun ada, tapi tidak sesuai dengan latarbelakangnya. Minimal harus lulusan SMA. Itulah yang membuatnya kesusahan cari pekerjaan.

"Aku memang tahu, untuk bisa bekerja jadi pelayan café dan restaurant itu minimal harus lulusan sma. Nah aku cuma punya ijazah SMP aja. Soalnya aku belum lulus sma."batin Bela sambil berjalan dan memegang berkas-berkasnya di dada.

Bela berjalan dengan muka sedih dan bingung. Kalau begini terus sudah dipastikan usahanya mencari kerja akan nihil. Karena dimana-mana membutuhkan minimal tamatan sma.

"Aduh aku bingung."batin Bela dalam hati sambil berjalan.

Disaat bela sedang berjalan, tiba-tiba ada sebuah mobil mewah mendekatinya. Bela kaget melihatnya.

"Nak."tiba-tiba Bela mendengar ada orang yang memanggil. Tapi dia bingung itu ditujukan sama siapa.

"Ibu ini kan yang kemarin."ternyata ketika dia menoleh, terlihat seorang ibu yang tidak terlalu tua sekitar umur 50 duduk didalam mobil sambil menatapnya. Bela jelas kenal dengan ibu itu. Karena kemarin sudah dibantunya dan memborong barang dagangannya.

Bela kaget dan bingung kenapa ibu itu melihatnya dengan tatapan aneh sekarang. Bahkan terlihat ibu itu juga turun dari mobil hendak menghampirinya.

"Kamu anak yang kemarin kan?"tanya ibu itu sambil mengingat Bela.

"Ya bu, yang barang dagangan saya diborong sama ibu kemarin."jawab Bela.

"Bela kan?"Bela langsung mengangguk.

"Kamu sedang apa disini?"ibu itu melihat Bela dari atas sampai bawah.

"Saya mau cari kerjaan bu."jawab Bela.

"Cari kerja. Ya udah ikut saya aja sekarang. Nanti ibu kasih kerjaan mau?"tanya ibu itu.

"Beneran bu?"Bela langsung senang mendengarnya.

"Ya. Ayo masuk kedalam mobil saya."ibu itu langsung mengarahkan Bela untuk masuk kedalam mobil mewahnya itu.

Bela tiba-tiba ragu dan takut. Baru kenal tapi langsung diajak masuk ke mobilnya saja. Bela bingung antara mau atau tidak. Kalau menolak jelas dia takut dan canggung. Secara kemarin ibu itu sudah baik dengan membrong barang dagangannya kemarin.

"Ayo? Kenapa kamu disitu aja? Ayo masuk. Nggak usah takut."ibu itu langsung menarik tangan Bela agar Bela mau masuk kedalam mobilnya.

Kini Bela sudah duduk di mobil mewah itu. Ini kali pertamanya buat Bela bisa duduk di mobil semewah itu. Bahkan ada geronjalan di jalan tidak terasa.

"Kamu mau cari kerja apa?"ibu itu bertanya sambil menyetir dan memakai kacamata hitamnya.

"Apa aja saya mau bu."

"Apa aja? Kamu lulusan apa?"ibu itu terlihat heran.

"Saya masih sma bu."jawab Bela

"Oh jadi kamu masih sekolah. Kalau kamu bekerja jadi pelayan di café ibu mau?"

"Apa bu? Bekerja sebagai pelayan ? Di café ibu?"ibu itu langsung mengangguk.

"Mau bu. Saya mau."jawab Bela dengan penuh kegirangan sekali.

Betapa kagetnya Bela saat tiba di café milik ibu itu. Ternyata café itu sudah dikunjunginya kemarin. Tapi tidak jadi lantaran harus berurusan dengan Raka.

Sungguh dunia ini penuh kejutan. Dirinya tidak menyangka kalau café itu milik ibu itu. Pantas saja café itu bernuansa seperti café modern dan mewah la pemiliknya saja orang kaya.

"Ayo masuk."ajak ibu itu kepada Bela memasuki café mewah itu.

Bela berjalan sambil memperhatikan seisi café itu yang erlihat mewah sekali itu.

"Kamu disini dulu, ibu mau manggil seseorang dulu."Bela hanya mengangguk saja.

"Anton,kenalin dia ini Bela. Mulai besok dia akan bekerja disini sebagai pelayan. Jadi kasih dia seragam sekarang."ibu itu langsung memerintah orang kepercayaannya di café itu.

"Ini seragam untuk kamu."Anton langsung memberikan seragam kepada Bela.

"Maaf bu, bukannya kalau bekerja disini nggak boleh pakai kacamata?"

"Udah itu nanti biar jadi urusan saya."jawab ibu itu tanpa dibantah.

"Bela kalau kamu kerja disini bisa nggak nggak pakai kacamata itu?"

"Bisa kok bu. Ini mata saya sebenarnya nggak minus."Bela terpaksa mengiyakannya lantaran dia tidak mau membuang kesempatan untuk mendapatkan pekerjaan itu. Cari kerjaan susah.

"Ok kalau kamu sudah kerja disini. Tolong dilepas dulu kacamatanya. Tetap bisa lihat kamu kan?"Bela mengangguknya.