Baru lulus sekolah Bela harus menikah dengan laki-laki yang tidak dicintainya yang bernama Raka yang tidak lain adalah kakak kelasnya ketika duduk di bangku SMA yang terkenal dingin dan cuek. Bela menikah tidak atas nama cinta melainkan karena keterpaksaan. Dimana keluarga besar Raka yang berasal dari orang kaya, tidak ingin nama baik keluarganya tercoreng hanya karena skandal mereka di masa lalu ketika masih sekolah. Bela harus menerima kenyataan kalau suaminya itu masih mendambakan cinta pertamanya yang bernama Dona. Bela berusaha menjadi istri yang baik dan belajar mencintai Raka ditengah getirnya menahan rasa sakit karena harus memperjuangkan seseorang yang tidak mencintainya.
Bela Larasti adalah seorang anak gadis remaja yang sedang duduk di bangku kelas 2 SMA. Dia merupakan anak pertama dari dua bersaudara. Adiknya yang bernama Rian Saputera selalu disayanginya, bahkan rasa sayangnya itu jauh lebih besar daripada dirinya menyayangi dirinya sendiri. Sejak kecil mereka sudah ditinggal kedua orangtuanya. Ayah dan ibunya telah meninggalkannya tanpa kabar. Terpaksa bibinya yang merawat mereka berdua.
Tapi sayang, selama dia tinggal bersama bibinya yang bernama Bi Devi itu terkenal galaknya. Saking galaknya suami dari bibinya itu menggugat cerai. Dan sekarang Bi Devi hidup bersama mereka saja. Meskipun terkenal galak, bibi Devi sebenarnya baik kepada dia dan adiknya. Semua biaya sekolah dan biaya hidup ditanggung Bi Devi.
Itu semua jelas tidak gratis tapi butuh balasan juga. Bi Devi meminta Bela untuk selalu membantu pekerjaan rumahnya bila Bi Devi bekerja. Bela jelas tidak merasa kesusahan dengan syarat itu. Daripada duduk diam diri di rumah, lebih baik dia melakukan aktivitas yang berfaedah dengan membantu membersihkan rumah bila Bi Devi bekerja.
Sejak ditinggal suaminya itu, Bi Devi bekerja di sebuah club malam sebagai penyanyi. Setahu dia bibinya itu kerjanya setiap malam dan pulangnya dini hari. Sempat dia memberi masukan untuk mencari profesi lain tapi bukannya malahan pukulan dan marahan yang dia dapatkan. Alhasil dia trauma dan takut bila memberi masukan kepada bibinya itu.
"Sudah kamu nggak usah urusin apa pekerjaan bibi. Yang penting kamu dan adikmu bisa sekolah, makan, berobat."ucapan bibinya yang selalu terngiang-ngiang dikepalanya selama ini.
Bela sadar selama ini perjuangan dan pengorbanan bibinya itu besar sekali. Adiknya yang sedang menderita penyait ginjal harus cuci darah tiap bulan sekali di rumah sakit tetnu itu butuh uang banyak. Tapi semua biaya telah diselesaikan oleh bibinya. Entah dapat uang darimanakah bibinya itu.
Adiknya sakit ginjal baru-baru ini. Dia dengan adiknya, jarak usianya beda 3 tahun. Dia yang sekarang berusia 16 tahun adiknya 13 tahun. Kemana-mana adiknya selalu diperhatikannya. Dia tidak mau terjadi apa-apa sama adiknya.
Dan sekarang tidak terasa usianya sudah menginjak 16 tahun. sudah hampir 10 tahun dia ditinggal kedua orangtuanya pergi. Bela pernah bertanya kepada bibinya mengenai keadaan orangtaunya.
"Nggak usah kamu pikir orangtuamu itu. Mereka sudah tidak peduli dengan kalian. Kalian fokus aja sama masa depan kalian biar jadi orang sukses dan nggak seperti bibi sekarang."ucapan Bibi Devi lagi mash terngiang-ngiang dikepalanya.
Sejak itulah Bela melupakan semua moment bersama orangtuanya. Dia tidak mau mengingat kembali ingatnannya bersama mereka dulu. Percuma saja sudah selama ini orangtuanya tidak pernah menemuinya dan adiknya. Padahal adiknya sekarang sedang sakit dan butuh dukungan dari mereka. Tapi malah mereka sibuk dengan urusan masing-masing.
Kini Bela hanya dokus sama kehidupannya dan adiknya. Masalah bibinya yang sering kasar dan marah kepadanya bila tidak dituruti, itu sudah membuatnya kebal. Alhasil dia sekarang sudah memiliki karekater pendiam dan penurut.
Sejak kecil Bela sudah dikenal sebagai anak yang cantik. Parasnya yang imut dan manis dengan kulit putih bersihnya yang udah sejak lahir membuat aura cantiknya seperti alami tanpa polesan make up. Hidung mancungnya dan mata lentik dibagian ujungnya menambah aura kecantikanya semakin bertambah. Adiknya juga tidak jauh beda dengan dia.
Bela tinggal di sebuah rumah kontrakan yang ukurannya bisa dibilang kecil di dalamnya hanya ada satu kamar tidur saja. Kamar tidur itu ditinggali oleh bibinya. Dan mereka berdua tidur di depan televise. Rumah mereka berada di sebuah perkampungan padat penduduk.
Dulu mereka saat diasuh oleh orangtuanya pernah tinggal di sebuah rumah cukup bagus. Bahkan di rumah tersebut, mereka terdapat sebuah mobil untuk digunakannya pergi bersama-sama. Tapi sayang keharmonisan rumah tangga orangtua mereka tidak bisa bertahan lama. Hal itu lantaran adanya masalah di dunia bisnis ayahnya yang membuat keluarganya kacau dan berpisah. Diusianya menginjak 6 tahun, ayahnya meninggalkan ibunya. Kemudian tidak berselang lama, ibunya giliran meninggalkan mereka tanpa memberi alasan. Akhirnya dia dan adiknya ditinggalkan begitu saja tanpa ada kejelasan dan barang peninggalan yang bisa digunakan untuk hidup sehari-hari setelah kepergian mereka.
Dia merasa berhutang budi kepada Bi Devi karena semua biaya hidupnya dan adiknya ditanggung bibinya semua tidak hanya itu saja tapi juga biaya pendidikan juga ditanggung Bi Devi. Karena belum bisa membalas kebaikan bibinya itu, Bela tidak pernah membantah sedikitpun sama perintah bibinya selagi dia masih bisa melakukannya.
Dan sekarang dia sudah menginjak usia remaja. Dimana sekarang dia sudah menginjak bangku SMA kelas 2. Semua pahit getir , asam dan manis nya hidup sudah dilewatinya bersama adiknya, Rian. Rian sekarang juga sedang menempuh pendidikan di bangku SMP. Karena dia dan adiknya sadar kalau bi Devi minim biaya sekolah, jadinya mereka berusaha mencari beasiswa di sekolah. Berkat kepandaian dan ketekunan mereka dalam belajar akirnya mereka diberi bantuan beasiswa gratis pembayaran uang gedung maupun uang perbulanannya.
Mereka tidak ingin menambah berat beban hidup bibinya. Bibinya juga senang melihat keponakannya bisa sekolah dengan bantuan beasiswa itu.
"Kalian harus mengejar cita-cita kalian. Dan jangan lupa kalau sudah jadi orang, ingat sama bibi."Bibi Devi memang orang yang berterus terang.
Tapi kalau masalah buku, memang bibi Devi yang menebus semua biayanya. Padahal biayanya tidak sedikit tapi bi Devi mau menanggungnya. Itu semata-mata sebagai rasa tanggungjawabnya kepada dia dan adiknya yang sudah ditinggal orang tuanya dan sekarang bibiya yang menjadi walinya.
Bi Devi selalu mengingatkannya untuk tidak berpenampilan berlebihan dimanapun dia berada. Apalagi wajahnya yang sudah cantik alami bila ditambah make up pasti akan tambah cantik. Seperti di zaman sekarang banyak anak remaja yang sudah dandan sedemikian cantiknya. Tapi bi Devi justru melarangnya begitu. Disamping untuk menghemat uang sekaligus biar dia fokus sama pendidikan dan cita-cita saja. Takutnya nanti bila bila dia cantik karena terpoles make up malah membuatnya disukai banyak laki-laki, itu nanti bisa mengurangi fokus tujuan Bela dalam meraih cita-cita masa depannya.
Untuk itu kalau sekolah, dia selalu berdandan ala kadarnya. Rambutnya selalu diikat satu dibelakang dan tidak diberi poni di dahinya. Wajahnya yang bulat dan sedikit cubby itu terlihat imut bila orang memandangnya.
Karena dia suka membaca dan tidak bisa mengontrol matanya, jadi dia terpaksa harus memakai kacamata untuk membantunya dalam melihat. Jadi ketika Bela bersekolah dengan menggunakan kacamata bulatnya malah membuat dirinya terlihat sedikit culun. Tapi Bela tidak peduli. Meski begitu tidak mengurangi paras cantiknya yang sudah alami itu.
Kebetulan sekolah yang ditempuh itu adalah salah satu sekolah favorit di Jakarta. Untuk bisa masuk kesana sangat membutuhkan modal yang besar. Tidak hanya modal uang dalam jumlah besar tapi kepandaian juga sangat dibutuhkan disana. Tapi sebagian besar murid-murid disana masuk dengan jalur tes semua. Jadi sudah dipastikan kalau yang sekolah disana bisa dibilang pintar.
Bela sendiri sangat bahagia bisa bersekolah disana. Ditengah kekurangannya dalam hal biaya, tidak membuatnya minder sedikitpun. Bibinya sendiri yang selalu mendukungnya dan memotivasinya untuk bersekolah setinggi mungkin. Terlebih lagi sekolah yang ditempuhnya itu merupakan bagian dari mimpinya untuk bisa sekolah di sekolah favorit itu.
Tapi sayang selama dia bersekolah disana, dia sedikit mendapatkan perlakuan tidak baik dari teman-temannya. Hampir semua temannya tidak suka dengannya. Disamping karena pintar di kelas dan penampilannya yang terlihat sedikit culun serta keadaannya yag berasal dari keluarga tidak mampu membuatnya harus sedikit terpojokkan. Kalau untuk masalah cantik jelas tidak mungkin. Karena di sekolah dia selalu berpenampilan biasa saja dan sederhana ditambah lagi kacamata bulat di wajahnya. Meskipun tanpa memakai kacamata itu dia juga masih bisa melihat.