webnovel

BEGIN || KTH

~ semua berawal dari rasa penasaran ~ Seseorang pernah mengatakan, jangan terlalu kepo dengan kehidupan orang lain karena itu bisa jadi boomerang untuk diri sendiri. Sooya menyesal telah mengabaikan peringatan itu dan menuruti rasa penasarannya yang pada akhirnya tanpa sadar membuatnya terjatuh kedalam pesona lelaki itu, lelaki yang merupakan kekasih sahabatnya. ~bad summary~ Kim Taehyung Kim Sooya Jung Lian Jeon Jungkook

kddnaa · Kombinasi musik
Peringkat tidak cukup
3 Chs

Chapter 02

Bantal, boneka serta selimut tergeletak tak berdaya dilantai. Pemiliknya pun tak jauh berbeda, terlentang diatas kasur yang seprainya mencuat disetiap ujung.

"Kim Taehyung? pacar Lian?" Ulangnya untuk yang kesekian kali. Nada suaranya masih terdengar tak percaya meski otaknya sudah berulangkali mereka ulang apa yang dilihatnya di Cheryl cafe siang tadi termasuk bagaimana Taehyung membukakan pintu Santa Fe nya untuk Lian yang ditutup dengan usapan pada poni yang mencipta kerucutan di bibir sang sahabat.

Duduk tegak dengan mengigiti kuku kemudian mengambil ponsel diatas meja dengan tangan yang lain. Mencari kontak Lian namun segera diurungkan saat akan menekan ikon hijau.

"Aku bakalan nunggu sampai Lian sendiri yang kasi tau" mencoba optimis tapi nyatanya tidak bisa. Tubuh lagi-lagi dijatuhkan ke atas kasur. Teriakan frustasi disertai kaki yang menendang segala arah, semakin menambah berantakan tempat ternyamannya "huaaaaa, gimana kalau Lian gak kasi tau juga?" Rengeknya. Beruntung Seokjin sedang tidak ada di rumah, jika tidak mungkin Sooya sudah dilempari dengan alat tulis karena mengganggu konsentrasinya mengerjakan tugas akhir.

Kembali mengambil ponsel namun tak langsung membuka kunci layar. Benda pipis itu diketukan pada dagu, memikirkan rencana tentang apa yang harus ia katakan untuk memancing Lian agar mau berbicara tentang seseorang yang sedang dekat dengannya. Lian bukanlah orang yang dengan suka hati terbuka dengan hal pribadi seperti itu, terlebih dirinya pernah mengabaikan pesan - dengan tidak sengaja- saat Lian bercerita tentang seseorang yang terang-terangan mendekatinya.

Lama berpikir namun tak menemukan solusi, Sooya memutuskan untuk mengunjungi Lian di apartemennya. Rencana bisa menyusul nanti karena biasanya jika kepepet otaknya akan lebih lancar digunakan untuk berpikir.

Jadi Sooya segera bangun, berniat mengganti pakaian dengan yang lebih layak karena jujur saja, penampilannya saat ini sudah hampir mirip gelandangan, rambut berantakan layaknya singa dengan pakaian super kusut akibat terlalu banyak bergerak diatas kasur bagai cacing kepanasan.

Butuh waktu sekitar setengah jam bagi Sooya untuk sampai di lobi apartemen Lian. Berjalan lurus menuju lift lalu menekan angka tujuh setelahnya kotak besi tersebut meluncur ke atas.

Sooya benar-benar sudah tidak sabar ingin bertemu Lian jadi setelah pintu lift terbuka gadis itu segera keluar agar sesegera mungkin tiba di kamar Lian karena rencana yang dia harapnya baru saja muncul saat menunggu lift membawanya ke lantai tujuh.

Namun sepertinya Sooya harus mengubur keinginannya karena sosok laki-laki yang baru saja keluar dari kamar sahabatnya. Meski jarak mereka lumayan jauh Sooya masih bisa mengenali laki-laki itu. Pakaiannya masih sama, coat cokelat masih menempel ditubuhnya hanya saja kali ini rambut ikalnya sedikit basah dan berantakan, ditambah lelehan bening dipelipis yang mengkilat terkena terpaan sinar lampu.

Secepat kilat mengambil langkah menuju balkon untuk bersembunyi, mengintip lewat celah tanaman hias plastik yang memang diletakan di dekat balkon. Salah satu kelebihan apartemen yang Lian tinggali adalah adanya ruangan luas dengan balkon disetiap lantai yang bisa digunakan untuk bersantai jika penghuni ingin mencari udara segar sembari menikmati pemandangan luar.

Lagi, usakan pada rambut diberikan Taehyung saat akan meninggalkan kamar apartemen, Sooya tak habis pikir, kenapa Taehyung suka sekali mengusak rambut Lian. Tapi yang lebih penting dari itu adalah apa Lian membawa Taehyung masuk ke kamar? Dan melihat keringat Taehyung, Sooya tak mampu lagi membiarkan otaknya tetap berpikir positif. Apa hubungan mereka memang sudah sejauh itu?

Melihat Taehyung yang sepertinya akan menuju ke arahnya, Sooya segera berbalik, pura-pura melihat pemandangan jalanan begitu Taehyung melewati ruangan santai. Setelah memastikan Taehyung masuk ke dalam lift, Sooya kembali ke posisinya namun tak langsung mendekati kamar Lian. Ingin menunggu selama beberapa menit supaya sahabatnya itu tak curiga.

Lima menit. Sooya segera mendekati kamar Lian. Menekan bell dan tak perlu menunggu lama sahabatnya itu segera membukakan pintu. Sedikit terkejut saat mendapati Sooya berdiri di depan pintu. Jika tak menyembunyikan apapun harusnya tak perlu terkejut begitu kan? Bukankah Sooya sudah biasa berkunjung? Nah, Bagaimana mungkin Sooya tak makin curiga.

"Maaf ya aku beneran gak bisa nemenin ke toko buku tadi" Lian membuka percakapan.

Sooya memberi anggukan kepala. Matanya menatap awas ke setiap sudut kamar Lian dan jangan lupakan hidungnya yang kembang kempis mencoba mencari bau-bau aneh yang mungkin saja tertangkap hidung mancungnya. Nihil, yang tercium hanya wangi jeruk yang menguar secara berlebihan seperti sengaja disemprotkan untuk menghindari kecurigaan. Oh, sepertinya otak kotor Sooya berkerja dengan baik.

Puas mengamati, Sooya kembali memusatkan pandangan pada Lian yang duduk membelakanginya, sahabatnya itu sedang duduk menghadap layar laptop di meja belajarnya.

"Oh ya, tadi aku liat Taehyung pas di lobi" Sooya mengulum senyum saat menyadari jika sahabatnya sedikit menegang. Ini bukan rencana yang disusunnya tadi tapi sepertinya memulai dengan kalimat tersebut lebih ampuh. "Dia tinggal disini juga?" Memancing lagi.

"Disapa sama dia?" Bukan ini jawaban yang diharapkan tapi Sooya tetap akan meladeni, basa basi sedikit.

"Enggak, liat bukan berarti papasan kan?"

Deheman singkat yang di dapat Sooya. Lian memang irit bicara namun tak pernah sekalipun hanya membalas hanya dengan deheman. Sooya jadi makin curiga.

"Aku gak tau Taehyung tinggal disini" pancingnya lagi. Sooya tidak akan menyerah sampai rasa penasarannya terpenuhi.

"Memang gak tinggal disini" datar, seperti sebuah peringatan tak langsung jika Lian tak mau membahas hal itu. Sooya tahu itu tapi untuk saat ini dirinya akan mengabaikannya.

"Oh, terus ngapain ya dia disini?"

"Tanya ke dia kalo gitu, ngapain ke aku?!"

Sooya nyengir meski sadar betul jika Lian tak melihatnya karena posisi masih membelakanginya "kan aku gak kenal Taehyung, lagipula ya sebelum ngomong sama dia aku udah merinding duluan, tatapannya itu lho nusuk sekali, mana gak pernah senyum lagi. Aku jadi penasaran kenapa cewek-cewek dikampus pada suka dia" Taehyung itu si populer yang irit bicara, irit senyum dan tak terlalu suka keramaian, itu yang Sooya tangkap selama dua tahun mengenyam pendidikan di universitas yang sama. Beberapa kali Sooya pernah melihat Taehyung duduk sendirian di bawah pohon di taman belakang kampus yang sepi, tertidur dengan kedua telinga tersumpal earphone. Satu-satunya yang terlihat dekat dengannya hanya Jeon Jungkook itupun tak sering. Hal ini juga yang membuat Sooya penasaran bagaimana Lian dan Taehyung bisa dekat karena mereka tak pernah terlihat bersama.

Kekehan kecil terdengar dari bibir Lian, mengembalikan Sooya dari lamunan "kadang apa yang ditampilkan diluar itu berbanding terbalik dengan yang ada di dalamnya"

Terdiam untuk mencerna ucapan Lian. Memang Sooya akui, perlakuan Taehyung dari apa yang dilihatnya di Cheryl cafe dan di depan apartemen Lian cukup berbeda dengan sikap yang biasa pemuda itu tampilkan.

Tersenyum samar karena berhasil mengorek satu informasi.

"Wah dari mana kamu tau?"

Lian mengangkat bahu "cuma nebak"

Kecewa. Lian tetaplah Lian, namun Sooya tidak menyerah begitu saja.

"Ngomong-ngomong, akhir-akhir ini kamu susah banget ditemuin, aku gak ada temen ngobrol" rencana kedua.

"Banyak tugas" Laptop yang sebelumnya menjadi pusat perhatian diperlihatkan pada Sooya. Kumpulan kata yang saling terkait membentuk kalimat yang sanggup membuat Sooya mual dalam sekali lihat. "Kamu nginep gak?"

Ingin sekali Sooya mengangguk tapi tidak bisa, Seokjin sudah memperingatkannya untuk tidur dirumah. "Enggak, kak Seokjin nyuruh tidur dirumah"

Satu alis Lian terangkat "sejak kapan kamu nurut omongan kak Seokjin?"

Hoodie yang sebelumnya disampirkan pada kepala ranjang dipakainya "sejak ketauan dua kali bolos kuliah gegara kesiangan bangun"

Tawa Lian menggema mengundang kembungan pada pipi Sooya "makanya kalo aku suruh bangun ya cepet bangun, jangan nunda lima menit terus"

Bibir Sooya makin mengerucut "gimana bisa langsung bangun kalau baru aja tidur dua jam" mendekati Lian "tapi weekend aku mungkin nginap, nanti kita marathon film ya dari pagi"

Pupil Lian sedikit melebar. Sooya yakin sekali tak salah lihat, apalagi Lian tak langsung menjawab padahal biasanya sahabatnya itu akan langsung mengangguk antusias jika sudah menyangkut bermalasan di kasur. "Kenapa? Ga bisa?"

Lian menggaruk pelipisnya yang Sooya yakin tak gatal "Aku mau ngerjain tugas, keluar kota dua hari, jumat sore berangkat, kemungkinan senin pagi balik"

"Dianter kak Hoseok? Aku ikut ya? Males dirumah sama Kak Seokjin, ya ya ya"

"Hng, maaf bukannya gak mau tapi aku juga sama temen" Tersendat, mengundang kedua mata Sooya untuk memicing karena curiga. Saat akan membuka mulut lengannya sudah ditarik Lian menuju pintu keluar "udah malam Soo, kamu gak mau kan kak Seokjin ngerap sampai pagi kalau kamu pulang malam"

Nah Sooya makin curiga kan?

Tbc