Seketika mereka terpekik sambil melangkah mundur. Arya jadi merasa bersalah kalau Universitas Mandara akan kalah di hari pertama karena dirinya tak cukup latihan ketika menjelang turnamen. Namun ia yakin bisa menjadi pemenang dalam turnamen ini setelah melakukan latihan atas saran Sherla.
Tak lama kemudian, klakson bus terdengar cukup kencang, kembali mengejutkan mereka semua.
"Baiklah, sampai sini saja penjelasan bapak. Nanti sampai di villa, bapak akan melanjutkan sisanya."
"Baik, Coach."
Kemudian dua puluh mahasiswa itu cepat-cepat mengangkat tas dan barang bawaan mereka, menuju pintu gedung olahraga. Namun tak semua mahasiswa tahu kalau Arya, Doni, dan Coach Alex masih berdiri di tempat yang sama. Mendadak suasana semakin tegang dan sunyi, bahkan suara hujan pun nyaris tak terdengar ketika Marlon sengaja menutup pintu gedung olahraga dari luar.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com