Seneng banget reader saya peka peka. Mana detail pulak tu. Author standing applause buat kalian.
__________________
"Because the greatest distance is a misunderstanding."
[ANGELIC DEVIL: The Crown]
Setelah berdebat kesana-kemari, Pomchay pun terkejut karena tiba-tiba Anderson malah mengeluarkan pistol untuk menodongnya.
DEG
KACRAK!
"Hei, ada apa?!" tanya Pomchay bingung sekali. Ya, walau dia paham kebiasaan orang Barat membawa senjata kemana-mana untuk melindungi diri, tapi kenapa malah dia yang sekarang dicurigai? Pasti ada kesalahan!
"Shut up your f*cking mouth, Pomchay! SHUT UP!" teriak Anderson mulai ikutan gila. Mungkin karena dia tidak mendapatkan bukti dari CCTV, apalagi ekspresi Mew yang dituduh sangat meragukan--lelaki itu jadi bingung siapa yang salah. "Aku benar-benar tidak tahan! Tidak tahan!" tegasnya, lalu menodong Pomchay dengan langkah yang urgen. Anderson sampai mendempet Pomchay ke dinding, mengetuk-ngetuk bahunya dengan moncong pistol, lalu mengancamnya dengan ekspresi tak wajar. "Bisa saja kan kalau kau justru yang salah? Jangan-jangan kau menjebakku saja dengan semua ini!"
Mew, yang diseret dua sekuriti di belakang punggung Anderson pun menyeringai kepada Pomchay.
DEG
"Sial! Ini benar-benar tidak beres! Kalian semua sudah gila!" batin Pomchay, panik. Namun, bukan Alpha namanya jika dia langsung mengalah. Lelaki itu pun menampar pistol Anderson, berkelahi dengannya. Lalu menggila di dalam ruangan.
BRAKHHHHH!
"ARRRRRGHHHHHHHH!"
Dalam klip video baru yang diputar Jeff, tampak jelas Pomchay melawan Mew dan Anderson sekaligus. Dia membuat keributan kedua untuk membela diri, tapi semakin ribut situasi malah kelihatan mencurigakan. Pomchay dan Mew pun dibekuk oleh sekuriti. Diseret keluar dengan segala usaha. Namun, keduanya dilepas saat sudah sampai lantai satu.
Tentu karena penahanan takkan terjadi hingga bukti ditemukan. Pomchay dan Mew sama-sama masih abu-abu. Lalu keduanya keluar parkiran dalam kondisi senggol bacok.
Mew menyetir mobil ke arah Utara, sementara Pomchay ke arah Selatan. Mereka terpisah setelah gerbang "The Pearl New York Hotel" dilewati, tapi jeleknya Pomchay terlanjur emosi. Dia menyetir sendiri dalam kondisi berapi-api. Meninggalkan Ann serta semua bodyguard di mobil yang lain. Lalu mengalami kecelakaan tunggal di tengah perempatan jalan.
"Tuan Pomchaaaaayyyyyy!!" panggil Ann yang ikutan di mobil belakang.
SRAAAAKKKHHH!
BRAKHHHHHHHHHHHH!
Dan ya, sudah. Sebenarnya tidak ada yang bisa disalahkan atas peristiwa kecelakaan tersebut. Pomchay murni tabrakan dengan mobil lain atas kecerobohan dia, tapi kasus itu masih meninggalkan luka karena tuduhan yang tidak jelas.
Mile akhirnya dipanggil mendadak pulang. Dari Sydney, fotografer editorial itu banting setir ke profesi eksekutif. Bertemu Apo Nattawin di Bandara Kingsford Smith, Australia. Menghamilinya. Lalu hubungan mereka terjalin hingga baby triplets ada.
"Dan sekarang si bungsu yang punya masalah dengan Mew Suppasit," kata Paing menginterupsi.
"Benar."
"Jadi, ini kasus yang diturunkan," kata Paing lagi. Sambil mengembalikan tablet kepada Jeffsatur. Apalagi kebetulan Ameera menyukai Mile Phakpum. Model itu pun menyusul ke Bangkok dengan dalih pekerjaan. Lalu menggoda Mile karena kecewa sekali.
Ameera pikir, berita Mile punya Omega hamil itu candaan di agensi "The Royalle." Karna Mile punya banyak teman seks selama ini, tapi Alpha itu tak pernah knotting ke siapa pun yang diajak tidur. Jadi, model yang di-marking Mew paksa itu kalah telak. Dia kecewa karena Mile membela Apo habis-habisan. Maka menggodanya ketika rut berada di kantor.
Sayang, sebelum Jeff melanjutkan cerita yang lain, kedua matanya terpaku ke satu titik: Apo. Omega itu mendadak berdiri di depan pintu kamar. Acak-acakan, tapi Paing tidak melihat karena posisinya memunggungi.
DEG
"Tuan Natta."
Sejak kapan bos-nya itu terbangun? Jeff pun merasa serba salah.
"Stop it. Aku ingin bicara denganmu nanti," kata Apo. Tegas. Karena bagaimana pun kasus itu masalah dua keluarga. Dan Paing tetap orang luar sepercaya apapun semua pihak kepadanya.
"Tapi, Tuan--"
Sial, padahal yang memintaku menyampaikannya adalah Oma--
"Jeff."
Well, bukannya Jeff takut kepada Omega seperti Apo. Tapi, sebagai Alpha bermartabat, dia paham caranya menghargai atasan.
"Oke, baik. Maaf," kata Jeff. "Panggil lagi saja kalau siap bicara denganku." Setelah itu, dia pun beranjak karena sepertinya Apo ingin bicara kepada Paing.
"Ya ampun, aku malah dipelototi," batin Jeff setelah melewati mereka berdua. Dia pun emosi walau tidak tahu mau marah ke siapa. Yang jelas sekarang ingin meninju dinding. Apalagi ingat soal Miri yang mendadak telepon tadi pagi. Wanita itu merasa bersalah karena nasihatnya sedikit menekan Apo. Dan bukan ibu namanya kalau tidak peka perasaan puteranya.
"Aku tahu, ini sebenarnya agak keliru. Tapi, tolong sampaikan saja detail kasusnya kepada beliau."
Jeff pun semula bingung. "Beliau siapa? Tuan Mile?" tanyanya. Tapi mustahil juga menantu sendiri dipanggil sehormat itu. Karena baru tadi pagi, Apo chat ke dia soal perjalanan menggunakan jet ke Oslo. Tapi merasa sang bos tidak pernah menyeret Mile terlalu dalam soal kasus, sangking sibuknya Alpha itu selama ini.
"Bukan, Sayang. Kau nanti akan tahu sendiri," kata Miri dengan suara sengaunya di seberang sana. Wanita itu kemungkinan baru menangis, karena menyesal sudah menambahi beban hati puteranya. "Yang pasti tolong jangan bahas hal-hal sensitif di depan dia. I owe he one."
Akhirnya, Jeff pun mengiyakan saja walau agak tidak paham. Hingga dia melihat kebersamaan Paing dan Apo dalam pesawat--
Oh, sial. Kemana saja aku selama ini? Sampai tidak tahu Tuan Natta dapat luka sebanyak itu?
Lebih-lebih tubuh Apo sudah dilingkupi aroma Paing.
DEG
Scenting, huh? Pikir Jeff waktu itu. Dia pun mulai berimajinasi yang aneh-aneh. Seperti Apo selingkuh dengan Paing tapi ketahuan Mile lalu dipukuli--wait, what? Mana mungkin seorang Apo Nattawin begitu. Kenapa dia jadi tipe istri menyedihkan seperti di dalam drama? Pasti yang tidak beres adalah Alpha-nya. Apalagi Miri melimpahkan rahasia itu ke Paing. Dalam kondisi Apo seperti itu, jika tidak, maka fakta mungkin tak akan pernah bergerak.
"Phi, maaf aku baru bangun," kata Apo. Lalu mendekat kepada sang Alpha.
"Iya, tidak apa," kata Paing. Lalu menggeser tempat duduk agar Apo lebih leluasa. Pikirnya, pasti sang Omega akan ke sana. Tapi ternyata, Apo malah jongkok di depannya. Mengambil dua tangannya. Lalu menggenggamnya jadi satu.
"Phi ...."
DEG
"Apo, tunggu. Kau ini sebenarnya sedang apa?" tanya Paing panik. Tapi Apo malah menggenggamnya semakin erat.
"No, just stay here," pinta Apo agak memaksa. "Aku mau Phi mendengarkan permintaanku."
"...."
"Boleh?" tanya Apo, kali ini menurunkan egonya. "Aku hanya ingin lebih realistis di situasi gila ini. Tapi, mana tahu jika nanti itu malah menyakitimu."
Napas Paing pun tercuri sesaat. ".... oke, apa?" tanyanya. Menyerah tapi juga sedikit tak rela. "Akan coba kulakukan selama bisa, hm?"
Namun, yang tidak Paing sangka adalah Apo tiba-tiba menundukkan kepala. Mencium pertengan jari jemarinya. Dan tetap berada di sana. "Kumohon," katanya. "Apapun yang terjadi nanti. Seperti aku yang memikirkan kebahagiaanku. Phi pun harus memikirkan kebahagiaanmu sendiri."
"...."
"Setidaknya jika bukan sekarang, kapan-kapan juga tidak masalah. Toh aku mengenal Phi seperti apa, ha ha," kata Apo pilu. "So, jangan terlalu baik, bisa? Aku mau Phi berubah sedikit di masa depan. Egois, Phi. Mungkin seperti, tiba-tiba kau ingin bersama Bie Hsu? Aku juga tidak masalah kalau kau menyerah padaku."
"...."
"Soalnya--ah ... apa, ya. Aku tidak kuat kalau membayangkan setelahku. Kau masih diperlakukan seperti ini oleh orang lain."
Bukannya merasa terharu, Paing malah terkekeh pelan. "... hm, ya. Aku paham maksudmu," katanya.
"Serius?" tanya Apo. Mendadak mendongakkan wajah dengan tatapan lucu. Semua Omega kadang tak sadar melakukannya. "Kau tidak bercanda kan, Phi?"
"Hm," kata Paing. "Jadi kita bisa sama-sama lepas. Tinggal bilang saja kalau berubah pikiran."
"Iya."
Sayang, tiba-tiba kelopak mata Paing menurun. "Tapi, kalau pun kucing yang kupungut ingin pergi lagi. Aku harus memastikan majikannya orang tepat. Atau lepas di lingkungan yang bersedia menjaganya."