webnovel

Am I Normal?

HI! BANTU AKU UNTUK MENGOLEKSI BUKUKU YANG LAIN, YA! *^O^* Youichi Haruhiko menyukai seorang pria bernama Takayashi Daiki di sekolahnya, yang berada di kelas berbeda darinya. Sudah cukup lama, sejak mereka masih di tahun pertama hingga mereka lulus dan berlanjut pada jenjang perkuliahan. Awalnya, ia hanya dapat memandangi orang yang ia sukai dari kejauhan dan hanya dapat menyukainya dalam diam semata. Ia tidak mempunyai nyali untuk berbicara dengannya atau bahkan menyatakan perasaannya. Menurutnya sangat mustahil untuk dilakukan! Hingga, suatu keadaan yang bertolak belakang dengan pemikirannya terjadi dan membuat mereka dapat saling berbicara, juga dapat lebih tahu mengenai sikap yang tidak diduga-duga dari orang yang disuakainyabanya! Namun, sangat sulit bagi Haru. Orang yang ia sukai adalah seorang yang tidak dapat mengutarakan isi hati sebenarnya dan membuat Haru serasa terombang-ambing dalam hubungan yang tidak pasti. Ingin mundur, tetapi ia sudah terlalu jauh melangkah. Ingin tetap maju, tetapi hubungan tak pasti bukanlah hal yang membuatnya senang walau perasaannya masih terus mencintainya. Jadi, bagaimana selanjutnya? Naskah: Maret, 2018 Dipublikasikan: WP (September, 2018) dan WN (Agustus, 2019)

Mao_Yuxuan · LGBT+
Peringkat tidak cukup
45 Chs

Hari Kelulusan

Kyaa Kyaa Kyaa

"Senpai...! Senpai...! Senpai...!"

"Hei, Youichi? Terkadang aku iri padamu. Aku juga ingin memiliki wajah tanpa sepertimu agar para wanita bisa histeris seperti itu kepadaku" Bisik Shino pada Haru, dan membuatnya terkekeh kecil.

Di hari kelulusan ini, Haru mendapatkan banyak hadiah dari banyak wanita. Dan sebagai balasannya, ia harus menerima ajakan dari mereka untuk makan siang bersama nantinya.

"Senpai?" Panggil Kanna yang sedang menghampirinya, lalu menyodorkan sesuatu padanya.

"Senpai, aku tidak tahu harus memberi apa, jadi kuputuskan untuk membuat scarf ini untukmu. Aku ingin kau menggunakannya pada musim dingin nanti. Kumohon terimalah" Lanjutnya.

Haru tersenyum, "akan kugunakan di hari pertama pada musim dingin nanti".

Mendengar perkataan dari Haru membuat pipinya merona, dan menambah kecantikannya pagi ini.

"Hmm...senpai? Bolehkah aku meminta kancing keduamu...?" Tanya Kanna, lalu menundukkan kepalanya.

Haru sedikit terkejut, lalu menyentuh dadanya. Bukankah kancing kedua diberikan kepada seseorang yang kita sukai?

Pada tradisi kelulusan, biasanya para pria akan memberikan kancing kedua dari seragam mereka kepada seseorang yang mereka sukai. Katanya, juga sebagai pengenang saat bersama.

Hal ini juga sebagai ungkapan perasaan mereka selama tiga tahun ini, dimana kancing kedua lebih dekat dari hati. Namun, dengan Kanna meminta benda yang menunjukkan perasaannya, sama halnya Haru mengungkapkan perasaan pada orang yang salah.

"M-maaf...aku tidak bisa" Jawab Haru walau dengan ragu-ragu.

Kanna tersenyum mendengar jawaban penolakan itu, "...tidak apa-apa, senpai. Aku yang seharusnya meminta maaf karena meminta sesuatu yang berharga itu"

"Hmm...selamat atas kelulusanmu, senpai. Kalau begitu, aku pergi dulu" Lanjutnya dengan membungkukkan tubuh, lalu segera meninggalkan mereka.

Sesuatu yang berharga? Padahal, hanya sebuah kancing biasa. Mengapa ia masih mempercayai bualan itu? Bukankah hanya sekedar hal yang tak bermutu?

Haru menatap wanita yang sudah semakin menjauh itu, yang mungkin sedang merasakan kekecewaan yang luar biasa saat ini. Sudah pasti.

Shino menepuk-nepuk punggung Haru, "kau melakukan hal yang tepat, kawan"

Haru mengabaikan perkataan dari Shino yang mencoba menyemangatinya, dan mulai melangkah hendak menuju ke tempat para siswa di club sepak bola untuk mengucapkan salam perpisahan, baik kepada sensei, tim kelas tiga, maupun para juniornya di tahun pertama dan kedua. Namun, selang beberapa langkah, ia berhenti saat seseorang menarik lengannya dari belakang tubuhnya, hingga membuatnya segera menoleh.

Shino memandang mereka berdua, "ah, Youichi, a-aku harus menemui seseorang...aku duluan" , ia pun bergegas pergi dengan langkah yang dipercepat.

Daiki?...

"A-ada apa?" Tanya Haru dengan berusaha agar matanya memandang wajah Daiki di hadapannya.

"Aku...aku ingin meminta maaf sekali lagi. A-aku tau, mungkin kau akan tetap memberi jawaban yang sama, tapi tidak ada salahnya mengatakan hal yang sama juga" Ujar Daiki, lalu menundukkan kepalanya sejenak.

"Haru...hmm...selamat" Lanjutnya dengan mengulurkan tangan kanannya.

Haru memandang tangan yang di ulurkan kepadanya sesaat, kemudian dengan ragu diraihnya, "Kau juga..."

Setelah itu, Daiki segera pergi. Ia datang hanya untuk mengatakan hal yang seakan-akan menunjukkan hari ini adalah perjumpaan terakhir mereka.

Haru terus saja memandanginya dengan jantung yang terus berpacu, sama seperti awal ketika ia bisa berbicara dengannya. Akan tetapi, perasaannya kali ini tidaklah semenyenangkan jumpa pertama, melainkan ketakutan untuk tidak dapat berjumpa.

Dalam hati ia bergumam, "kapan dia akan menatap punggungku seperti yang kulakukan selama ini?"

*****