Alunan musik saksofon semakin menambah sisi romantis dari hawa dingin yang mulai menerpa kulit lembut. Louis beranjak dari duduknya mendekat ke arah Amira. Rasa hangat menyergap ketika balutan tuxedo membungkus kulit putih pucat.
Sebelah tangannya terulur menyentuh dagu ramping membawa tatapannya menengadah ke atas. "Hangat?" Suara bariton terdengar lembut sekaligus mengintimidasi hingga Amira tidak mampu berkata - kata.
"Sayang, aku sedang bertanya kenapa diam saja?" Amira mengerjap sebagai jawaban atas pertanyaan yang baru saja kekasihnya layangkan.
Louis tersenyum mengiringi pergerakannya ke depan Amira. Entah apa yang akan dia lakukan yang jelas dia pun terlihat sedang berjongkok bertumpukan pada satu kaki. Sebelah tangannya terulur memohon pada jemari lentik supaya segera menyambutnya. Namun, Amira masih saja terdiam hingga bibir kokoh berirama. "Mau berdansa?" Seketika bibir ranum tersenyum diiringi semburat merah dipipi.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com