webnovel

Aku Adalah Hujan

[Romance dengan sedikit magical realism. Dikemas unik, bertabur quote, manis dan agak prosais. Hati-hati baper, ya. Hehe] Kamu percaya tentang malaikat di bawah hujan? Malaikat itu menjelma perempuan bermata teduh, membawa payung dan suka menulis sesuatu di bukunya. Lalu, ini istimewanya. Ia membawa payung bukan untuk menjemput seseorang. Namun, akan memberikan payung itu sebagai tanda rahmat. Terutama untuk mereka yang tulus hati. Siapa yang mendapatkan naungan dari payung itu, ia akan mendapatkan keteduhan cinta sejati. Kamu percaya? Mari membaca. Selamat hujan-hujanan. Eh, kamu masih penasaran siapa dia? "Aku adalah Hujan. Yang percaya dibalik hujan memiliki beribu keajaiban. Aku akan lebih menagih diri berbuat baik untuk orang lain. Pun, mendamaikan setiap pasangan yang bertengkar di bumi ini. Demikian keindahan cinta bekerja, bukan?" Gumam Ayya, perempuan berbaju navy yang membawa payung hitam itu. Ayya tak lagi mempercayai keajaiban cinta. Tepat ketika dikecewakan berkali-kali oleh Aksa. Ia memutuskan lebih berbuat baik pada orang lain. Impiannya adalah bisa seperti malaikat di bawah hujan. Yang sibuk memberi keteduhan, meskipun mendapat celaan. Sejak itu, ia menjuluki dirinya sebagai "Hujan" Sebuah bacaan tentang perjalanan cinta, pergulakan batin, pencarian jati diri, dan apa-apa yang disebut muara cinta sejati. Tidak hanya romansa sepasang kekasih. Baca aja dulu, komentar belakangan. Selamat membaca.

Ana_Oshibana · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
194 Chs

Part 64 - Mimpi Aneh Oki (4)

"Namanya saja mau coba merubah kebiasaan, Pak. Pasti ada prosesnya. Dan itu ya kita sekarang ini."

"Iya, iya, Kang. Semoga kita semua bisa lebih sabar dalam ngadepinnya, yah."

"Aamiin."

Mereka bertiga masih membicarakan bagaimana langkah terbaiknya. Di dalam rumah Kang Herman, Pak RT mulai membuka mata. Ia sadar, sekarang bukan sedang di rumahnya sendiri.

"Mas Ardi..." panggilnya lirih.

"Mas... itu Pak RT sepertinya sudah bangun. Itu manggil Mas Ardi. Cepat, gih," pinta Pak Dani.

Ardi segera menemui suara itu. Duduk di sampingnya. Mendengarkan segala yang keluar dari mulut Pak RT.

"Bapak pengin apa? Minum?"

Pak RT menggeleng.

"Tolong telfon istri saya. Dia pasti kawatir saya belum pulang," ucap Pak RT lirih.

"Bapak ndak usah kawatir, yah. Tadi pas Bapak sedang istirahat, saya sudah mengabari istri bapak di rumah."

"Terima kasih, ya. Maaf, merepotkan kalian semua di sini."

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com