webnovel

Langkah Pertama

Genta berjalan, ia memasuki sebuah ruangan yang tidak terlalu besar. Ruangan yang berisikan teman-teman barunya.

"Tuk tuk tuk."

Langkah sepatunya terdengar, dengan perlahan ia membuka pintu tersebut.

"Selamat pagi, Genta. Duduk lah, kami sudah menunggumu." Ucap Ajeng

Genta berjalan dan duduk di samping Ajeng, ia menatap teman-teman yang sepertinya berharap banyak kepada dia.

"Genta, kami sedang membicarakan tentang langkah awal yang harus kita lakukan. Apa kamu punya usul?" Terang Ajeng.

Genta tersenyum, ia sudah memikirkan ini.

"Aku memiliki usul, bagaimana jika kita membuat baju?" Usul Genta membuat teman-temannya kebingungan.

"Kita sudah memiliki baju, untuk apalagi baju yang kamu maksud?" Dodi tak habis pikir dengan Genta.

"Aku ingin membuat baju yang penuh dengan teknologi, baju yang bisa mencegah terinfeksi virus." Ucap Genta dengan mantap.

"Baiklah. Kami akan membantu mu," ucap Aldo yang ditanggapi dengan senyuman oleh semuanya.

Pembuatan baju mulai mereka lakukan. Bhatari dan Ajeng bertugas mencari kain dan bahan-bahan yang di minta Genta. Tangan Genta dengan lihainya menari pada sebuah keyboard. Mengetikan codingan-codingan rumit yang mungkin hanya bisa dimengerti olehnya. Ia menggunakan bahasa pemrograman phyton untuk membuat codingannya karena dinilai cukup mudah.

Run

Run module

"Hah, selesai juga coding." Genta menarik tangangnya ke atas untuk melemaskan persendiannya. Sedari tadi, ia terlalu fokus dengan coding yang ia buat.

Ia menatap berbagai peralatan yang di minta olehnya ke Bhatari dan Ajeng. Di tatapnya kain beserta perintilan lainnya.

Ia mengambil kain tersebut, kain biasa ini akan ia campurkan dengan aluminium. Hal ini ia lakukan agar baju yang ia buat dapat dikombinasikan dengan coding yang telah ia buat.

Ya, kali ini dia akan membuat baju berteknologi dengan harapan bisa mencegah penularan virus.

Ia begitu fokus, diambilnya sebuah wadah yang ia gunakan untuk meletakkan kain dan alumnium tersebut. Wadah itu ia masukan ke dalam sebuah kotak berbentuk persegi panjang, kotak yang nantinya akan meleburkan alumunium dan kain menjadi satu. Setelah diletakkan, ia memutar tombol power di sisi kanan kotak persegi panjang itu.

Kain dan aluminium telah menyatu, kain yang awalnya hanya berwarna putih pucat sekarang telah berubah warna menjadi putih terang. Genta menatap kain itu dengan sumringah.

"Aku akan membuatmu menjadi jas keren," ucap Genta.

Bahan telah dipotong oleh genta, kain lembaran tersebut sudah mulai berubah menyerupai jas yang nantinya akan di gunakan. Sekarang tinggal mengatur coding dan menerapkannya pada jas itu.

Diambilnya beberapa tombol bewarna yang nantinya akan digunakan sebagai pembeda dari setiap program yang ia buat. Tombol merah akan digunakan untuk membersihkan tubuh pemakai dari virus dan bakteri yang menempel pada tubuh, tombol hijau untuk membuka layar komputer secara langsung, tombol kuning akan digunakan untuk berkomunikasi satu sama lain.

Genta meletakkan jasnya, dengan fokus ia menyusun tombol-tombol tersebut pada lengan jas tersebut. Setelah selesai, tangannya mengotak-atik coding kembali.

"Sebentar lagi jas ini akan selesai" ucap Genta dengan senyum tipis

Run.

Run module

Nguuuuuung...

Ngunngggg.

Sebuah sirene terdengar, menandakan bahwa awal mula program berjalan.

Genta berjalan dengan bangga menuju teman-temannya yang telah menanti.

"Lihatlah jas yang ku buat," tangannya membentang kan jas yang sudah ia buat.

"Apa maksud tombol berwarna tersebut, Genta?" Tanya Bhatari bingung.

"Aku akan jelaskan ke kalian. Tombol merah ini, jika kalian menekan tombol merah. Maka bakteri yang menempel pada tubuh kalian akan terbunuh. Hal ini bisa meminimalisirkan penyebaran virus, sehingga kalian tidak mudah sakit." Terang Genta.

Ia mencoba menekan tombol berwarna merah itu, seketika cahaya layaknya sensor bergerak dari atas dan kebawah dalam tubuh Genta. Teman-temannya menatap tak percaya, Genta terlihat keren sekarang.

"Untuk tombol hijau, tombol ini untuk menyalakan LCD secara transparan. Tetapi ku rasa kalian tidak terlalu membutuhkannya. Karena tombol ini memang khusus aku buat untuk diriku." Terangnya dan menekan tombol hijau, seketika LCD transparan terpampang nyata di depannya.

"Dan tombol kuning ini bisa kita gunakan untuk berkomunikasi satu sama lain, siapa tau kita saling membutuhkan. Untuk tombol ini belum hisa aku uji coba, karena aku belum membuatkan baju kalian. " Teran Genta sembari menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

Semuanya menatap Genta dengan tatapan kagum, mereka tak percaya Genta bisa membuat baju sekeren itu.

Keesokan paginya, Genta mulai membuat baju untuk teman-teman yang lain. Kali ini ia tidak bekerja sendirian, tetapi ia dibantu oleh mereka. Bhatari dan Ajeng kompak mengukur dan memotong kain, Dodi dan Aldo juga kompak memilah aluminium, dan Max hanya menonton dari kejauhan. Ia tak bisa membantu banyak karena virus yang menyerang dirinya membuatnya tak berdaya. Ia tersenyum puas, karena jas untuk teman-temannya telah berhasil di buat.

"Baiklah, mari kita uji coba."

Genta dan teman-teman sudah tidak sabar untuk melakukan uji coba, di tekannya tombol bewarna kuning tersebut.

"Tut..."

Suara seperti sesuatu yang terhubung terdengar.

"Bhatari.. apa kau mendengar suaraku?"

Tetapi hening, tidak ada suara apapun, mereka saling menatap dengan bingung

"Eum.. sepertinya ada sedikit bug. Aku akan memperbaikinya." Ucap Genta sembari menggaruk kepalanya.