Raku
Beberapa langkah kemudian aku sampai di depan pintu kelas ku yang sudah tertutup rapat. Dengan perlahan aku kembali membuka pintu kelas.
Greek ...
"Haru? apa kau mau jadi pacar ku?", kata seorang laki laki yang tak ku kenal.
Aku hanya bisa terpaku di depan pintu dan melihat Haru berdiri di depan kelas bersama seorang laki laki dari kelas lain.
"Maaf aku tidak bisa ...", ucap Haru sedikit membungkuk kan badan nya.
"Apa? ... ternyata benar ... kamu itu orang nya suka mainin perasaan cowok ...", kata laki laki itu lalu berbalik ke arah ku.
"Apa kau juga mau nembak dia? ... lupakan saja ... dia cewek gak baik ...", ujar laki laki tadi menepuk pundak ku lalu melewati ku untuk keluar dari kelas ku.
Aku masih berdiri terdiam di depan pintu dan Haru juga tak bergerak sama sekali dari posisi awal aku melihat nya.
Duh ... gimana nih?
Gua harus ngapain nih?
Karena bingung aku berusaha bersikap seolah tak melihat apapun. Aku hanya melangkah masuk ke kelas dan melewati Haru, aku melangkah ke bangku ku dan mengambil buku ku yang tertinggal di laci meja.
Setelah memasukan buku ke ransel ku aku segera berjalan menuju pintu keluar. Aku melewati Haru untuk yang ke dua kali nya, dia sama sekali tak bergerak dari tadi. Entah mengapa aku jadi khawatir.
Aku menghentikan langkah ku di depan pintu keluar kelas. Beberapa detik aku berusaha meyakinkan diri ku untuk membalik badan ku dan berbicara pada Haru. Kesunyian kelas ini menambah rasa tegang ku.
Aku mengepalkan tangan ku dengan kuat dan menguatkan tekad ku untuk menyapa Haru.
"Haru? ... apa kau ...", kata kata ku terhenti karena melihat Haru meneteskan air mata nya.
"Nee ... Raku ... apa kau juga mau nembak aku?", tanya Haru menahan tangis nya.
"He?, bukan ... aku cuma mau ngambil buku yang ketinggalan", jawab ku berusaha tetap terlihat dingin.
"Ohh ..."
"Ano ... apa kau mau ke ruang klub?", tanya ku.
"Gak jadi ... aku mau pulang aja", Haru mengusap air mata yang ada di pipi nya lalu melangkah melewati ku dan keluar dari kelas.
Apa yang kau lakukan bodoh!
Kau membiarkan Haru menangis dan kau tak berbuat apapun ...
Aku segera keluar dari kelas dan menutup pintu kelas dengan kencang.
Duar ...
Cih ... pikiran ku jadi kacau ...
Aku pun berjalan keluar dari gedung sekolah untuk segera menuju stasiun di sebrang jalan. Setelah keluar dari gerbang sekolah aku melihat Haru yang hendak menyeberang ke stasiun. Aku hanya diam dan menghentikan langkah ku disamping nya.
Setelah jalan terlihat sepi, kami pun melangkah berdampingan menyebrangi jalan menuju ke stasiun. Tak sepatah kata pun keluar dari mulut ku atau Haru. Sampai kami naik kereta dan duduk berdampingan. Tetap tak ada seorang pun dari kamu berdua yang angkat suara.
Kami pun turun di stasiun yang tak jauh dari rumah kami. Kami berdua berjalan bersama untuk pulang ke rumah. Masih tak ada komunikasi apapun diantara kai berdua. Suasana ini jauh berbeda dari pagi tadi. Aku sama sekali tak merasa nyaman. Hati ku meronta meminta ku untuk berbicara pada nya.
Cih ... aku tak tau harus ngomong apa tapi ... bodo amat ...
"Eh? Haru? ... aku mau ngomong bentar", kata ku menahan tangan kiri nya.
"Apa?"
"Aku punya hadiah buat kamu ...", Ucap ku lalu mengambil earphone warna biru dari tas ku.
"Eh? ... earphone?", ucap nya bingung.
"Etto ... ekhm ... gimana?", ucap ku gugup dan takut jika Haru tak menyukai earphone ku.
"Emm ... sini coba aku pake", kata Haru melingkarkan earphone ku dileher nya.
Lagi lagi wajah imut nya membuat ku terpaku. Aku tak menyangka earphone ku bisa membuat Haru makin cantik.
"Gimana? cocok ga?", tanya Haru.
" ... ", mata ku masih terpaku pada nya, tubuh ke serasa beku karena melihat kecantikan nya.
"Oi ... Raku?"
"Oh ... Eh ... cocok kok ... kamu suka kan?", aku memalingkan wajah ku dan kembali melangkahkan kaki ku.
"Iya iya ... tapi aku gak terlalu sering dengerin musik", ucap Haru mengejar langkah ku.
"Entar aku kirim musik kesukaan ku ... siapa tau kamu suka ...", ucap ku tanpa melihat wajah nya.
Tanpa sadar kami sudah sampai di depan rumah kami.
"Ya sudah ... aku pulang dulu ya?, makasih hadiah nya", ucap Haru lalu masuk ke rumah nya.
Aaghh ... untung dia suka ...
Aku bingung banget tadi ...
Ahhh sudah lah ...
Saat aku sampai di depan pintu rumah, ponsel ku berdering tanda pesan masuk.
"Kaito sudah pulang ke rumah nya, besok kamu harus dateng ke sini loh", pesan dari Mina.