Kaito
"Etto ... Hanabi ... kenapa kau potong rambut?", tanya ku dengan wajah bosan.
"Rahasia lah kak",
"Apa kau punya pacar baru?", tanya ku.
"Neee ... apa kakak cemburu?", tanya Hanabi dengan senyuman ejekan nya.
Hari ini aku pulang dari rumah sakit. Perban di kepala ku sudah di lepas. Aku sudah tak merasa pusing lagi. Tapi tiba tiba Hanabi memotong rambut panjang nya. Aku tau jika Hanabi tiba tiba mengubah gaya rambut nya pasti ada sesuatu.
Ya tapi itu tidak masalah bagi ku selama sesuatu itu tak berhubungan dengan ku.
"Ya sudah ... kakak mau istirahat di kamar dulu ya?", aku berdiri dan melangkah menuju kamar ku yang ada di lantai dua dengan wajah malas ku.
Buk ...
Akhir nya aku bisa berbaring lagi di kasur empuk ku. Saat aku memejamkan mata ku sejenak teriakan Hanabi dari lantai bawah membuat mata ku kembali terbuka lebar.
"Kak!!!, Kak Mina dateng nih ..."
"Suruh masuk aja ...", sahut ku lalu duduk di ranjang ku.
Beberapa saat kemudian Mina membuka pintu kamar ku dan masuk.
"Halo ..."
"Eh?! halo katamu?", tanya ku bingung dengan sikap nya yang tak biasa.
"Terus ngomong apa dong?", tanya Mina
"Etto ... iya juga ...", aku menggaruk kepala ku karena aku merasa keadaan mulai canggung.
Beberapa detik Mina hanya berdiri di depan ku. Tak seorang pun dari kami yang membuka mulut.
"Mina ... kalo ada masalah bilang sama aku ... ato paling enggak curhat aja sama Hanabi sana ...", ucap ku kembali berbaring di ranjang ku.
"He?! etto ... gak ada kok", Mina menggelengkan kepala nya.
"Hmm ...", aku memejamkan mata ku seolah tak peduli pada nya.
"Iihhh ... kamu tu kenapa sih!", ujar nya menendang ku dengan kaki kanan nya.
Tendangan ini, sama seperti yang selalu ia lakukan pada ku sejak kecil. Aku sedikit senang Mina sudah mulai kembali seperti dulu lagi.
"Ya ... ya yaa ...", aku sedikit tersenyum lalu bangkit berdiri dari ranjang ku.
"Pulang sana ...", ucap ku dengan sedikit senyum untuk membuat nya marah.
"Heee?!!! ... maksud mu apa?!", teriak Mina dengan wajah marah sembari bersiap memukul ku.
"Pulang terus tenangin dirimu ... kamu gak bisa boongin aku loh, pasti kamu ada masalah", ucap ku lalu menepuk pundak nya.
"He?! ... a-apa?", entah kenapa pipi nya memerah tanda ia sedang tersipu malu.
"Kenapa?", tanya ku bingung kenapa dia terlihat malu.
"Ga ada apa apa ... ya udah aku pulang aja ... dasar tolol!", Mina langsung berlari keluar dari kamar ku lalu pulang ke rumah nya.
"Dia ini kenapa sih? belakangan ini sikap nya aneh ...", gumam ku lalu kembali duduk di ranjang.
Disaat yang sama smartphone yang ada di samping bantal ku berdering tanda telepon masuk. Saat tau yang menelepon adalah pak Kakegawa, aku segera menerima telepon nya.
"Iya pak?"
"Anu ... Kaito ... aku mau minta maaf soal Sakura ..."
"He?, kenapa emang Sakura senpai pak?"
"Dia maksa kamu buat minta bantuan kan?, sekarang kamu gak perlu mikirin dia lagi"
"Loh ... emang Sakura senpai dapet patner nulis pak?"
"Iya ... dia usahain buat nulis bareng Ruui, ya sudah cepet sembuh ya ...", kata pak Kakegaawa lalu memutuskan sambungan telepon nya.
Tok tok tok ...
Suara pintu depan di ketuk oleh seseorang tepat saat aku meletakan smartphone ku kembali di samping bantal ku.
"Kak!, buka pintu nya sendiri ya? ... Hanabi lagi masak", teriak Hanabi dari dapur.
Aku pun segera menuruni tangga dan melangkah menuju pintu depan.
Greeekk ...
Saat aku membuka pintu aku tak melihat seorang pun yang ada di depan rumah ku. Saat aku hendak melangkah aku melihat sebuah amplop yang tergeletak di depan telapak kaki ku.
Aku segera mengambil dan membuka amplop yang ternyata berisi selembar kertas dari buku tulis.
"'Terima kasih'"
Haa??, tunggu ... tulisan ini!?
Aku keluar dari rumah dan menoleh ke segala arah mencari orang yang memberiku surat aneh ini. Walau sebenar nya aku tau tulisan ini adalah milik Ai. Aku masih bingung arti surat ini dan kenapa dia menghindar dari ku.
"Siapa kak?", tanya Hanabi yang tiba tiba sudah berada di belakang ku.
"Oh ... ga tau siapa, cuma orang iseng kasih surat", jawab ku dengan wajah malas.
"Ohh ...", Hanabi kembali melangkah menuju dapur untuk melanjutkan memasak.