Kaito
Sial!!! kenapa harus sekarang?!
Aku bahkan tak bisa membuka mulut ku. Aku merasa semakin kehilangan kesadaran ku. Pandangan ku jadi semakin buram. Aku hanya dapat melihat wajah Hanabi yang sedang menangisi ku.
"Kakak!!! ... tolol!! ... maaf ... ini semua karena aku kak ... salah ku ...", Hanabi menyesal dan meneteskan air mata nya di jaket yang ku pakai.
"Bu ... bukan ... jangan nangis ...", aku berusaha sekuat mungkin untuk bisa menggerakkan tangan ku.
"Ha ... na ... bi ... bangunin kakak kalo udah siang ya?", kata ku sembari membelai pipi Hanabi degan tangan kiri ku yang mulai lemas ini.
"Tolol!!! kalo tidur di kamar sana!", ujar Hanabi menggenggam tangan kiri ku dengan kuat.
"Hehe ... kakak cuma butuh istirahat kok ...", ucap ku lemas dengan sedikit tawa untuk menenangkan nya.
Aku mulai memejamkan mata dan aku tak bisa lagi merasakan tubuh ku. Aku tak tahu, tapi aku yakin aku masih hidup. Aku harus tetap hidup, aku tak bisa meninggalkan Hanabi sendiri.
Fuuu~~
Suara tiupan angin dan udara yang hangat. Sinar mentari yang sangat terang. Aku bisa merasakan kelembutan pasir yang ku injak. Dan jangan lupakan deru ombak yang sangat kencang di sini.
"Pantai?"
Aku tak terlalu terkejut saat aku tiba tiba membuka mata ku di tengah pantai. Mimpi yang aneh lagi. Aku melihat sekeliling dan tak melihat seorang pun di sini. Toko toko di pantai ini juga tutup.
Aku hanya bisa mendengar suara ombak dan kicauan burung. Tak ada keramaian yang ku benci di sini. Tapi kenapa Ame tak ada di sini?, hanya itu satu satu nya pertanyaan ku.
"Kaito ...", seorang gadis mengejutkan ku karena tiba tiba menepuk pundak ku dari belakang.
"Oh?! eh?! Yume?!", aku menoleh dan terperanjat saat melihat gadis yang mengajak ku bicara adalah seorang malaikat.
"Hmm ... berapa kali kita ketemu ... tetep aja kaget ...", ujar nya dengan wajah kesal.
"Maaf ... lalu ... ada apa kau memanggilku?", lanjut ku bertanya.
"Nee ... apa kau tahu resiko kekuatan mu yang satu nya?", kata Yume seraya membalik badan nya.
"Manipulasi mimpi? ... apa ada resiko nya juga?!", aku terkejut, tapi tak terkejut juga di saat yang sama.
"Hmm ... kau bisa kehilangan ingatan mu", kata Yume sembari melangkah meninggalkan ku.
"Tu-tunggu!! jadi ... apa aku berhasil mempertemukan Ai dengan Ame tadi malam", tanya ku meminta petunjuk dari nya.
"Yap ... kalau berhasil ...", kata Yume membalikkan badan nya dan menatap ku dengan mata merah muda nya yang indah itu.
"Lalu ... apa Ame berhasil menghilangkan kutukan Ai?", pertanyaan yang ingin ku tanyakan sedari tadi.
"Hmm ...", Yume menundukkan kepala nya dan membuat ku cemas akan apa yang terjadi.
"Aa-apa? Kenapa?!", aku berlari mendekat ke arah Yume.
"Iblis nya terlalu kuat ...", ucapan Yume yang sangat membuat ku terkejut sampai mata ku terbelalak lebar.
"Ka-kamu ngomong apa? ... iblis??", tubuh ku serasa membeku dan tak lagi bisa bergerak.
"Ya ... kamu tau kan ... jika ada malaikat ... pasti ada iblis ...",
Yume menjelaskan tentang apa arti iblis yang dia katakan itu. Iblis adalah sosok bayangan yang dapat merubah bentuk tubuh nya. Mereka biasa nya berbentuk seperti manusia yang berwarna hitam sepenuh nya.
Mereka lah yang membuat orang merasakan kutukan. Mereka juga yang membuat orang merasa menderita dan putus asa. Dan kebanyakan orang yang telah di kuasai oleh iblis akan mengakhiri hidup nya. Dan sudah tugas malaikat untuk menyelamatkan orang yang dikuasai oleh iblis itu
Tapi tak semua orang bisa di selamatkan oleh malaikat seorang diri. Malaikat juga butuh bantuan dari dunia nyata untuk memberikan orang itu tujuan hidup yang kuat. Tapi iblis pun bisa jadi semakin kuat seiring berjalan nya waktu.
Kenapa dunia ku sekarang menjadi tak masuk akal. Aku merasa sekarang telah masuk ke dunia novel fantasi.
"Jadi ... apa Ai sudah di kuasai iblis?", tanya ku.
"Begitu lah ...", jawab nya dengan nada yang berat.
"Jadi ... aku harus bagaimana? ...", tanya ku dengan nada putus asa.
"Ada satu cara ...",
"Maka lakukan lah!!", teriak ku seraya meraih tangannya dan menggenggam nya dengan kuat.
"Apa kau yakin? ... cara ini butuh pengorbanan lagi dari mu", kata Yume.
"Apa?! ... apa lagi resiko nya?!"