webnovel

A Love For My Little Brother

Untuk aku, adik laki-lakiku yang bernama Ricky itu, adalah sesuatu yang berharga bagi hidupku. Kalau diibaratkan benda, Ricky itu adalah sebuah permata berlian 24 karat seberat setengah kilogram yang harus dijaga dan dilindungi. Ribuan personel TNI--baik AU, AD, maupun AL--rela aku kerahkan untuk menjaga benda paling diincar itu. Agak berlebihan memang, namun itulah yang aku rasakan. Sudah bertahun-tahun aku berpisah dengannya dan tidak disangka-sangka saat aku kembali, dia sudah tumbuh besar dan semakin tampan. Aku ingin sekali memeluknya dan mencium-ciumnya sama seperti apa yang aku lakukan saat kami masih kecil. Tapi kenapa dia malah menjauh? Wajahnya selalu memerah setiap aku memanjakannya. Malu kah? Atau mungkin jijik? Yah, apapun itu sudah membuatku senang dengan ekspresi baru itu. Aku dapat kabar kalau dia sedang jatuh cinta dengan teman sekelasnya. Apa itu benar? Kalau benar, aku tidak akan membiarkan itu terjadi! Dia masih terlalu muda untuk mempunyai kekasih dan aku menjadi orang pertama yang menolak dengan keras hubungan itu walau kedua orang tuaku mendukungnya untuk memiliki kekasih. Kenapa tidak kakak saja yang mencarikan kekasih untukmu? Aku yakin kamu tidak akan menyesal dengan pilihanku ini! Cerita yang mengisahkan tentang kakak-beradik yang tinggal di keluarga serba berkecukupan. Cerita yang mengisahkan tentang betapa cintanya Sang Kakak kepada adiknya yang sudah bertahun-tahun ia tinggalkan untuk menempuh pendidikan dan meraih mimpi. Cerita yang mengisahkan tentang betapa malu dan jengkelnya Sang Adik kepada kakaknya karena kelakuannya yang menganggapnya sebagai anak kecil. Melihat Sang Kakak bersifat kelewat batas seperti itu, akankah Sang Adik bisa memiliki kekasih yang ia idamkan? A Love For My Little Brother

tahraanisa · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
155 Chs

Jalan-Jalan 2

Hari Sabtu ini ternyata tempat wahana bermain itu lebih ramai dari biasanya. Wajar saja karena banyak orang yang menghabiskan waktu liburnya ke tempat tersebut. Untuk masuk saja, mereka perlu mengantre kurang lebih 10 menit hingga mereka sampai di loket. Sesampainya mereka di loket, Aurel dan Jane sempat berdiskusi sejenak. Tidak sampai dua menit mereka berdiskusi, akhirnya Aurel memesan tiket untuk enam orang itu. Mereka baru keluar dari barisan antrean ketika Aurel mendapatkan tiketnya.

"Kita pakai tiket fast track, jadi gak usah pakai ngantre lama-lama," kata Aurel sambil memberikan satu per satu tiket tersebut.

"Bukannya itu mahal, Bu?" kaget Dafin.

"Iya, mahal kalau aku bayar sendiri. Jadi tadi aku patungan sama Jane," jawab Aurel. "Ngomong-ngomong, Dafin. Karena ini lagi liburan, kamu gak perlu formal banget ke aku ya. Panggil Aurel saja gak apa-apa. Atau kamu ngerasa gak enak, bisa panggil Mbak atau Tante juga boleh."

"Tante ketuaan," celetuk Ricky.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com