webnovel

12 LAMPU MERAH AMOA

Kisah Amoa suteja, gadis 17 tahun yang belum pernah tinggal jauh dari keluarganya. Mo, panggilan Amoa, tanpa sepengetahuan kedua orang tuanya mendaftarkan diri ke salah satu universitas terbesar di kota New York, Amerika Serikat. Gadis Tionghoa-Jawa yang berada dalam didikan kental tradisi Jawa itu secara mengejutkan berhasil di terima di NYU. Kedua orang tuanya yang terlalu mengkhawatirkan putri semata wayangnya tersebut, membuatkan daftar 12 RED LIGHT ( Lampu Merah ) yang harus Mo jadikan panduan selama tinggal sendiri di New York. "Aku tidak bisa Noe ..." Mo Menatap wajah pria di hadapannya. Ia mendesah, kemudian beranjak dan berjalan ke dalam kamar. Tak berapa lama Mo kembali dengan sebuah buku di tangan. Ia kembali duduk di hadapan Noel, membuka buku yang ia bawa, lalu meletakkan buku itu ke hadapan Noel. "Ini daftar 12 lampu merah yang harus aku taati sebagai syarat bisa kuliah di sini. melanggarnya berarti kembali pulang ke Indonesia." Sejenak, hanya ada hening melingkupi mereka. Mata Noel menyorot tajam satu-persatu daftar lampu merah yang ditunjukkan Moa. Desah kasar Noel terdengar bersamaan dengan kepala yang perlahan terangkat. Menatap wajah gadis yang sudah menjerat hatinya. "Aku janji akan mengikuti semua daftar itu, kecuali lampu merah ke-tiga." ucap Noel dengan yakin. Apakah Noel akan benar-benar bisa mematuhi ke 11 lampu merah Amoa yang sudah dibuat oleh orang tuanya sebagai syarat gadis itu bisa belajar di luar negeri? Lalu apa saja ke 12 lampu merah yang dibuat oleh orang tua Amoa, dan apa yang akan terjadi saat Moa melanggar satu demi satu lampu merah tersebut.

NasaNasa · Masa Muda
Peringkat tidak cukup
79 Chs

Extra

Moa tersenyum lebar. Di samping kanan, dan kirinya--adalah dua orang paling berharga, dan paling ia cintai di dunia. Empat tahun terlewat, dan Moa akhirnya bisa dengan bangga hati memakai toga. Gadis tionghoa jawa itu terlihat begitu cantik, dengan wajah berseri bahagia. Kedua orang tua nya, datang jauh-jauh dari negera tercinya—Indonesia, untuk bisa menjadi saksi sang putri tercinta mendapatkan gelarnya.

"Ganti gaya!!" Teriak sang photographer dadakan, yang Moa daulat untuk mengambil photo wisudanya.

Iqi sudah terlebih dahulu diwisuda. Moa tidak iri, karena ia sadar perbedaan ukuran otaknya, dan otak Iqi.

"Ya... Sekali lagi!!" Iqi kembali berteriak. Sahabat baik Moa itu, bahkan menyempatkan diri datang, hanya untuk menjadi pengambil photo sang sahabat--dan tentunya memberikan jasanya secara gratis.

Bab Terkunci

Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com