"Masih memikirkan pria tadi?" Rama mendorong segelas cokelat hangat untuk Nata. Cuaca tiba-tiba saja mendung di luar sana. Belakangan ini semesta terlalu banyak bercanda dengan perubahan cuaca yang tiba-tiba. Gerimis mengguyur kota. Setidaknya Rama dan Nata sudah punya tempat berteduh yang kayak senja ini. Sebuah kafe di pinggiran kota, suasananya kental dengan gaya-gaya Eropa jaman dulu. Nyaman dirasa dengan suara gesekan biola yang sesekali dicampurkan dengan tuts piano bernada selaras.
"Kira-kira kenapa pria itu membawa pisau?" Nata mengembalikan pandangan untuk Rama. Ditatapnya sang kekasih yang hanya diam, duduk rapi di depannya sembari menaikkan kedua sisi bahunya. Rasanya, aneh selepas ia terluka tanpa alasan.
"Syukur-syukur gue gak mengejar pria tadi untuk tanggung jawab, kenapa lo malah khawatir sama dia?" Rama akhirnya menggerutu. Ia ikut menarik segelas cokelat di depannya. Meneguknya dengan kasar.
Dukung penulis dan penerjemah favorit Anda di webnovel.com