"Ini " anneth yang terduduk disamping kai di tempatnya biasa mangkal untuk menyemir sepatu, dia menyodorkan sebuah botol minum bergambar dinosaurus bertuliskan 'barney' dengan warna merah muda yang menjadi dominasi.
"Tidak usah " kai menolaknya, dia tengah merapikan alat-alat yang dipakainya untuk menyemir sepatu.
"Tapi tadi kamu terlihat berkeringat sekali karena harus menggendong nimo di lapangan " ucap anneth.
"Tidak apa-apa " tolaknya lagi, "aku sudah terbiasa,,, "
Bibir anneth mencucut, dia memperlihatkan kekesalannya karena kai menolak kebaikannya.
Kai menggelengkan kepalanya, "baiklah,,, "
Akhirnya dia harus mengalah juga, diterimanya botol minum milik anneth yang sudah terbuka. Dia meminum air di dalamnya beberapa teguk.
"Sudah puas? " tanya kai seraya mengembalikan botol minum milik anneth.
"Jadi kamu tidak boleh cemberut lagi! " sambungnya.
Senyuman anneth mengembang, dia menyimpan botol minum miliknya disamping dimana dia duduk.
"Apa aku boleh minta tolong? " kai merogoh tas sekolah miliknya dan mengambil bungkusan hitam dari dalamnya.
"Tentu saja " anneth begitu cepat tanggap.
"Aku akan ganti seragamku terlebih dulu " ucapnya lagi, "apa kamu bisa tolong jagakan barang-barangku? "
"Baik! " anneth bicara dengan suara lengkingannya dan satu telapak tangannya yang disimpan di keningnya seperti seorang tentara yang memberikan sikap hormat pada komandanya.
Kedua alis kai terangkat, dia menahan tawanya bahkan tidak memperlihatkan senyumannya walaupun dia gemas tapi kai tetap bersikap dingin seperti biasnya.
Kai melangkahkan kakinya ke arah kamar mandi umum yang terletak di ujung pasar meninggalkan anneth sendirian.
"Kai sudah pergi! " anneth celingak-celinguk memastikan kai tidak melihatnya yang sedang mengeluarkan sepatu kulit milik ayahnya yang dibunggkus oleh plastik hitam.
Dia sengaja menyembunyikan sepatu itu di dalam tas nya karena tidak ingin kai tahu bahwa sepatu itu milik ayahnya.
"Aku simpan disini! " anneth meletakkan sepasang sepatu kulit berwarna hitam milik sang ayah tepat di atas peralatan milik kai.
"Dan ini juga,,, " dia lalu merogoh saku seragamnya dan mengambil dua lembar uang dengan masing-masing nominal seribu rupiah di dalam sepatunya.
Setelah lima menit berlalu kai muncul dengan pakaiannya yang telah berganti, jika tadi dia masih memakai seragam sekolah kali ini dia hanya kaos berwarna hitam yang telah terlihat memudar warnanya.
"Itu sepatu milik siapa? " tanya kai pada anneth.
Anneth melebarkan senyumannya ke arah kai sebelum menjawab pertanyaan kai, "bapak itu tinggal di belakang rumahku, dia menitipkan sepatu ini dan uangnya aku simpan di dalam sepatu "
Dahi kai berkerut, "lalu kemana bapak pemilik sepatu ini? "
"Karena dia tetanggaku, jadi aku bilang padanya sepatu ini biar aku yang antarkan langsung kerumahnya,,, " anneth bicara dengan penuh percaya diri dihadapan kai agar dia tidak ketahuan ketika berbohong kali ini.
"Cepat semir sepatunya! " perintah anneth.
"Iya, baik " kai duduk di tempatnya semula dan mulai menyemir sepatu milik pelanggan pertamanya.
Anneth memandangi kai yang tengah fokus menyemir sepatu, keringatnya terlihat menetes dari keningnya setelah beberapa kali kai mengusapnya dengan lengan kaos yang dipakainya.
"Kapan kamu makan siang? " tanya anneth di sela-sela pekerjaan yang dilakukan kai.
"Kalau aku tidak mendapat uang dari menyemir sepatu aku makan sore hari setelah membantu di ibu gayah " jawab kai, dia berhenti sejenak dan menunjuk ke arah warung nasi di seberang jalan.
"Itu warungnya "
Anneth menoleh ke arah warung yang ditunjukkan oleh kai, dia terdiam memandangi warung tersebut bukan karena dia merasa lapar melihat hidangan makanan yang terlihat jelas dari arahnya. Tetapi dia merasa sedih karena kai tidak dapat makan siang hanya karena dia tidak mendapat uang dari pekerjaannya. Itu membuatnya semakin ingin membantu kai dan menyimpan sepatu milik ayahnya.
"Kamu lapar? " tanya kai, dia menyadari anneth yang sedari tadi memandangi warung nasi milik ibu gayah.
Gelengan kepala menjadi jawaban anneth, "aku suka masakan yang dibuat ibuku dirumah, dia sangat pandai memasak! "
"Semua yang dimasaknya pasti enak " anneth menelan ludahnya bulat-bulat setelahg membayangkan masakan ibunya dirumah hari ini.
Kai tetap fokus pada sepatu yang di pegangnya, "kamu pulang saja dulu kerumah, nanti aku antarkan kerumah pemilik sepatunya,,, "
"Tidak, aku sudah janji dengan bapak itu " anneth menolaknya, "aku tidak lapar hanya sedang membayangkan masakan ibuku saja! "
Kai tiba-tiba tersenyum walaupun hanya di ujung bibir.
"Kamu tertawa! " teriak anneth histeris seperti seorang fans idol yang melihat idolanya melakukan hal yang sangat disukainya walau hanya tersenyum sedikit saja.
"Karena kamu lucu! " cetusnya.
Dia lalu kembali fokus pada sepatu-sepatunya.
"Kamu keren kalau tersenyum " puji anneth, "kalau sudah besar nanti aku mau menjadi pacar kamu! "
"Tapi aku tidak mau " kai melontarkan candaannya.
"Kamu tunggulah sebentar lagi, aku akan dengan cepat menyelesaikan ini " ucap kai, "karena sepertinya hari ini aku harus pergi ke warung bu gayah terlebih dulu baru melanjutkan kembali menyemir sepatu "
"Aku ikut " rengek anneth, "aku berjanji tidak akan menyusahkanmu dan hanya akan lihat saja! "
"Atau kamu mau aku membantumu? " anneth terus menerus bicara, "aku bisa menyapu, membersihkan meja, mencuci piring,,, "
"Tapi nanti ibumu khawatir karena kamu belum pulang " kai meyakinkan anneth untuk tidak ikut dengannya.
"Aku sudah bilang pada ibu kalau aku akan pulang sore hari "
Kai harus menarik nafasnya ketika menghadapi anneth. Dia tidak dapat berbuat apa-apa lagi jika anneth sudah memberikan jawaban.
"Baiklah " kai beranjak dari duduknya setelah selesai bekerja, "kamu boleh ikut "
Anneth tersenang, dia dengan cepat menyimpan dengan baik sepasang sepatu milik ayahnya itu, tubuhnya yang kecil selalu senang membawa tas besar yang di gendong di punggungnya.
Dia berjalan mengikuti langkah kai, sedikit terseret-seret mengimbangi langkah kai yang berada di depannya begitu cepat.
Kai berhenti dan menoleh ke arah anneth, dia menunggunya dan mengulurkan satu tangannya pada anneth.
Anneth tersenyum dan menerima uluran tangan kai, mereka menyebrang jalan bersamaan. Situasi jalan saat itu sedang ramai dengan berbagai kendaraan, kai takut anneth tertabrak delman yang terkadang kuda penariknya secara tiba-tiba mengamuk.
"Ibu " kai dengan cepat masuk ke warung nasi diikuti anneth.
"Untung kamu datang " si pemilik warung yang sibuk memasukkan satu persatu ke dalam piring melayani pembelinya.
"Warung sedang ramai pembeli "
Kai tersenyum, "saya akan mencuci piring di belakang dengan cepat "
"Iya "
Kai yang masih memegang tangan anneth membawanya masuk ke dalam sebuah dapur yang berukuran sempit. Tempat itu penuh dengan piring-piring kotor tertumpuk di satu ember besar.
"Kamu duduk saja disini " kai memberikan kursi kecil yang biasa dia pakai untuk duduk ketika mencuci piring.
Dia tidak akan tega melihat anneth berdiri sepanjang waktu ketika dia harus mencuci semua piring-piring itu.
"Aku membantu apa? " tanya anneth.
Kai mulai mengalirkan air ke dalam ember dimana piring-piring yang akan dia bersihkan tersimpan.
"Kamu bantu dengan doa saja! " jawab kai.
Anneth terkekeh, dia lalu menyimpan tas miliknya di tempat aman dan kering. Lalu duduk di dekat kai yang mulai mencuci piring.
"Baiklah, kamu bantu menyusun piring-piring ini di rak itu " kai lagi-lagi tidak dapat berbuat apapun jika anneth sudah duduk disampingnya seperti itu.
"Baik " anneth bicara sedikit berteriak, dia senang membantu kai walaupun hanya menyusun piring-piring yang telah bersih di rak.
Sambil memainkan air di dalam ember, anneth memperhatikan kai yang terlihat lihai membersihkan piring-piring tersebut.
"Berapa upah yang kamu dapatkan? " tanya anneth.
"Tiga ribu dan dua bungkus nasi campur " jawab kai.
Anneth membulatkan matanya, "sebanyak ini hanya dapat tiga ribu? "
"Itukan kecil sekali " sambung anneth.
Kai tersenyum, "tidak apa-apa, aku senang mendapatkan uang sejumlah itu. Walau kecil tapi itu hasil dari kerjaku sendiri "
"Lalu dua bungkus nasi itu? " tanya anneth kembali.
"Satu untukku dan satu untuk nenek di rumah " jawabnya.
"Kalian makan satu kali saja? " lagi-lagi dia melontarkan pertanyaan pada kai.
"Nenek biasanya setelah aku pulang dia membantu bu sarah yang berdagang di pasar malam " jawab kai, "dia selalu membawa makanan setelah membantu bu sarah "
"Kamu ikut juga? "
"Tidak " jawab kai, "nenek melarangku, dia mengatakan padaku untuk belajar saja di malam hari. Dia ingin aku juara kelas dan melanjutkan sekolah sampai tingkat yang paling tinggi "
"Ibuku juga selalu bicara seperti itu padaku " anneth terlihat sedih mendengar cerita kai, dia semakin merasakan bahwa dia semakin menyayangi sahabat barunya itu.
Dia tersenyum memperhatikan kai yang masih mencuci piring, dan berjanji dalam hatinya akan selalu membantunya setiap hari agar kai tidak merasa sendirian ketika harus bekerja. Dia begitu bangga pada kai, disaat teman seusianya asik bermain dan dengan mudah meminta uang kepada orang tua mereka untuk membeli sesuatu dia harus bekerja terlebih dahulu menjadi buruh pencuci piring hanya untuk mendapatkan sebungkus nasi untuk makan siang hari ini.
Betapa tuhan itu sangatlah adil kepada seluruh umatnya, jika anneth diberikan limpahan kekayaan harta maka tuhan memberikan limpahan kekayaan hati dan kesabaran pada kai...