webnovel

Bagian 3

"Jadi nona ini siapa?"

"A-aku... Choi Mi Ahn." Jawabku dengan gugup.

Dia mengangguk-anggukkan kepalanya.

"Apa kau seorang ARMY?"

Kali ini giliranku yang mengangguk. Lalu tak lama suara notif handphone-ku menginterupsi.

Aku merogoh tas dan melihat ternyata hanya pemberitahuan dari aplikasi V APP ­ yang mengatakan bahwa BTS V sedang melakukan live sekarang.

Wah.

Tanpa berpikir dua kali aku langsung membukanya, aku memang tak pernah ketinggalan dengan semua video-video Bangtan. Taehyung terlihat mengenakan piyama hitam bergaris putih dengan kalung guccinya yang ia perlihatkan di balik kerahnya yang terbuka.

Tampan sekali.

Saat ini mungkin kamarnya bersebelahan denganku? Oh ya ampun. Aku terlalu pusing untuk memikirkannya.

"Apa itu Taehyung?" Tebaknya. Mungkin karena mendengar suara handphone-ku yang terlalu besar.

Bodoh, aku sampai lupa untuk mengecilkan volumenya.

Kemudian aku merasakan Jimin mendekatiku dan sedikit membungkuk untuk dapat menonton. Refleks, aku menahan napasku dan perutku menegang merasakan aroma parfum Jimin yang begitu maskulin menusuk indera penciumku.

Tapi untungnya kejadian itu tak lama, mungkin dia hanya penasaran dengan apa yang di lakukan teman satu linenya itu. Aku membuang napas lega.

"Tidak seru. Yang menyenangkan itu ketika Jin-hyung yang melakukan live. Karena akan ada banyak makanan yang dia pesan."

Dia kembali duduk. Bersamaan dengan pintu kamar mandi yang terbuka, menampilkan sosok itu yang kini terlihat segar dengan rambut yang masih basah. Kali ini Jungkook mengenakan kaos polos lain miliknya yang berwarna putih dengan celana pendek selutut.

"Jungkook~ah, sebenarnya apa yang perlu kubantu? Kau menggangguku ketika aku ingin memesan makanan." Tanya Jimin langsung. Aku segera mematikan V App ku ketika Jungkook datang.

"Oh? Apa ini sudah waktunya makan malam?" Dia balik bertanya, tangannya yang tengah mengusap rambutnya dengan handuk terhenti karena terkejut.

Jimin melempar Jungkook dengan botol minumnya yang sudah kosong. Dengan sigap Jungkook menghindar.

"Ya! Kenapa melemparku?" Tukas Jungkook sebal.

"Sebenarnya apa yang sedang kau lakukan sampai kau lupa dengan makan malammu? Biasanya kau selalu cepat dalam hal makanan."

"Tidak ada. Lagipula aku masih punya cemilan rumput laut di tasku."

Seperti biasa, aku hanya menyimak dalam diam. Sama seperti yang kulakukan ketika Jungkook bersama Taehyung.

"Benarkah malam ini kau hanya memakan itu?"

"Bercanda..." Dia tertawa. "Pergilah memesan makanan hyung."

"Ya jinjja! Apa kau sedang menyuruhku?" Tanya Jimin dengan sewot. Ini lebih lucu dari Vkook moment yang kemarin kusaksikan.

"Kupikir kau sudah mendengarnya, hyung." Jawab Jungkook datar. Lalu dia melempar handuknya asal ke ranjang. Benar-benar gaya seorang lelaki -tidak terlalu mementingkan kerapian sekitarnya.

"Yeish baiklah. Apa yang ingin kau makan?"

Sosok Jimin yang selalu menjadi pengertian datang.

"Aku ingin daging panggang dan nasi goreng. Tanyakan itu juga pada Mi Ahn." Jungkook membanting tubuhnya ke tempat tidur dengan posisi tengkurap. Sepertinya dia lelah sekali. Apa aku akan menganggu jika berada di sini terus?

"Chogiyo, apa kau ingin makan sesuatu?"

Astaga dia benar-benar bertanya padaku? Seorang idola besar menawari-ku makan?

Tentu saja. Kembali ke dunia nyata Choi Mi Ahn!

"Ah tidak perlu..." Walau sebenarnya aku juga lapar karena jam pun sudah menunjukkan waktu untuk makan malam. Tapi tentu saja aku tak mau jika harus merepotkan mereka.

Lalu tatapanku menangkap pergerakan Jungkook yang duduk sila di tengah-tengah tempat tidur dengan rapi. Poninya dia kibaskan karena masih basah.

"Bagaimana bisa kau bertanya seperti itu hyung ? Tentu saja dia jadi menolak karena tidak enak." Jungkook memberikan tatapan flat pada Jimin yang melemaskan bahu.

Kelihatannya Jimin sudah sabar sekali menghadapi maknae-nya.

"Sepertinya aku salah terus dimatamu."

Tanpa menghiraukan ucapan hyung-nya, tiba-tiba matanya beralih padaku. Membuatku terkesiap.

"Kau belum makan, Mi Ahn. Hari ini kau menjadi tanggung jawabku karena aku yang mengajakmu kesini. Jangan sampai kau sakit karena melalaikan makan malammu."

Apa katanya tadi? Aku menjadi tanggung jawabnya? Oh astaga, bahkan cara bicaranya sangat tidak bisa di bantah. Aku berasa menjadi istrinya. Hahaha..

"Ya sudah apa saja." Jawabku terdengar seperti sebuah cicitan.

"Baiklah, hyung, dua porsi sepertiku, dan tambahkan beberapa mangkuk salad."

"Oh ayolah bahkan kau tidak memikirkan porsi untukku." Jimin mempoutkan bibirnya. Membuatku gemas.

Jungkook tertawa tidak nyaman. "Aku mengira hyung akan memilih sendiri karena hyung yang akan memesan." Dia kembali sopan. Apa dia merasa tidak enak?

Kemudian Jimin mengambil handphone-nya, menelepon petugas hotel dan menyebutkan pesanan kami. Setelah dia menelepon. Jimin langsung bersikap layaknya seorang daddy pada Jungkook yang kini duduk di sofa yang sama denganku. Hanya saja dia tetap memberi jarak. Sedangkan Jimin duduk di sofa single di depan kami.

"Jadi jelaskan sebenarnya siapa nona Choi Mi Ahn ini? Dan kenapa dia bisa bersama denganmu didalam kamar?"

Sungguh, saat ini kami berdua seperti anak nakal yang sedang di marahi ayahnya karena melakukan kesalahan.

"Aku bertemu dengannya di acara fansign seminggu lalu. Dia menarik, dan aku hanya ingin mengobrol dengannya." Jawab Jungkook dengan siku yang bertopang pada kedua pahanya.

Aku terperangah mendengar jawaban Jungkook. Gadis sepertiku dapat menarik perhatian bias-ku sendiri. Aku merasa berbangga diri dan terharu atas itu.

"Apa benar seperti itu, Mi Ahn?" Tanyanya padaku, membuatku kembali gugup.

"Ne Jimin~ssi..." Aku hanya menjawab seadanya mengingat alasan Jungkook yang seperti itu, ya aku hanya mengikuti. Karena memang pemeran utama di sini adalah Jungkook.

"Jungkook~ah, walau dirimu menganggap ini hanya sebuah obrolan belaka, tapi jika media ada yang mengetahui hal ini, masalah akan menjadi besar dan rumit. Kau tidak ingin reputasi-mu bahkan BTS menjadi jelek karena berita murahan seperti itu, kan?"

"Aku mengerti tentang itu, hyung." Dari sudut mataku, aku dapat melihat Jungkook menganggukan kepalanya dengan patuh.

Tiba-tiba dia berubah menjadi anak yang baik dan penurut.

"Aku tidak bermaksud untuk mencampuri urusanmu. Bahkan aku mendukungmu karena sikap ini sebenarnya sangat bagus untuk menyenangkan hati Uri Army, kau bisa begitu dekat dengan para fans. Tapi aku sebagai hyung-mu hanya mengingatkan sebelum hal buruk itu terjadi."

Jimin...

Dia benar-benar seorang yang lembut dan pengertian. Sikapnya pada Jungkook membuat hatiku menghangat menyaksikannya.

Jungkook tidak menjawab lagi karena pesanan kami sudah datang. Suasana yang mencekam tadi seperti lenyap begitu saja, di gantikan dengan beberapa obrolan Jimin dan Jungkook yang mengundang tawa.

Kalian tahu bagaimana bahagianya aku? Mungkin kalian telah bosan mendengar kata bahagia dariku. Geundae.. jinjja, ini tak pernah terbayangkan sebelumnya aku melakukan dinner dengan biasku langsung. Bahkan dulu saking aku ingin merasakan dapat makan bersama Bangtan, Aku mengambil makananku lalu memutar video mereka yang tengah melakukan Eat Jin dan membayangkan kalau saat itu aku berada di antara mereka.

Dan sekarang aku tak perlu membayangkan lagi bagaimana rasanya. Karena Tuhan yang sangat baik hati telah memberikan kesempatan itu padaku.

"Eat Jin telah digantikan dengan Eat MinKook." Ucap Jungkook di sela mengunyah makanannya. Dia terlihat begitu semangat, tidak berbeda jauh dengan yang ada di video.

"Wah itu terdengar bagus, bagaimana jika kita melakukan vlive untuk pamer pada Jin-hyung?" Jimin tertawa sampai memperlihatkan eyesmile-nya.

Jungkook ikut tertawa tapi hanya sekilas. "Kau ingin kita melakukannya bersama Mi Ahn?"

"Ah geuraeyo, maaf aku melupakannya." Jimin menepuk jidatnya. (benar)

Aku menjadi kikuk. Apa kehadiranku disini sungguh tidak mengganggu waktu mereka? Jika Army lain pun tahu pasti mereka tidak terima dan akan mengamuk habis-habisan padaku.

Sebaiknya aku pulang.

Tapi, aku tak ingin.

Aku masih ingin bersama mereka, menyaksikan secara langsung kehangatan dan candaan yang mereka lakukan.

Tapi, sekali lagi.

Aku tidak boleh egois. Aku terus membisikkan itu pada diriku.

Kau tidak bisa terus bersama mereka disini. Pikirkan kehidupannya, dan perasaan ARMY yang lain.

"Mungkin karena adanya aku disini membuat kalian tidak nyaman. Maafkan aku," Aku menundukkan kepalaku samar, lalu menyampirkan rambutku kebelakang telinga.

Jungkook langsung menghentikan gerakan sumpit yang sudah di depan mulutnya, tidak beda jauh dengan Jimin.

Kenapa mereka terlihat terkejut?

Aku tertawa dengan canggung berusaha menghilangkan rasa gugupku yang makin menjadi.

"Ah sepertinya kehadiranku memang sudah mengganggu kalian, ya?" Ucapku setengah hati. Karena sebenarnya aku kesini pun karena Jungkook yang mengajak.

Jungkook memasukkan daging kedalam mulutnya dengan cepat lalu sedetik kemudian dia menggelengkan seperti anak kecil, membuat rambutnya ikut melambai.

Jimin hanya melongo menatap Jungkook.

Dan aku tidak mengerti dengan yang satu itu.

"Tidak sama sekali, nona... ah maksudku Mi~ya.. kita bahkan belum memulai obrolan kita." Konsentrasiku terbagi dua karena melihat Jungkook yang berbicara sembari mengunyah.

"Jadi kalian benar-benar ingin mengobrol? Wah Jungkookie, bisakah aku ikut bergabung? Sepertinya akan sangat menyenangkan bisa berinteraksi langsung dengan fans tanpa ada kamera."

"Nah kau juga jadi tertarik, kan. Tentu saja boleh karena kau memang akan terus disini, aku mengundang hyung kesini memang untuk apalagi?" Tangannya mengambil sepotong mangga dengan sumpitnya.

Satu fakta yang menunjukkan kalau Jungkook itu gila makan memang benar adanya. Buktinya, ketika daging miliknya sudah habis, tangannya dengan penasaran kembali menyomot milik Jimin.

Dan Jimin hanya menanggapi itu dengan cuek, sepertinya para hyung-nya sudah terbiasa dengan sikap adik kecilnya.

"Memang untuk apa?" Tanya Jimin.

"Aku tidak ingin ada salah paham nantinya." Suaranya teredam karena tengah sibuk menyeruput Mi cup yang sempat di seduh oleh Jimin.

"Aish kukira kau murni mengajakku kesini." Jimin melempar sesuatu pada Jungkook, aku tak tahu apa itu. Mungkin kuaci?

"Tolong jangan canggung dengan kami, Mi~ya." Kata Jungkook akhirnya.

Oke baik. Sudah cukup.

Sejauh ini aku memang sudah terlampau kaku di depan mereka. Seharusnya ini menjadi momen yang menyenangkan dan harusnya aku dapat memanfaatkannya dengan semaksimal mungkin.

"Aku sangat ingin menanyakan ini pada fans kami. Dan kurasa kau bisa mewakilkan jawaban seluruh Uri Army. Kau bisa?"

Mataku mengerjap, sepertinya akan terjadi sebuah interview di sini. "Arraseo, akan kucoba, Jimin~ssi."

"Bagaimana perasaan kalian saat melihat aksi panggung kami?"

Oh soal pertama yang sangat mudah.

"Aku tidak tahu harus memulai dari mana, perasaan itu terlalu sulit di jelaskan. Tapi tentunya kami sangat-sangat bangga dan bahagia bisa melihat kalian yang begitu semangat dan panas di atas panggung." Aku memulai dengan baik. Meninggalkan rasa canggungku.

"Wow appreciate it." Ucap Jimin.

Keduanya bertepuk tangan dengan semangat. Jungkook memberikan senyum bangga sedangkan Jimin tertawa malu-malu sembari menutup mulut dengan tangannya.

Huh, rupanya seperti ini lebih menyenangkan. Aku merilekskan tubuhku senyaman mungkin di bantu dengan meminum air putih yang tersedia.

Kami telah selesai dengan acara makan malam.

"Lalu apa yang kalian lakukan untuk menghabiskan waktu libur?"

Aku menegakkan tubuhku. "Kalau aku, di pagi hari membantu eomma membersihkan rumah sambil memutar playlist Uri Bangtan menggunakan speaker dengan keras-"

"Wah apa itu tidak mengganggu tetanggamu?" Jimin memotong ucapanku, ekspresinya terkejut. Senang rasanya bisa berbagi pengalaman mengenai Bangtan pada orang yang bersangkutan langsung.

Aku tersenyum sembari menganggukkan kepala sekilas. "Aku pernah mendapat teguran. Tapi hanya sekali. Karena sepertinya mereka sudah bosan memarahiku yang tetap keras kepala terus menyalakan musik dengan keras."

"Terimakasih karena selalu mencintai lagu kami, tapi kupikir mulai besok kau harus mengecilkan volumenya karena itu mungkin dapat mengganggu yang lain."

Aku membuang napas, "Aku ingin, tapi tidak bisa. Rasanya menyenangkan mendengar musik kalian dengan keras. Aku seperti datang ke konser."

Ketika mendengar kalimatku, Jungkook langsung tersenyum memperlihatkan gigi kelincinya. Ekspresinya terlihat gemas. Apa itu di tunjukkan untukku?

Tatapannya sih mengarah kepadaku.

"Setelah membantu eomma­, apa yang kau lakukan di siang hari hingga malam?"

Jimin lagi-lagi memberiku pertanyaan, kenapa jadi Jungkook yang diam? Bukankah semua ini adalah rencananya?

Sebenarnya tak apa Jimin, aku senang, senang sekali.

Hanya saja senang itu kurang sempurna karena melihat Jungkook yang sama sekali tidak berbeda dari video V APP yang selalu kulihat irit sekali dalam berbicara ketika di sekitarnya ada orang lain yang dapat mewakilkan semua.

"Hyung apa itu tidak terlalu privasi?"

Nah akhirnya dia mau bersuara, wajahnya terlihat seperti tersinggung.

Padahal aku yang di tanya.

"Ow jinjja? Maaf maksudku semua kegiatan yang menyangkut BTS. Ah kookie kau membuatku canggung!" Jimin melayangkan pukulannya pada bahu tegap Jungkook yang tertawa tapi tak bersuara.

Ciri khasnya.

"Gwenchanna, biasanya setelah melakukan semua pekerjaan rumah, aku langsung membuka akun instagram untuk melihat foto terupdate kalian Uri Bangtan. Terkadang aku juga membaca Fanfiction." No Children. Imbuhku dalam hati. Tentu saja, mana mungkin aku jujur dalam hal memalukan seperti itu.

"Waah charanda (kerja bagus). Nona Mi~ya benar-benar mencintai kami." Aku di buat tersipu oleh perkataan Jimin.

"Sorry, tadi apa? Kau membaca apa?" Jungkook menegakkan tubuhnya yang sedari tadi menyender.

"Itu....."

"Ah chamkamman." Tangannya menginterupsiku untuk diam sejenak.

"Agar lebih seru, aku punya anggur didalam kulkas, hyung kau mau minum?" Ucapnya sembari mendekati kulkas kecil di sudut ruang.

"Whoa kau selalu ingat. Tentu saja bawakan satu untukku." Jimin menjadi antusias. Dia melompat dan merubah posisinya menjadi jongkok di atas kursi meja makan.

Anggur? Waa nan johahae. Tapi kenapa hanya Jimin yang di tawari? Hatiku menciut.

Eh tunggu sebentar, minum? Kenapa anggur di minum? Bukankah itu harusnya di kunyah? Atau jangan-jangan.....

Jungkook kembali dengan membawa tiga kaleng dengan brand yang tidak kumengerti.

Oh astaga tentu saja. Mereka akan meminum sesuatu yang beralkohol. Aku ingat! dari semua member BTS, hanya Jungkook, Jimin, dan Jin yang sangat menyukai minuman fermentasi itu.

Apa ini akan baik-baik saja? Pikiranku kembali pada suatu cerita fanfiction yang memberiku pengalaman. Seorang pria yang mabuk di dalam kamar bersama wanita, biasanya si pria akan hilang kendali dan-

"Ini hanya untukku dan Jimin~hyung saja ya, Mi~ya, karena ini tak baik untukmu." Katanya sambil membuka tutup kaleng.

Suara Jungkook membuat lamunanku buyar. Syukurlah, berkat kalimatnya dapat menghentikan pikiran wild-ku.

Aku hanya mengangguk. Mengeratkan peganganku pada tas yang berada di pangkuanku. Melihat Jungkook yang seksi ketika meminum dan airnya sedikit menetes ke rahangnya karena terlalu semangat. Astaga.

"Kalau hanya untuk berdua, kenapa kau membawanya tiga?" Tanya Jimin. Dia terlihat lebih santai dalam segala hal.

"Satunya tentu saja untukku."

"Dasar gila minum."

"Oh ya Mi~ya, jadi bagaimana dengan sesuatu yang kau baca itu?"

Dia meletakkan kalengnya, lalu menyender pada kursi dan memberikan seluruh perhatiannya padaku.

Sebelum berkata, aku menarik napas dalam samar, berusaha menenangkan pikiranku yang selalu bangkit ingin memikirkan suatu hal yang tak pantas.

"Eum seperti yang kubilang, bukan hanya aku, kebanyakan dari penggemar K-Pop suka sekali membaca fanfiction...."

"Fanfiction?" Jimin menyebutnya sambil sedikit mengeja. "Apa itu semacam cerita fans fiksi?"

Belum sempat aku mengangguk, suara Jungkook membuatku diam.

"Kita harus diam hyung. Berikan kesempatan untuknya menjelaskan."

Aku mengerjap, setelah itu buru-buru kembali menjelaskan, mengingat wajah Jungkook sudah tidak sabaran.

"Oh jadi seperti itu." Ucap keduanya kompak sembari mengangguk-anggukan kepala. Hatiku menghangat melihatnya.

"Daebak. Kalian Uri Army benar-benar memiliki kreatifitas yang tinggi. Pasti tidak mudah membuat sebuah cerita dengan banyak dialog didalamnya." Jimin melemparkan pandangannya pada Jungkook seperti meminta dukungan.

Dan Jimin mendapatkannya dengan anggukan Jungkook. "Otak kalian harus bekerja keras untuk mendapatkan sebuah ide." Lanjut sang maknae.

"Apa fanfiction itu terbagi dalam beberapa genre?"

Aku tergagap, kenapa Jungkook menanyakan soal genre? Ah baiklah aku akan memberikan jawaban yang lebih global saja.

"Tentu, banyak sekali. Ini seperti sebuah film." Aku meneguk ludah, semoga ini tidak akan berlanjut.

Jimin memiringkan kepalanya seperti kurang paham. "Apa ini sama dengan novel?"

"Ah ya betul, novel."

Jimin menganggukan kepalanya lagi.

"Kalau sama seperti novel dan film. Apa kau pernah menemukan cerita dengan genre mature?"

FINALLY.

-----