Zen saat ini sedang menuju kesuatu tempat menggunakan sepeda motor sport yang dibelinya dari tabungan yang diberikan donaturnya sebelumnya. Saat ini Zen sedang menuju kesuatu sekolah guna menyelidiki sesuatu.
"Benar ini sekolahnya Irene?" kata Zen yang berhenti diseberang jalan dari pintu masuk sekolah tersebut.
[Tidak salah lagi Kak] jawab Irene.
Zen sebenarnya datang kesini akibat sebuah main quest baru dan sebuah pesan yang dia terima sebelumnya dari seseorang yang mengurusi tentang penelitian virtual reality yang menyangkut tindak kejahatan yang dibentuk saat game Sword Art Online berlangsung.
Zen yang mendapatkan pesan tersebut langsung segera ingin menemui pria tersebut, namun Zen terlebih dahulu akan mengecek seseorang yang akan menjadi karakter utama didalam plot ini.
Zen yang saat ini masih menggunakan helmnya, masih menunggu dengan setia ditempat ini, sambil memperhatikan orang yang dicarinya keluar. Setelah beberapa lama keluarlah beberapa siswa yang menandakan bahwa pembelajaran pada sekolah hari ini sudah berakhir.
Zen lalu turun dari motornya dan melepaskan helmnya dan mencoba untuk berdiri dan mengawasi tempat tersebut lebih dekat.
Tindakan Zen ini tidak luput dari perhatian siswa – siswa disini, mereka semua penasaran siapa pria tampan yang saat ini sedang memperhatikan sekolah mereka ini. Zen yang saat ini sedang berdiri di seberang zebra cross hanya terdiam disana sambil memperhatikan orang yang sedang dicarinya tersebut.
Lalu keluarlah orang yang ditunggu Zen sedari tadi, yaitu seorang wanita berambut hitam kecokelatan pendek menggunakan syal dan jaket yang menutupi dirinya dari hawa dingin tempat ini.
Wanita itu keluar namun Zen melihatnya sekilas agar dia tidak menarik perhatian untuk menyulitkan wanita tersebut jika Zen menatapnya dengan cukup lama.
"Sinon" gumam Zen sambil tersenyum.
Wanita itu atau Sinon saat ini sudah menyebrang melalui zebra cross dan berjalan melalui Zen, Zen sendiri hanya membiarkan hal tersebut dan menunggunya berjalan menjauh baru dia mulai mengikutinya.
[Pastikan kau mengetahui rumahnya Kak] kata Irene.
"Tentu Irene, ini memang tujuanku agar plot ini cepat selesai" gumam Zen.
Setelah keberadaan Sinon menjauh, Zen lalu kembali ke motornya meninggalkan beberapa orang yang masih menatapnya ditempat itu dan mulai memakai helmnya dan mulai mengikuti langkah Sinon selanjutnya.
.
.
Sinon sendiri saat ini sedang berjalan menuju kesebuah toko untuk membeli beberapa bahan makanan untuk dirinya yang saat ini sedang tinggal sendirian dikota ini. Sinon sempat bingung tadi dikarenakan beberapa siswa berkumpul didepan gerbang sekolahnya dan memperhatikan seseorang.
Setelah Sinon melihat, ternyata orang tersebut berada diseberang jalan dari sekolahnya dan tampangnya sangat menawan, dan pantas beberapa siswa disekolahnya penasaran apa yang membuatnya menunggu disitu.
Sedang asik memilih beberapa barang, Sinon dikejutkan oleh beberapa orang yang sedang memanggil namanya. Sinon sendiri yang mendengar ini hanya menghembuskan nafasnya dan mengikuti orang yang memanggilnya tersebut.
"Ah, kebetulan sekali Asada, kami membutuhkan uang untuk pergi ke mall" kata seorang wanita yang saat ini sedang menunggu dirinya disebuah gang sempit.
Sinon yang mendengar ini hanya diam dan merenungkan nasibnya saat ini yang tidak berdaya.
"Ya, kami ingin meminjam uangmu 10.000 yen bisakah?" tanya wanita itu.
"10.000 Yen? Aku tidak mempunyai uang sebanyak itu" balas Sinon
"Yah, kalau kamu tidak ada, kamu bisa meminjamkan kami seadanya saja" kata wanita itu kembali.
Namun saat ini Sinon hanya diam dan mulai geram akan perlakuan mereka saat ini dan mulai menolak permintaan mereka.
"Maaf, aku tidak akan meminjamkan uang kepada kalian" kata Sinon.
Mereka terus berdebat dan tidak menyadari seseorang sedang mengawasi mereka dari jauh, yaitu Zen yang saat ini berada tidak jauh dari tempat itu. Zen saat ini tidak memperhatikan mereka, tetapi sedang memperhatikan seorang pria berambut cokelat gelap sedang memantau kejadian tersebut.
"Hah.. kapan dia akan pulang keapartemennya jika dia dibully sekarang" gumam Zen.
Lalu Zen mulai beranjak dari tempat tersebut menuju kearah Sinon dengan kedua tangannya berada disaku jaket hitamnya. Pria berambut cokelat yang mengawasi Sinon sedari tadi terkejut dengan kedatangan pria tersebut yang akan menuju kearah Sinon.
Saat ini Sinon mulai ketakutan akan sesuatu, wanita didepannya bersama teman – temannya mulai menggunakan trauma Sinon terhadap senjata dan mulai menakutinya, namun tiba – tiba suara orang berjalan mendekati mereka ditempat itu.
"Kalau kau mau mengancam orang, setidaknya gunakanlah senjata asli bukan gesture anehmu itu" kata seorang pria tampan yang saat ini sudah didekat mereka.
Mendengar ini ketiga wanita yang sedang memalak Sinon terkejut dan mulai melihat kearah asal suara tersebut yang berasal dari seorang pria tampan.
"Ini bukan urusanmu, pergilah dari sini!" teriak salah satu dari mereka.
Pria itu atau Zen langsung melangkah kearah wanita yang meneriakinya itu dan mendekat sambil menatap tajam kearah wanita tersebut.
"Pergilah!" kata Zen sambil menggunakan nada intimidasinya kearah mereka bertiga.
Ketiga wanita itu hanya mendecakan lidah mereka dan mulai keluar dari tempat tersebut sambil menyenggol Zen dengan kuat dan mulai menendang tempat sampah disekitar area itu. Zen tidak menghiraukan semua itu dan menuju kearah Sinon yang saat ini sedang tertunduk ketakutan didepannya.
"Apakah kamu tidak apa – apa?" tanya Zen.
Sinon yang mendengar pria suara tersebut mulai melihat asalnya, dia sangat terkejut karena pria itu merupakan pria yang dia lihat tadi diseberang jalan sekolahnya yang menjadi perhatian beberapa siswa.
"Terima kasi-" kata Sinon terpotong saat hendak mengambil tangan pria didepannya.
"Apa yang kau lakukan kepadanya?" terdengar suara seorang pria yang mencoba menghalangi Zen membantu Sinon untuk bangkit.
Mendengar ini Zen hanya menatap pria tersebut dengan tatapan bingungnya yang mencoba untuk menghalanginya membantu Sinon.
"Tidak apa – apa Shinkawa-kun, pria ini yang menolongku tadi" kata Sinon yang akhirnya bangkit sendiri dari tempat tersebut.
Pria itu masih menatap Zen dengan tatapan kebencian namun Zen hanya menghiraukan tatapan tersebut. Lalu Zen melihat jam tangannya dan menghembuskan nafasnya.
"Sepertinya aku tidak bisa mengetahui apartemennya sekarang" kata Zen didalam hatinya yang melihat waktu pertemuannya dengan pria yang mengajaknya bertemu akan dimulai.
"Baiklah kalau begitu, karena nona ini sudah tidak apa – apa, aku akan mengundurkan diri kalau begitu" kata Zen yang akan beranjak dari tempat itu.
"Tunggu!" teriak Sinon kepada Zen.
Zen sendiri hanya menoleh kearah Sinon setelah mendengar dia memanggil dirinya.
"Terima kasih"