Mendengar perkataan Silica ini, Asuna, Suguha beserta Yui langsung berdiri dan mengucapkan selamat kepada teman dan Mamanya itu, namun tidak dengan Lisbeth yang saat ini sangat kaget dengan kabar tersebut.
"APA!" teriaknya dan langsung menatap Zen dengan tatapan mematikannya.
"Ada apa Lis?" tanya Zen melihat tatapan Lisbeth kepadanya.
"Hump... Bukan apa - apa" kata Lisbeth yang memalingkan wajahnya dari Zen.
"Bagaimana kalau besok menemaniku Lis?" kata Zen selanjutnya.
Mendengar ini, senyuman muncul diwajah Lisbeth dan langsung menghadapkan pandangannya kearah Zen.
"Kita akan kemana?" tanya Lisbeth yang bersemangat.
Para wanita yang lain yang masih menyambut saudara perempuan baru mereka langsung tersenyum dengan interaksi Zen dan Lisbeth itu.
"Membantuku membuat pedang untuk gaya bertarung dua pedangku" kata Zen.
Mendengar ini senyum manis yang berada diwajah Lisbeth sebelumnya mulai menghilang digantikan dengan raut kekecewaan karena perkataan Zen yang tidak sesuai dengan ekspetasinya.
"Bagaimana Lis?" kata Zen dengan senyum yang masih terukir diwajahnya.
"Baiklah" kata Lisbeth dengan nada datarnya.
"Kalau begitu aku akan keluar duluan, karena aku ada urusan" kata Lisbeth sambil mengeluarkan menu sistemnya dan keluar dari permainan ini.
"Apa yang kaulakukan Zen?" kata Asuna.
"Apakah kau tidak akan menjadikannya wanitamu?" kata Suguha selanjutnya.
"Tentu saja, aku akan menjadikannya wanitaku selanjutnya" jawab Zen.
"Lalu, mengapa Papa malah mengajak Mama Lisbeth membuat pedang?" tanya Yui yang saat ini sudah berada didepan Papanya itu.
Zen yang mendengar ini hanya tersenyum dan mulai menepuk kepala putrinya tersebut.
"Bukankah kalian para wanita senang dengan kejutan?" kata Zen.
Mendengar ini, para wanita mulai memunculkan kembali senyuman mereka karena mengerti mahsut dari perkataan Zen tersebut.
.
.
Keesokan harinya pada sore hari, Zen sudah kembali memasuki game ini kembali dan langsung menyapa anak perempuannya yang saat ini sedang duduk dikursi yang berada diruang keluarga dan menunggu Lisbeth.
Setelah Lisbeth tiba, mereka berdua menuju wilayah dimana menjadi kenangan mereka bersama, yaitu wilayah dimana Lisbeth dan Zen mendapatkan bahan untuk senjata Zen didalam game Sword Art Online.
Tidak seperti sebelumnya, saat ini Lisbeth sudah memakai pakaian yang hangat tidak seperti dahulu saat bersama Zen. Zen mencoba mengajaknya mengobrol namun masih tetap dijawab dengan singkat oleh Lisbeth.
Sebenarnya Lisbeth ingin menanyakan beberapa hal seperti apakah Zen sudah membawa tali dan sebagainya, namun dia urungkan karena dia masih merasa kesal kepada Zen dengan apa yang dilakukannya kemarin.
Akhirnya mereka berdua tiba disebuah dataran yang dipenuhi dengan kristal. Tempat ini penuh kenangan bagi mereka berdua terutama Lisbeth karena tempat ini dimana dia mulai jatuh cinta kepada seseorang.
"Baiklah Lis, apakah kau akan ikut melawan naga itu?" tanya Zen.
"Tentu" jawab Lisbeth singkat dan dia mulai mengeluarkan senjatanya dan bersiap bersama Zen untuk melawan naga dibalik bukit kristal yang berada diseberang mereka. Melihat ini Zen hanya tersenyum karena rencananya sejauh ini berhasil.
Lalu mereka mulai maju dan akhirnya naga itu mulai menampakan dirinya kepada mereka berdua. Lisbeth akhirnya mulai menyerang naga tersebut, namun anehnya Zen tidak melawan naga itu dengan serius.
Setelah beberapa waktu, Lisbeth dan Zen akhirnya digiring oleh naga tersebut menuju sarangnya, dan setelah mereka sudah sudah sejajar dengan sarangnya, Naga itu mulai mengeluarkan serangan kuatnya dan menghempaskan Zen dan Lisbeth menuju lubang tersebut dan mulai terjatuh.
"Ahhhhhh..." teriak Lisbeth yang saat ini terjatuh bersama Zen.
Zen saat ini mulai kembali memeluk Lisbeth dan menghindari Lisbeth terjatuh secara langsung dan membuatnya mati.
Akhirnya mereka berdua sampai didasar dari sarang naga tersebut dengan masih berpelukan.
"Bukankah kejadian ini mengingatkan kita seperti dahulu Lis?" tanya Zen yang saat ini
Mendengar ini Lisbeth lalu mulai beranjak dari tubuh Zen dan mulai duduk disebelahnya. Lisbeth lalu mulai mengenang pengalamannya bersama Zen dahulu dimana dia terjatuh kedalam sarang ini dikarenakan mengawatirkan tentang roknya.
Zen sendiri saat ini hanya tersenyum melihat ekspresi Lisbeth saat ini yang mulai tersenyum. Namun setelah melihat Zen, Lisbeth kembali mengingat perilaku Zen kemarin dan mulai membuang mukanya.
"Ada apa denganmu sebenarnya Lis?" tanya Zen.
"Apakah kamu membawa tali?" tanya Lisbeth mengalihkan pertanyaan Zen sebelumnya.
"Aku membawanya, tetapi bagaimana cara kita keatas dan mengikatkannya?" tanya Zen.
Mendengar ini Lisbeth menhela nafasnya.
"Lalu apakah kau mempunyai rencana untuk naik keatas?" tanya Lisbeth.
"Tentu, tetapi besok pagi baru kita bisa keluar. Namun kau belum menjawab pertanyaanku sebelumnya Lis, ada apa denganmu? Mengapa kamu bersikap dingin kepadaku?" tanya Zen kemudian.
"Aku tidak apa – apa Zen, mungkin hanya perasaanmu" jawab Lisbeth.
Akhirnya mereka berdua hanya saling berdiam diri hingga malam mulai muncul. Zen lalu mengeluarkan sebuah lentera dan sepasang sleeping bag dan menyerahkan kepada Lisbeth.
Akhirnya mereka berdua mulai memakai sleeping bag tersebut dan berbaring didataran salju itu ditemani oleh cahaya lentera.
"Bisakah kau mengulurkan tanganmu Lis?" tanya Zen kepada Lisbeth yang saat ini berada disebelahnya.
Lisbeth yang mendengar ini hanya melakukan apa yang dikatakan Zen tanpa mengeluarkan satu katapun. Zen yang melihat tangan Lisbeth sudah keluar, akhirnya mulai mendekatkan dirinya yang berada didalam sleeping bag kearah Lisbeth dan menggenggam tangannya dan mulai menutup matanya.
Lisbeth yang merasakan tangannya digenggam oleh Zen dan mulai tertidur, akhirnya mulai melupakan sejenak perilaku pria disebelahnya itu.
"Tidak buruk" katanya sambil tersenyum dan mulai terlelap bersama Zen.
Keesokan harinya, Lisbeth mulai bangun dan melihat tangannya masih digenggam oleh Zen yang saat ini sudah bangun disebelahnya yang saat ini sedang menatapnya.
"Bagaimana cara kita keluar dari sini Zen?" tanya Lisbeth yang sudah mulai memaafkan perilaku Zen sebelumnya.
"Kita akan menunggu" kata Zen sambil tersenyum kearah Lisbeth.
Lalu mereka berdua mulai membereskan perlengkapan mereka, tiba – tiba sebuah naga yang kemarin menjebak mereka muncul dan langsung turun kedalam sarang ini. Melihat ini Zen langsung menggendong Lisbeth dan mulai mengeluarkan pedangnya.
"Tunggu Zeeennnnn" teriak Lisbeth yang melihat Zen sudah menancapkan pedangnya pada punggung naga tersebut dan mereka mulai terbang keatas. Setelah sampai dipuncak lubang ini, naga tersebut langsung menghempaskan mereka keatas langit yang luas ini.
Mereka berdua akhirnya sekarang berada diketinggian dan mulai terjatuh kebawah. Bukannya berteriak, mereka berdua hanya tersenyum sambil menikmati pemandangan dari atas langit ini.
Namun Lisbeth terkejut dengan perlakuan Zen selanjutnya. Zen meraih kedua tangannya dan mulai meneriakan sesuatu.
"Lisbeth, maukah kamu menjadi salah satu wanitaku?!" teriak Zen dengan keras agar dapat didengar oleh Lisbeth.
Lisbeth yang mendengar ini sangat amat terkejut dan tak kuasa menahan kegembiraannya dan mulai menjawab pertanyaan Zen tersebut.
"Aku mau Zen!" teriaknya, namun teriakan itu tidak bisa didengar oleh Zen karena suaranya tidak sekeras Zen sebelumnya.
"Apa?!" teriak Zen kembali.
"Aku bilang, Aku mau Zen" katanya kembali berteriak namun tetap tidak diengar oleh Zen.
Melihat bahwa perkataannya tidak didengar oleh Zen, Lisbeth langsung menarik kedua tangan Zen agar dia mendekat kepadanya dan mulai mencium Zen sebagai jawaban akan pernyataan Zen tersebut.
Akhirnya mereka berdua menikmati ciuman mereka diatas langit yang indah ini, yang menjadi saksi kedua insan yang saat ini sedang jatuh cinta sedang menerima perasaan mereka masing - masing.