webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime et bandes dessinées
Pas assez d’évaluations
275 Chs

Kabar Gembira

Pada sebuah ruangan khusus disebuah tempat yang berada dikediaman dimana Zen beserta keluarganya tinggal, saat ini dipenuhi dengan peralatan medis yang lengkap, termasuk sebuah benda seperti Medicuboid juga berada diruangan ini.

Memang ruangan ini khusus dibuat untuk seseorang yang selama ini menjadi dokter khusus pada kediaman ini. Tempat ini hanya sering dimasuki oleh seseorang wanita yaitu Aki, yang selama ini selalu merawat para saudara perempuannya.

Tiba – tiba saja, ruangan yang sunyi tersebut mulai terdengar suara pintu terbuka dan memunculkan dua orang wanita cantik memasuki tempat ini.

"Duduklah sebentar oke" kata Aki yang merupakan salah satu wanita cantik yang memasuki ruangan tersebut.

"Tetapi aku benar baik – baik saja saat ini Aki-san" kata Asuna. Wanita tersebut tahu, jika dia dibawa keruangan ini, dipastikan dia akan diperiksa oleh Aki.

"Aku tahu, tetapi aku ingin memastikan sesuatu" kata Aki.

Aki lalu membuka sebuah rak dan mengeluarkan sesuatu dari dalamnya. Lalu dia mengambil sebotol air mineral dan memberikannya kepada Asuna bersama benda yang dia ambil tadi.

"Bisakah kamu memasukan urinemu kedalam wadah itu Asuna?" kata Aki.

Asuna hendak bertanya kepada Aki, mengapa dia harus melakukan hal tersebut, namun Aki langsung membungkamnya dan menyuruhnya melakukan apa yang disuruhnya tadi. Asuna lalu meneguk air yang diberikan kepadanya, agar dapat memicu dirinya bisa mengeluarkan urinenya sesuai permintaan dari Aki.

Selang beberapalama kemudian, Asuna sudah berada disebuah toilet diruangan ini dan mulai menampung urinennya pada sebuah wadah. Setelah semuanya selesai, Asuna lalu memberikan wadah tersebut kepada Aki.

Aki mulai menerima wadah tersebut dan memasukan sebuah benda kedalamnya. Asuna yang melihat benda tersebut sempat terkejut, karena dia tahu apa sebenarnya benda yang dimasukan oleh Aki pada wadah yang menampung urinenya.

"Aki-san bukankah itu?" kata Asuna.

Namun bukannya menjawab, Aki hanya tersenyum setelah melihat sebuah tanda yang muncul pada benda tersebut. Asuna yang penasaran dengan hasilnya, juga ingin melihatnya. Namun tindakannya dihentikan oleh Aki dan menyuruhnya berbaring pada sebuah tempat tidur pada ruangan tersebut.

"Apakah aku benar – ben-" kata Asuna terpotong setelah Aki sudah menyelanya saat ini.

"Aku akan memastikannya terlebih dahulu oke" kata Aki sambil mengeluarkan sebuah benda.

Aki lalu menaikan pakaian Asuna pada bagian perutnya dan mengoleskan sesuatu, lalu dia mulai menempelkan sebuah alat yang memperlihatkan kondisi didalam perut Asuna pada sebuah layar.

Aki terus menggerakan benda tersebut, hingga menemukan apa yang dicarinya. Sebuah titik muncul pada layar yang sedang dia lihat dan membuatnya tersenyum saat ini.

"Kamu akan membuat semua orang yang berada ditempat ini sangat iri Asuna" kata Aki.

"J-Jadi apakah a-aku..." kata Asuna terbata – bata karena air mata harunya sudah turun dari mata indahnya saat ini.

Aki lalu menatap kearah wanita yang sedang diperiksanya tersebut sambil tersenyum hangat, setelah melihat wanita didepannya sudah tidak bisa berkata – kata saat ini.

"Selamat Asuna, kamu saat ini sedang hamil"

.

.

Zen saat ini sedang berlutut dihadapan beberapa wanita saat ini, dikarenakan tindakan yang dia lakukan sebelumnya. Bukan hanya Shizuku dan Kaori, Yue, Shea, Tio, Suguha, Sinon, Alice dan Rina juga berada diruangan ini.

Saat ini, mereka sedang menuntuk penjelasan mengapa Zen memasuki sebuah kamar yang berisi wanita didalamnya, terutama mereka saat itu hampir telanjang sepenuhnya.

"Master jika kamu sangat menginginkannya, mengapa kamu tidak langsung masuk kekamarku saja dan menyerangku" kata Tio saat ini.

Namun setelah dia mengucapkan hal tersebut, tiba – tiba saja dia mulai merinding karena semua wanita yang berada diruangan tersebut menatapnya dengan intens.

"Sudah kubilang, ini kesalahpahaman" kata Zen

"Jadi coba jelaskan, bagaimana caramu memasuki kamar kami Zen?" tanya Shizuku dan dibalas anggukan oleh Kaori, yang tentunya mereka berdua sudah berpakaian saat ini.

Zen lalu menjelaskan semua apa yang terjadi sebelumnya. Setelah Zen bisa merasakan beberapa tanda wanitanya, termasuk beberapa orang yang dia tidak sangka ternyata memiliki tandanya, Irene langsung mengajarkan Zen bagaimana cara menghubungkannya dengan spatial magic saat ini.

Walaupun butuh waktu yang lumayan lama untuk Zen memahaminya, tetapi akhirnya usahanya tidak sia – sia saat ini, dikarenakan dia sudah bisa melakukannya. Saat Zen hendak menguji skillnya tersebut, akhirnya Zen memutuskan untuk menteleportkan dirinya menuju Kaori.

Tentu saja, pemilihan Kaori bukan tanpa Alasan, dikarenakan dia ingin membawa Kaori untuk menuju kota Ankaji, untuk membantunya merawat penduduk kota Ankaji dan Zen akan pergi menyelesaikan labirin selanjutnya.

Namun saat skillnya aktif dan dirinya berhasil berpindah, ternyata Zen sudah berada didalam kamar yang berisi dua orang wanita yang hanya mengenakan pakaian dalam mereka saja. Zen mulai menikmati pemandangan indah tersebut, namun tindakannya itu terhenti setelah mendengar suara teriakan.

Zen dengan sigap menutup matanya, hingga saat ini dia mulai berlutut dan menejelaskan hal tadi, kepada wanita yang saat ini berkumpul didepannya yang sedang mengintrogasinya.

Kelompok Yue sendiri mengapa berada disini, karena mereka ingin mengajak Shizuku dan Kaori untuk makan malam bersama. Namun ternyata, mereka sedang melihat Zen sedang menutup matanya, dengan kedua wanita didepannya sedang setengah telanjang saat ini.

"Begitulah" kata Zen mengakhiri pembelaannya saat ini.

Semua wanita disana hanya mengangguk mendengar perkataan dari Zen, namun tidak dengan Shizuku dan Kaori. Mereka sangat tertegun setelah mendengar tentang tanda yang berada pada pundak mereka masing – masing.

"A-Apa mahsutmu dengan bukti bahwa kami menyukaimu itu Zen?" kata Shizuku.

Memang tidak dipungkiri bahwa Shizuku juga menyukai Zen. Namun untuk Kaori, Shizuku sangat terkejut mendengarnya, setelah mendapatkan fakta bahwa sahabatnya tersebut juga menyukai Zen.

Shizuku sangat mengetahui siapa sebenarnya yang disukai oleh Kaori, sampai dia rela memasuki tempat yang tidak semestinya, untuk memata – matai orang tersebut. Namun nyatanya, rasa cinta Kaori saat ini sudah berubah.

"Bisakah aku tidak menjelaskan sekarang, aku harus kembali ke Ankaji, agar mereka tidak berfikir macam – macam tentangku saat ini" kata Zen.

Memang sedari pagi, Zen tidak keluar dari kamarnya yang dia tempati di Ankaji. Zen saat ini tidak ingin menambah kecurigaan pihak kota tersebut, terlebih lagi dia sudah berjanji untuk menghadiri jamuan makan malam bersama disana.

"Lalu, apakah kamu mau membantuku Kaori?" tanya Zen.

Kaori yang masih terbawa suasana tentang kejadian tadi, akhirnya mulai bersiap untuk mengikuti Zen, dikarenakan dirinya turut prihatin dengan keadaan kota tersebut.

"Baiklah, aku akan kembali jadi sampai jumpa lagi" kata Zen langsung meraih tangan Kaori yang sudah bersiap untuk pergi dan menghilang dari sana.

Semua wanita yang berada ditempat tersebut, masih terdiam melihat kepergian Zen bersama Kaori, terutama Shizuku yang masih tidak percaya, bahwa perasaannya yang selama ini dia tutupi dengan rapat ternyata terkuak saat ini.

Namun lamunannya terhenti setelah mendengar sebuah bunyi yang khas, dan wanita yang berada disana, mulai mengeluarkan sebuah benda dari kantong pakaian mereka masing – masing.

"Bukankah itu smartphone?"