webnovel

ZEN: Didunia Fiksi

Seorang remaja pria yang meninggal karena menyelamatkan teman masa kecilnya. Remaja itu lalu ditemukan oleh sebuah cahaya dan diberikan kehidupan kedua, untuk menjelajahi dunia anime dengan system yang diberikan kepadanya. . . Perhatian: - Saya tidak memiliki karakter apapun yang ada didalam cerita ini. - Saya juga tidak memiliki gambar yang digunakan pada sampul. - Cerita ini akan beralur lambat namun kadang kadang cepat. - Saya adalah penulis baru, saya membuat novel ini hanya karena kesenangan semata dan untuk belajar. Jadi jika ada masukan, saya akan sangat amat terbuka untuk menerimanya.

AciaRhel · Anime & Comics
Not enough ratings
275 Chs

Waktu Yang Kurang Tepat

Pagi hari menyinari hari baru pada kota Ankaji, kota yang sebelumnya sangat mencekam karena bencana yang menimpa wilayah tersebut. Para penduduk dikota ini, sekarang sudah beraktifitas seperti biasa, walaupun setengah warganya masih belum sembuh dan air yang mereka gunakan belum sepenuhnya dimurnikan oleh Zen.

Seorang pria saat ini sedang berdiri dibalik jendela yang berada pada kamarnya yang dia tinggali dikota ini. Setelah Aki menyembuhkan setengah penduduk kota ini, Zen mendapatkan kabar bahwa Asuna sedang sakit, Zen akhirnya menyuruh Aki untuk kembali telebih dahulu menuju Alaska.

Sekarang Zen bukan sedang menatap pemandangan kota yang mulai sibuk saat ini. Namun Zen saat ini sedang melatih sesuatu, tentang Spatial Magic yang dia dapatkan, sesuai dengan intruksi yang diberikan oleh Irene.

[Bagaimana Kak, apakah Kakak bisa merasakannya sekarang?] tanya Irene.

Zen yang mendengar perkataan adiknya tersebut, mulai membuka matanya setelah memfokuskan sesuatu tentang merasakan tanda yang berada pada wanitanya.

"Ternyata sangat susah" kata Zen.

Saat ini Zen sedang berkonsentrasi untuk menghubungkan spatial magicnya dengan tanda para wanitanya, agar dia bisa langsung menteleportkan dirinya kesana. Namun saat ini, Zen sedang berusaha menekuni dan merasakan tanda pada para wanitanya terlebih dahulu, untuk menghubungkannya dengan spatial magic saat ini.

[Teruslah berusaha Kak, dan juga saat Kakak bisa merasakannya, Kakak tidak perlu report – report untuk melihat pundak wanita Kakak satu persatu untuk memastikannya] kata Irene.

"Baiklah, aku akan kembali berkonsentrasi" kata Zen.

Zen lalu kembali berkosentrasi untuk melatih dirinya menguasai sebuah skill yang akan berguna kedepannya saat ini.

.

.

Disebuah labirin, saat ini sebuah kelompok yang berisikan sekelompok wanita sedang melakukan pembantaian melawan monster yang berada didalam labirin ini. Suara bising tembakan dan suara tebasan memenuhi tempat tersebut, seakan mereka sedang mengamuk saat ini.

"Awas dibelakangmu Shizuku-chan" teriak Kaori saat ini

Shizuku yang mendengar peringatan sahabatnya tersebut, mulai memperhatikan tempat yang diperingatkan oleh sahabatnya itu. Dengan sigap, Shizuku menebaskan pedangnya untuk memotong monster yang mendekatinya dari belakang.

Monster yang merasakan serangan Shizuku mulai menghindar, walaupun kakinya sudah terpisah dari tubuhnya, karena tebasan yang sangat cepat dari Shizuku. Namun, sebelum Shizuku menyerang kembali monster tersebut, kepala monster tersebut sudah tertembus sesuatu.

"Sepertinya kamu sangat kesusahan saat ini Shizuku" kata Sinon sambil mengisi kembali peluru pada senjatanya.

"Aku masih bisa melakukannya sendiri Sinon-san" kata Shizuku.

"Aku tahu, tetapi aku sangat menginginkan membunuh monster tersebut" balas Sinon.

Shizuku yang mendengar perkataan Sinon tersebut hanya tersenyum kecut. Memang dirinya tanpa membunuh, yang terpenting berkontribusi maka levelnya akan bertambah. Namun wanita yang bersama Zen, seakan sangat haus untuk membunuh para monster yang mereka lawan.

Kaori lalu berjalan mendekat kearah Shizuku berada, dikarenakan monster didekat area ditempat ini sudah dibantai sepenuhnya oleh Alice, Rina dan Suguha. Memang mereka sudah kembali, namun tidak dengan Asuna yang saat ini beristirahat di Alaska.

"Kenapa kalian sangat ingin membunuh monster yang kalian lawan. Bahkan jika kuperhatikan, kalian juga sering memperebutkannya" kata Kaori.

"Ah.. tentang itu mungkin kamu akan mengetahuinya dimasa depan" kata Sinon sambil tersenyum menjawab pertanyaan dari Kaori tadi.

Kaori dan Shizuku masih penasaran dengan mahsut perkataan dari Sinon tadi, namun Yue mulai mendekat kearah mereka dan menyuruh mereka melanjutkan perjalanan mereka memasuki labirin ini semakin dalam.

Kota Horaud yang sebelumnya dipenuhi dengan hiruk pikuk orang berlalu lalang, akhirnya mulai sepi karena hari yang sudah mulai malam. Sekelompok wanita juga terlihat sedang berjalan pada jalanan kota Horaud saat ini.

Akhirnya setelah mereka tiba disebuah penginapan, dua orang dari kelompok tersebut yaitu Shizuku dan Kaori akhirnya berpisah dari yang lainnya, karena kamar penginapan mereka berbeda saat ini.

"Hah... lelahnya" kata Kaori yang mulai merebahkan dirinya pada sebuah sofa yang berada dikamar penginapannya.

"Sebaiknya kita membersihkan diri terlebih dahulu Kaori" kata Shizuku yang sudah melepaskan beberapa pakaiannya saat ini yang sudah dipenuhi debu dan bekas keringat.

Shizuku dan Kaori akhirnya berpisah dengan kelompok Yue dan kembali kekamar mereka, dan sesegera mungkin beristirahat, karena mereka tahu Yue dan lainnya akan menuntut mereka untuk berlatih dengan keras didalam labirin keesokan harinya.

Akhirnya Kaori mengikuti tindakan Shizuku yang mulai melepaskan semua atribut tempurnya hingga pakaian yang dipakainya. Sekarang mereka berdua hanya menggunakan pakaian dalam mereka yang menutupi bagian dada dan bagian pribadi mereka.

Dari kedua tubuh mulus mereka, bisa terlihat sebuah tanda yang aneh pada pundak mereka saat ini. Mereka mengira, tanda ini berada pada pundak mereka karena mereka dipanggil dan menjadi pahlawan didunia ini.

Saat hendak memasuki kamar mandi, tiba – tiba saja tanda Kaori mulai bersinar terang dan memunculkan sesuatu setelah sinar pada tandanya mulai meredup.

"KYAAAAAAAAAAAAAA" teriak kedua wanita tersebut.

Shizuku langsung melesat mengambil katananya tanpa menghiraukan keadaannya yang saat ini hanya menggunakan pakaian dalamnya, dan langsung melesat menuju seseorang yang saat ini berada dikamar mereka.

"Tunggu ini aku Zen!" kata pria tersebut yang merupakan Zen, yang saat ini sedang menutup matanya menggunakan kedua tangannya.

Zen yang sebelumnya masih berada di Ankaji dan berlatih untuk menghubungkan tanda pada wanitanya dengan sihir spatial, akhirnya mulai menemui titik terang. Zen saat ini bisa merasakan sepenuhnya semua tanda yang dimiliki oleh para wanitanya.

"Ternyata Shizuku dan Kaori mempunyai tandaku" kata Zen sambil merasakan tandanya pada kedua wanita tersebut.

[Baiklah Kak, sekarang hubungkan tanda yang bisa Kakak rasakan tersebut, dengan spatial magic agar Kakak bisa menteleportkan diri Kakak menuju mereka.] kata Irene.

Dan disinilah Zen saat ini, yang lehernya sudah menempel ujung pedang dari Shizuku. Niat awal Zen yaitu menteleportkan dirinya menuju Kaori untuk mengajaknya menuju Ankaji, untuk menggantikan tugas Aki yang sudah kembali menuju Alaska.

Namun sialnya, ternyata dia tiba diwaktu yang salah, karena Zen sempat melihat kedua wanita tersebut hanya menggunakan pakaian dalam saja saat ini.

.

.

Aki sudah tiba di Alaska saat ini, namun dia mulai menuju kearah kamar dari Asuna. Namun saat dia tiba, ternyata Asuna tidak berada dikamarnya saat ini. Aki mulai berkeliling kekediaman tersebut hingga menanyai Yuna dan Quenella, dan menemukan Asuna sedang berada kolam Ambrosia yang sudah diubah menjadi taman saat ini.

"Kamu sudah baik – baik saja Asuna?" tanya Aki.

"Aku sekarang baik – baik saja Aki-san. Tetapi tadi pagi aku merasakan tidak enak badan hingga membuatku mual" kata Asuna.

Mendengar perkataan Asuna, Aki semakin yakin dengan kecurigaannya selama ini.

"Bisakah kamu mengikutiku?"