webnovel

BAB 8 – KEMBALI KE MASA LALU

"Kamu melarangku memakan itu tapi isi lemarimu penuh dengan makanan itu" bantah Yohanna yang kini membalikkan tubuhnya berhadapan dengan Jonathan

"Aku membelinya karena kamu suka" ucap Jonathan dengan senyum

"Kamu mengatakan itu tidak baik tapi membelinya karena aku suka? Omong kosong!" kata Yohanna sinis

"Apapun itu jika kamu menyukainya aku tidak keberatan meski aku tidak menyukainya" gumam Jonathan mendekatkan bibirnya

"Aku lapar" dorong Yohanna menghindari ciuman Jonathan

"Pesan makanan saja, jangan buang-buang waktu memasak" bujuk Jonathan lalu dengan gerakan cepat langsung mencium Yohanna yang tidak sempat mengelak lagi

Setelah beberapa bulan berpacaran ini adalah ciuman pertama mereka, Jonathan dengan lembut menenangkan Yohanna yang terlihat gusar mungkin lebih tepatnya kaget karena ciuman mendadak itu.

Kegiatan mereka berdua terhenti saat mendengar suara teko air mendidih, Yohanna tampak tersipu malu dengan wajah memerah sementara Jonathan tersenyum tipis menyatukan kening mereka berdua. Sadar jika Yohanna tidak nyaman dan mengalihkan pandangannya Jonathan dengan senyum puas akhirnya memeluknya erat

"Jangan takut, aku akan melakukan apapun untukmu" ucapnya pelan, Yohanna menjadi lebih gugup saat mendengar detak jantung Jonathan yang kini tepat di telinganya

Langit sudah gelap, mereka berdua baru selesai makan malam saat ponsel Yohanna berdering.

"Ya?" jawab Yohanna sembari berjalan menjauh dari meja makan

"Kamu dimana? Kenapa belum pulang?" tanya James dari sisi telpon

"Aku baru saja selesai makan malam bersama Jonathan" jawab Yohanna jujur

"Pulanglah sebelum jam 10 malam" kata James mulai cemas akan kedekatan Yohanna dan Jonathan seletah mengetahui latar belakang keluarga Jonathan

"Aku usahakan" jawab Yohanna lalu mengakhiri sambungan telponnya

"Kamu ingin pulang?" tanya Jonathan yang sudah selesai membersihkan peralatan makan mereka

"Ya"

"Menginaplah disini" bujuk Jonathan sembari memeluk Yohanna

"Ayahku tidak suka aku tidur di luar" respon hanya segera mendorong Jonathan yang hendak menciumnya

"Aku tidak memintamu tidur di luar, tapi di dalam kamar" goda Jonathan dengan senyum

"Kamu tau maksudku" timpal Yohanna kesal "Aku akan pulang" lanjutnya melepaskan diri dari pelukan Jonathan

"Ayo kita tinggal bersama, aku benci jika harus membiarkanmu pergi seperti ini" kata Jonathan tapi tidak mendapat tanggapan dari Yohanna

"Aku akan mengantarmu" ujar Jonathan lalu mengambil kunci mobilnya

Jonathan mengantar Yohanna sampai rumahnya tapi dia tidak turun untuk mampir karena Yohanna melarangnya

"Kenapa? Ini bahkan belum jam 10 seperti perjanjian" protes Yohanna melihat Ayahnya menatapnya tajam

"Kemana kamu hari ini? Kamu bahkan tidak masuk kelas" tanya James

"Aku bersama Jonathan, bukankah tadi aku sudah mengatakannya" sahut Yohanna

"Apa yang sudah kalian berdua lakukan?" tanya James curiga

"Melakukan kegiatan yang tidak bisa aku lakukan selama ini" jelas Yohanna serius "Jangan khawatir, aku tidak akan melanggar peraturan yang sudah kita berdua sepakati, 'No Smooking, No Alcohol, No Drug dan No Free Sex´Puas??" Lanjut Yohanna lalu masuk ke dalam kamarnya

Keesokan harinya Yohanna dan James udah berada di bandara saat Ponsel Yohanna bordering, terlihat nama Jonathan di layarnya tapi sepertinya Yohanna enggan menjawab panggilan itu. Kemudian beberapa pesan masuk dari Jonathan menanyakan keberadannya karena Jonathan tidak menemukannya di kelas

"Ake pergi dengan Ayahku beberapa hari ke depan" balas Yohanna singkat lalu ponselnya kembali berdering

"Aku harus mematikan ponselku, pesawatku akan segera berangkat" kata Yohanna sebelum mendengar kata apapun dari Jonathan diujung sana

"Kapan akan kembali?" tanya Jonathan setelah beberapa saat terdiam

"Tidak akan lama" jawab Yohanna lalu terdengar suara pengumuman pesawatnya "Aku akan mematikan telepon sekarang" lanjut Yohanna memutus sambungan telponnya lalu nonaktifkan Ponselnya

Jonathan terdiam saat mendengar Negara tujuan yang akan Yohanna tuju. Lalu beranjak meninggalkan kelasnya tidak peduli pada dosen yang tengah mengajar memanggilnya dan bertanya kemana dia pergi.

Beberapa hari selama Yohanna tidak masuk kelas, Jonathan juga tidak bersemangat untuk pergi ke kampus.

Disisi lain~~~

Setelah sampai di kampung halaman Ayahnya Yohanna merasa sangat sesak, melihat jalanan yang tidak berubah banyak dia merasa seperti di tarik kembali ke masa lalu. Masa dimana dia di kekang dan di kucilkan, itu benar-benar bukan kenangan bahagia

"Kamarmu ada dilantai atas, kemasi barang-barangmu dulu lalu kita akan ke rumah utama makan malam bersama disana" kata James sedikit mengerutkan kening, putrinya tidak bersuara sama sekali sejak pesawat mendarat.

Dia sadar jika putrinya itu tidak nyaman berada disini maka dari itu dia tidak membawa Yohanna menginap di rumah utama melainkan di rumah Dinasnya dulu

"Bisakah kita pergi kesana besok? Aku lelah" ujar Yohanna pelan

"Ya.. istirahatlah" jawab James lalu meninggalkan Yohanna setelah menutup pintu kamar putrinya itu.

Tuan besar Wilson kakek Yohanna adalah orang penting, jadi pesta Ulang tahunnya pasti akan sangat mewah. Tahun lalu Yohanna tidak bisa pulang karena berbagai alasan, tapi tahun ini dia benar-benar tidak bisa menghindar.

Setelah menyapa Kakek dan Neneknya saat datang ke rumah utama pagi tadi Yohanna kini hanya duduk di taman belakang rumah kakeknya melihat beberapa orang yang tengah sibuk menata dan merias taman tersebut.

Beberapa kali dia menghela nafas sembari menatap ponselnya, dia masih belum mengaktifkan ponsel tersebut sejak dia tiba di sini.

Beberapa karangan bunga ucapan selamat kini sudah hampir memenuhi tempat itu, saat Yohanna melihat di sekelilingnya dia melihat sosok yang sangat dia kenal.

Tatapan mereka bertemu beberapa saat lalu terlihat senyum yang menggembang dari wajah tampan itu yang kini berjalan mendekatinya.

"Akhirnya kamu pulang" kata William sembari tersenyum puas

"Jangan bilang kamu merindukan aku" balas Yohanna sembari memutar matanya

"Tentu saja, bukankah kamu juga sama" timpal William

"Jangan mimpi" tungkas Yohanna sinis

"Kejam sekali, padahal kita sudah 3 tahun tidak bertemu. Bahkan kamu tidak pernah membalas email dariku" protes William kesal

"Di dunia ini ada yang namanya nomer ponsel, aplikasi chat yang mudah. Kenapa kamu kolot sekali menghubungi orang dengan menggunakan email?" ledek Yohanna dengan senyum "Aku bahkan hampir tidak pernah membuka emailku kecuali untuk mengirimkan tugas sekolah" lanjut Yohanna

"Hah… anak kecil ini sekarang menjadi sangat sombong setelah pindah ke luar negri" sahut William sembari menghela nafas panjang

"Tentu saja, aku bahkan melakukan semua hal yang pasti tidak pernah kamu duga"

"Apa itu?" tanya William penasaran

"Aku berkelahi dan ditangkap polisi" jawab Yohanna santai dan lebih tepatnya sangat bangga

"Yah… apakah itu sebuah prestasi sampai kamu membanggakannya?" respon William merasa menyesal apa yang dia ajarkan sudah di salah gunakan

"Tentu saja, seumur hidup kamu bahkan tak akan pernah bisa melakukan itu. Satu tingkat di atasmu itu sebuah prestasi yang sangat membanggakan" ujar Yohanna terseyum nakal

Mereka berdua menjadi akrab kembali dengan sangat cepat walau tidak bertemu lama, beberapa pasang mata melihat keakraban mereka dengan rasa cemburu

"Dia sudah pergi begitu lama kenapa harus kembali lagi" ucap salah satu gadis bangsawan yang sudah di ketahui oleh khalayak umum akan di jodohkan dengan William

"Ini adalah Ulang tahun Tuan besar Wilson, sudah pasti dia akan pulang akrena dia adalah cucu satu-satunya" sahut salah satu dari mereka

"Bukankah tahun-tahun sebelumnya dia tidak pulang? Kenapa dia pulang saat rencana perjodohanku dengan William hampir berhasil" keluh gadis bernama Patricia itu dengan kesal

"Aku mendengar kabar tentang rencana perjodohan putra mahkota yang ada sangkut pautnya dengan keluarga Wilson" timpal yang lainnya membuat Patricia semakin kesal

Patricia memang mengetahui kabar itu saat tidak sengaja mendengar kedua orang tuanya membicarakannya. Saat itu dia sangat kesal tapi disisi lain dia senang karena dengan begitu rencananya untuk meminta orang tuanya menjodohkan dirinya dengan William akan sangat besar kemungkinan berhasil.

"Dia sangat menyebalkan, aku berharap dia tidak pernah kembali lagi" gumam Patricia sembari menatap William yang kini terlihat bahagia dengan wajah penuh senyuman tidak berhenti menatap Yohanna yang ada di hadapannya.