webnovel

When We Were Together

Banyak yang berkata bahwa tidak ada persahabatan murni antara lelaki dan perempuan, karena salah satu dari mereka pasti akan mulai jatuh cinta. Aleta Estefania, dan Lavina Aurelia. Mereka berdua bersahabat sejak duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama sampai mereka memutuskan pergi dan melanjutkan kuliah di Univertas London. Namun kehadiran Farel dan Andra teman masa lalu mereka malah membuat persahabatan antara Aleta dan Lavina dipenuhi dengan kebohongan.

imlisarhma · Sports, voyage et activités
Pas assez d’évaluations
4 Chs

The best day ever!!

Pagi ini, seorang gadis terlihat menikmati sinar sang fajar dari balkonnya. Gadis dengan perawakan tinggi, kulit yang putih, bibirnya yang kecil dan berwarna merah muda, juga tangan cantiknya. Menawan. Ia terlihat sangat damai dengan segelas coklat hangat ditangannya. Ia meneguk segelas coklat hangat yang ia pegang dan membiarkan mentari menghangatkan tubuhnya.Sesekali matanya berkedip menyesuaikan cahaya dari sang mentari yang perlahan menampakkan dirinya ke atas langit. Ia menambah kharisma dalam dirinya dengan menjadikan hal hal sederhana menjadi terlihat sempurna.

"Aleta"

Ya. Dia, Aleta. Gadis cantik berumur 19 tahun yang berusaha mengejar mimpi, cita, dan cintanya di London, kota kelahirannya. Ia cukup pandai untuk masuk kuliah jurusan seni di London. Aleta merupakan murid yang baik, rajin, dan peduli sekitar, Aleta juga sangat menyayangi keluarga serta sahabatnya namun ia tak pandai mengekspresikan perasaannya, ia selalu terbiasa mengedepankan orang lain dibanding dirinya sendiri.

"iya, mah?" Aleta menyahut panggilan ibunya dengan suaranya yang masih terdengar serak khas seperti saat bangun tidur

"mamah mau pergi sebentar, ada sesuatu yang harus mamah beli. Sementara mmah pergi, tolong jaga Clarisa, dia lagi tidur." Jelas Sarah, ibu Aleta

Aleta mengangguk mengiyakan apa yang ibunya perintahkan.

"Yasudah mamah pergi" ucap Sarah melangkah keluar dari balkon kamar Aleta.

"iya hati-hati mah"

Karena jam telah menunjukkan pukul 06.15am, Aleta keluar dari kamarnya yang berada di lantai dua dan segera turun ke dapur untuk membuat sereal.

Setelah selesai dengan serealnya, ia pergi menuju ruang keluarga untuk sekedar bersantai menikmati harinya.

Sesampainya diruang keluarga, terlihat Rangga sepupu Aleta sedang menonton film kartun kesukaannya. Aleta pun mendudukan dirinya di sofa.

"Lo kapan dateng ga?"

"Barusan. Kak, malem ini gue nginep dirumah lo ya. rumah gue kosong bokap nyokap lembur kerja, males gue sendirian dirumah." Jelas Rangga to the point

"iyaa lo boleh tidur disini, tapi kamar tamu bersihin sendiri"

"siap!" Jawab Rangga tegas lalu kembali fokus pada kartunnya "Oh iya, Kak , hari ini kakak ngga ada rencana keluar gitu sama teman kakak?" Tanya Rangga membuyarkan fokus Aleta pada Kartunnya.

"Ngga, kakak ngga ada mood buat keluar" jawab Aleta sambil menyendok serealnya

"Emangnya kakak ga pergi jalan sama Kak Andra?"

Mendengar nama Andra, Aleta menghentikan aktifitasnya dan menghembuskan nafas kasar.

"huftt..."

"Kakak udah putus sama Kak Andra." jawab Aleta berusaha setenang mungkin

Rangga terlihat frustasi mendengar jawaban kakaknya.

"eh? Yaudah deh kak, Rangga mau mandi dulu" Sahut Rangga lalu pergi ke kamarnya

Aleta tersenyum miris mendengar kembali nama Andra disebutkan. Andra adalah kekasih Aleta sebelum Andra memutuskan Aleta sehari sebelum anniv mereka ke-4 tahun. Aleta tidak menolak atau memohon untuk mereka tetap bersama, ia hanya mencoba menerima apapun keputusan dalam hidupnya. Karena tidak ada kepergian yang menyenangkan, jadi Aleta hanya berusaha untuk mengikhlaskan segala perasaannya. Aleta yakin akan ada yang lebih baik yang akan dikirim Tuhan untuknya.

Beberapa saat kemudian, Handphone Aleta berbunyi. Dilihatnya nama 'Lavina' di layar handphone nya.

Lavina adalah sahabat Aleta dari semenjak duduk di bangku Sekolah menengah pertama di Indonesia. Mendengar Aleta pindah untuk tinggal di London membuat Lavina memutuskan melanjutkan kuliahnya juga di london dan tinggal bersama keluarganya disana sampai pendidikannya selesai.

Tanpa banyak berpikir Aleta menggeser tombol Answer di layar handphonenya.

"Halo, lav?"

"Halo al. Lo, hari ini sibuk ngga?"

"Mm..ngga ko, kenapa emang?"

"Yaudah Lo siap siap gih, temenin gue beli hadiah buat cowok gue"

"Loh, tapi kan cowok lo bukannya kemarin baru ulang tahun, ya? dan lo juga udh bawain hadiah buat dia"

"Udah, gausah banyak tanya, mendingan sekarang lo siap siap, gue bakal jemput lo 20menit lagi,ok?"

"iya, iyaudah gue siap siap dulu"

"Sip, see you dirumah lo" Lavina memutuskan panggilannya

Dengan langkah malas, Aleta akhirnya pergi menuju kamarnya dan bersiap siap untuk keluar menemani Lavina.

20 menit kemudian, benar saja Lavina datang. Ia memang selalu tepat waktu untuk urusan pergi dan jalan jalan.

"Hi Al" sapa Lavina melewati Aleta

"Lo ganti parfum lagi, lav? wanginya kuat banget gila" tanya Aleta yang masih menyesuaikan indra penciumannya dengan parfum Lavina

"Lama kelamaan juga wanginya tenangin ko, lo cuma belum terbiasa sama wanginya. oh iya tante kemana?" Tanya Lavina yang berjalan menuju dapur

"Ibu lagi pergi keluar, sebentar lagi juga balik" jawab Aleta mengikuti pergerakan Lavina di dapurnya

Lavina hanya mengangguk mendengar jawaban Aleta sambil memotong apel menjadi beberapa bagian untuk ia makan.

"Yaelah Lav Lav.. gue udah rapih begini juga, malah asik nontonin lo makan. Lo kesini tuu mau minta gue anterin lo, apa cuma mau berantakin dapur gue sih?" Tanya Aleta kesal

"eh? hehe iyadeh sorry, abisnya gue buru buru tadi jadi gasempet makan" jawab Lavina cengengesan sambil memasukkan potongan apel ke mulutnya.

"Yaudah cepet gih" ajak Aleta

"iyaiya ini tanggung ko" jawab Lavina masih berusaha memakan apelnya

"Yaampun Lav.. bawa aja dah apelnya."

"oke deh, makasih sayang hehe" ucap Lavina cengengesan sambil membawa 2 apel untuk ia makan diperjalanan

Lavina segera bangkit dari meja makan dan keluar menuju mobilnya yang terparkir dihalaman rumah Aleta.

"Rangga?" Aleta perlahan membuka pintu kamar tamu

"iya kak, kenapa?"

"kakak mau pergi sebentar, jagain Clarisa ya, bentar lagi mamah pulang"

"iyaa" jawab Rangga

Aleta melangkahkan kakinya keluar rumah. Di halaman rumahnya ia melihat ibunya sedang mengobrol bersama Lavina.

"tuh Aleta, Kamu mau pergi, ya?" tanya Sarah

"Iya, mah. Aleta mau nemenin Lavina pergi keluar sebentar" jawab Aleta sambil mencium tangan ibunya

"Lavina juga, tante" Ucap Lavina bersalaman dengan Sarah

"Yasudah hati hati yaa, mamah masuk kedalam dulu" ucap Sarah lalu berjalan masuk ke rumah

"Yuk, Al" ajak Lavina

Mereka pun akhirnya pergi menuju salah satu mall di London. Setelah sampai, Lavina langsung mengajak Aleta untuk menemaninya sarapan, lalu berkeliling mencari hadiah yang pas.

Hampir 1 jam semenjak Lavina hanya memilih, memilih, dan memilih aksesoris namun tak kunjung selesai. Aleta yang bosan akhirnya berjalan jalan mengitari toko aksesoris yang mereka masuki. Lalu Aleta melihat komidi putar kuda yang cantik dengan warna gold yang memberi kesan mewah, matanya berbinar menandakan Aleta menyukainya.

"Al, menurut lo cocokan yang mana? ini atau yang ini?" tanya Lavina menunjukkan anting anting kecil yang lucu berbentuk bulan sabit dan kupu kupu.

"hm?" gumam Aleta

"Dua duanya bagus, kan? Kalau gitu gue beli dua duanya aja, gimana?" seru Lavina antusias

Aleta mengangguk, Lavina memang sosok yang pemilih apalagi menyangkut accesoris kecantikan untuk koleksinya namun pilihannya selalu berakhir dengan membeli semua yang ia rasa bagus dan tipenya.

"Oke, gue selesai, gue bayar dulu. lo tunggu gue diluar ya"

"iya buru" jawab aleta lalu berjalan keluar toko aksesoris

Lavina mengangguk. Setelah melihat Aleta keluar, ia melihat komidi putar kuda yang sempat Aleta pegang.

"Excuse me, I want this one, Please wrap it up beautifully for my best friend's birthday" pinta Lavina ramah pada pelayan toko

"Yes,miss" jawab pelayan toko

Lavina pun menuju kasir untuk membayar barang belanjaannya dan sekaligus memilih kotak hadiah yang cantik untuk hadiah yang ia beli.

•••••

setelah hampir seharian berbelanja, Lavina memutuskan untuk makan malam. mereka menuju salah satu restoran di London yang cukup mewah dengan desain eropa style.

sesampainya mereka ditempat parkiran. Lavina melarang Aleta masuk. ia beralasan ingin memesan tempat terlebih dahulu. Aleta pun menurutinya. Aleta duduk dimobil sedangkan Lavina sudah berjalan memasuki pintu restoran.

"excuse me"

"yes?

" I want to ask where is the table reserved on behalf of Aleta Estefania?"

"the table on behalf of Aleta Estefania is in the VIP section, let me take you." ajak staff restoran tersebut ramah

"yes, please" Lavina dengan diantar staff restoran, berjalan menuju meja yang telah dipesan atas nama Aleta.

"here miss" ucap pelayan tersebut membukakan pintu ruang vip

"Thank you" jawab Lavina pada staff restoran

pelayan tersebut ternsenyum ramah, "you're welcome" pelayan tersebut meninggalkan ruang VIP

Lavina menutup pintunya, ia tersenyum melihat mejanya penuh tanpa kursi kosong yang tersedia.

"Ekhem!" seru Lavina

•••••

"Aleta, bangun al" seru Lavina mencoba membangunkan Aleta yang tertidur di mobilnya.

Aleta mengerjapkan matanya berkali kali, mencoba menyesuaikan pandangannya yang masih kabur "Lo lama banget sii, ngantuk duluan gue jadinya" kesal Aleta

"iya sorry, Gue nungguin reservasi meja tadi, penuh banget soalnya di dalam"

"terus udah belum? ngantuk berat ini"

"udah elah, berisik lu. Cepet keluar" ajak Lavina

Lavina menuntun Aleta masuk kedalam karena Aleta masih mencoba menyesuaikan tubuhnya untuk bergerak. Jam menunjukkan pukul 23.40, Lavina mendudukan Aleta di meja yang telah sempat ia pesan sebelumnya. Mereka memesan beberapa makanan dan dessert untuk mengisi perut mereka. Hingga jam menunjukkan pukul 00.00.

"SURPRISE!!"

Suara itu berasal dari belakang meja Aleta. Aleta berbalik dan menemukan keluarganya dan orangtua Lavina membawa kue ulang tahun dengan lilin yang menunjukkan angka 20, dan Aleta baru menyadari bahwa hari itu adalah hari ulang tahunnya yang ke-20 tahun.

"HAPPY BIRTHDAY ALETAA!!" Seru mereka bersama

Aleta tertegun ditempat, ia tidak menyangka bahwa malam yang ia kira sepenuhnya membosankan dan melelahkan akan menjadi malam yang sangat berharga. Aleta berusaha menahan air matanya, di momen bahagia ini, ia tidak mau matanya terlihat menghitam karena menangis.

"Make a wish dulu dong" ucap Lavina semangat

Aleta menyatukan kedua tangannya, berharap untuk keluarga dan sahabatnya agar selalu bahagia, dan berharap agar dirinya bisa menyelesaikan kuliah dengan cepat dan segera pulang ke indonesia untuk bertemu sahabat sahabatnya disana serta bisa mengikhlaskan segenap perasaan yang selalu ia coba lepaskan. ia meniup lilinnya dengan perasaan bahagia.

"Happy birthday ya sayang" ucap sarah dan julian "semoga semua impian kamu tercapai dan selalu bahagia" kecup Sarah pada Aleta

Tanpa seizin Aleta, air matanya berlinang membasahi kedua pipinya. ia memeluk kedua orangtuanya dengan erat.

"Makasih mah, pah karena selalu percaya mimpi mimpi Aleta. Aleta sayang kalian"

"Papah sama mamah juga sayang kamu, nak" ucap julian sembari menepuk nepuk pundak Aleta agar berhenti menangis "Happy birthday ya sayang" julian mengecup puncak kepala Aleta lalu melepaskan pelukannya.

"Selamat bertambah dewasa kakak ku yang makin tua!!" seru Rangga berjalan memeluk Aleta

"Adik kurang hajar lu" jawab Aleta membalas pelukan Rangga

"hehe" jawabnya cengengesan

"oh iya kak gue ada kejutan loh buat lo"

"apaan? kejutan lo mah gada bagus bagusnya" jawab Aleta me

"makanya lo liat dulu nih. Kejutan!! masuk." seru Rangga

"Apaan sih lo, berisik" protes Aleta

"Liat belakang lo" Aleta pun memutarkan badannya "ta daa!!"

"HAPPY BIRTHDAY ALETA!!"

"Kalian?!" Seru Aleta, ia kembali menahan tangisnya, rasa rindu membuat Aleta langsung berlari menghampiri sahabat sahabatnya yang berjalan membawakan cheesecake kesukaan Aleta.

"eh eh eh, kok nangis sih Al.."

"kalian dateng kesini?" tanya Aleta yang mulai memunculkan senyumannya

"yaiyalaa dateng dong, masa hari terbaik sahabat gue, gue males malesan dirumah" jawab Zea.

"Nah bener tuu, si zea sebelum berangkat pun nyuci baju dulu Al, maklum pemilik laundry depan komplek" timpal Dhita.

"lo tuh ya, ngga disana ngga disini kerjaannya bikin gua emosi mulu, astaga" kesal Zea menuding Dhita yang cekikikan disampingnya.

Zea dan Dhita memang seperti tikus dan kucing. tidak bisa damai barang sehari. namun percayalah walaupun mereka terlihat ceplas ceplos dan sering adu mulut, tapi mereka saling menyayangi dan menjaga. apalagi zea, ia memiliki sifat keibuan yang membuat Aleta nyaman berada di dekatnya. sedangkan Dhita ia tipe orang yang optimis dan tidak gampang menyerah, dan hal itu membuat Aleta mendapat energi positif jika berada di dekat Dhita.

"kalian memang ngga pernah berubah ya" seru Aleta dengan matanya yang berkaca kaca

"oh iya, makasih banyak udah jauh jauh datang kesini" balas Aleta tersenyum sambil menghapus air mata yg mememuhi pelupuk matanya

"iyadong, sama sama Ale.." ucap Davina. Davina sendiri menjadi sosok yang selalu Aleta andalkan. Setiap kali Aleta memiliki masalah, Aleta selalu berusaha untuk menceritakan semuanya pada Davina terlebih dahulu sebelum bercerita pada sahabat sahabatnya. Davina merupakan sosok perempuan yang ceria dan positif, ia juga pintar dan selalu menyayangi Aleta dan sahabat sahabatnya. Bisa dikatakan Davina adalah cerminan diri Aleta.

"Permisi, kangen kangenannya dipause dulu boleh? sekarang tiup dulu dong lilinnya, sebelum menyatu sama kuenya" timpal Bella.

Bella termasuk sahabat Aleta yang paling sederhana juga, tidak banyak basa basi dan selalu memikirkan kepentingan sahabatnya dibanding dirinya sendiri. Tapi terkadang sikap kekanak kanakannya juga bisa membuat dia dalam masalah. namun hal itu tidak membuat hubungan Bella dan yang lainnya memburuk, justru disamping sikapnya yang masih belum bisa mengontrol diri ia juga perempuan yang kuat dan sangat melindungi sahabat sahabatnya.

"eitss sebelum ditiup, make a wish dulu dong" saran Dhita

"laksanakan!" seru Aleta, ia kembali menyatukan tangannya dan berharap yang terbaik untuk dirinya, keluarganya dan para sahabatnya.

Saat Aleta hendak meniup lilin yang Dhita bawa. tiba tiba seseorang menghentikannya.

"tunggu!!" ucap seseorang itu, ia berlari dengan paper bag berukuran lumayan besar ditangan kanannya "huftt... tunggu" ucapnya memghembuskan nafas kasar

"Happy.. huh... birthday.. , my bestie" walaupun nafasnya belum teratur, ia berusaha mengatakannya dengan sangat jelas.

Aleta menggelengkan kepalanya lalu tersenyum, terlampau bahagia untuk ia definiskan dengan kata kata. karena Aleta sangat yakin Thania pasti dan selalu berusaha keras memberikan yang terbaik untuk Aleta, hingga dia berlari untuk sekedar mengucapkan selamat ulang tahun.

"Ta..Nafas dulu yang teratur, nih minum" ucap aleta tereenyum seraya memberi segelas air putih

Thania merupakan sahabat Aleta dan sekaligus sepupu Dhita. ia sangat baik, dan humoris. sifat sikapnya juga hampir sama seperti Dhita, hanya saja Thania lebih periang dan tidak suka berlarut dalam kesedihan, makanya Aleta selalu termotivasi untuk tidak berlarut dalam kesedihan juga seperti yang selalu Thania lakukan saat menghadapi masalah. karena masalah itulah yang akan mendewasakan kita dan menjadikan pelajaran untuk kita agar kita tidak mengulang kesalahan yang sama dalam hidup.

"Thanks Al, oh iya sekali lagi happy birthday yaa, ini ada hadiah kecil buat lo" ucap Thania seraya memberikan paper bag yang lumayan berat setelah Aleta terima

"aduh..kecil? ini lumayan berat loh" keluh Aleta "apa ini Ta? boleh gue buka?" tanya Aleta

"boleh lah, itu milik lo"

Aleta membuka hadiah yang Thania berikan. karena memakai box yang sudah dilapisi kertas kado Aleta jadi tidak kesulitan saat membukanya.

"wahh... Coffee maker!" Seru Aleta dengan matanya yang membesar. Coffee maker memang impian Aleta sedari dulu karena Aleta bermimpi memiliki kedai kopi. Namun karena ia tidak punya kesempatan dan waktu untuk sekedar belajar tentang cara membuat kopi, jadi Aleta hanya terus bermimpi memiliki sebuah coffee maker untuk ia pelajari sendiri dirumahnya.

"wah, makasih banyak loh, padahal kalian dateng kesini juga udah hadiah paling istimewa buat gue"

"ah lo bisa aja, al. muehehe" timpal Zea bercanda

"kita tau lo emang mau banget punya coffee maker untuk modal lo buka kedai kopi, jadi kita semua beliin ini buat lo" jelas Thania

"Lo suka, kan? soalnya mesin ini Dhita yang pilih, lo tau kan dhita ga terlalu suka kopi dan ga tertarik sama kopi, ga kek lo sama Davina yang selalu stok" tanya Thania

"Suka banget, makasih loh kalian udh ngasih ini buat gue, makasih juga Dhit udah pilihin ini buat gue. Gue suka banget, sumpah deh" jawab Aleta bersemangat

"iya.. sama sama kok" jawab Dhita

"Bagus deh kalo lo suka" ucap Thania sambil tersenyum bangga

Zea dan yang lain menanggapinya dengan senyuman juga. ah, intinya sepanjang acara mereka terlihat bahagia dengan keadaan dan suasana yang ada di hari ulang tahun Aleta.

"Yasudah sekarang tiup lilinnya dulu aleta, sebelum habis lilinnya. semuanya ayo" ajak Sarah ramah

Aleta pun meniup lilinnya dengan harapan harapan yang baik ntuk keluarga, dan para sahabatnya.

"YEAYYY!!" semuanya bersorak dan bertepuk tangan. tidak disangka Aleta sudah menginjak usia 20tahun. Apalagi melihat fakta diantara para sahabatnya, Aleta adalah yang paling muda. karena selain gadis remaja yang sederhana yang sangat menyukai ayam goreng dan keju, Aleta juga seorang anak untuk keluarganya dan seorang adik untuk para sahabatnya karena terkadang ia bersikap dewasa dan dingin dan terkadang ia manja dan sangat menggemaskan. Dan alasan itulah mengapa Aleta selalu dikelilingi dan disayang oleh keluarga dan sahabatnya.

"Terimakasih banyak semuanya, mamah papah, tante, om, kalian semua juga, makasih banyak. Hari ini adalah hari terbaik dalam hidup Aleta dan ini semua terjadi berkat kalian" ucap Aleta yang sudah mulai berkaca kaca

"Iya al, semua kita lakuin karena kita sayang lo. so, selalu jadi Aleta Estefanianya tante sarah om julian, dan Aleta Estefania sahabat kita, ok?" seru Lavina yang dibalas 'ok' oleh sahabat sahabatnya.

"OK!! Hehehe"

Aleta pun memeluk para sahabatnya dalam dekapannya. ia sudah sangat merindukan mereka. tak apa jika ia hanya beda perumahan dengan para sahabatnya, namun Aleta dan Lavina, mereka bahkan tidak bisa selalu berkomunikasi setiap saat dengan para sahabatnya karena kendala jarak dan tugas yang tak bisa mereka tinggalkan untuk sekedar pulang dan berkunjung barang sebentar saja ke negara asalnya, tempat dimana sahabat sahabatnya berada. Tapi, walaupun mereka terpisah oleh jarak, namun hubungan mereka lebih kuat dari sekedar persahabatan. Karena hubungan mereka sudah seperti keluarga.

Malam itupun menjadi malam terbaik untuk Aleta. Malam itu dilanjutkan dengan makan malam bersama. ah, lebih tepatnya sarapan dini hari. mereka tidak peduli lagi tentang berat badan ataupun diet yang sedang dilakukan. demi Aleta, bahkan mereka semua bisa melakukan apapun agar ia selalu bahagia. walaupun berat badan mereka akan naik karena harus memakan cake, cemilan, dan hidangan lainnya.