webnovel

Untungnya Aku Bertemu Kamu

Cheng Xi, seorang psikiater baik berhati emas, yang akan melakukan apa saja untuk pasiennya. Lu Chenzhou seorang pengusaha yang dingin yang menolak perawatan karena kelainan emosinya. Ini adalah kisah tentang kebekuan hati seorang pria dan tekad seorang wanita untuk mencairkannya.

Baby_Crisan · Romance
Pas assez d’évaluations
204 Chs

Mengapa Kamu Tidak Menjadi Pacarku?

Mengetahui pesan itu telah terkirim, Cheng Xi membenturkan kepalanya ke meja.

Pelayan dengan hati-hati bertanya, "Anda baik-baik saja nona?"

"Ya," dia menjawab terbata-bata. Mengharapkan hal yang tidak mungkin, dia bertanya, "Apakah ada cara agar pesan itu tidak sampai ke Tuan Lu?"

"Tidak mungkin." Pelayan itu membusungkan dadanya dengan bangga. "Sistem pengiriman uang kami sangat canggih dan aman. Kami belum pernah menemukan masalah sebelumnya."

Memang, pengiriman uang itu sangat cepat, dan Lu Chenzhou menerima pemberitahuan segera setelah dikirim. Pada saat itu, ketiga pria itu sedang mendiskusikan apakah Cheng Xi menipu mereka atau tidak, dua temannya mencibir Lu Chenzhou karena membiarkannya terdampar di klub.

Pesan transfer dana itu dalam bentuk pesan suara, jadi ketiga pria itu mendengar pemberitahuan setelah ia mengetuknya. "Tuan Lu, pukul 1:48 pagi. anda dibayar biaya pelacuran. Silakan cek saldo akun anda."

Suasana di dalam mobil menjadi sunyi. Xu Po yang sedang nyetir di kursi depan, ikut mendengar pemberitahuan itu, Lu Chenzhou segera mengurangi volume ponselnya. Sementara si Botak tercengang. "Apa, apa, apa aku salah mendengar? Pembayaran apa yang kamu terima Bos?"

Lu Chenzhou juga tidak terlalu jelas mendengar isi pesan itu—lebih tepatnya, ia tidak mempercayai apa yang didengarnya, sekali lagi ia mendengar rekaman itu. Kali ini, suasana di dalam sangat sunyi, sehingga mereka semua mendengar frase "biaya pelacuran" sangan keras dan jelas.

Lu Chenzhou tidak bereaksi, tetapi dua orang lainnya terbahak-bahak. Si Botak merebut ponselnya dan mulai bertanya, "Siapa ini dan berapa banyak uangnya?" Saat melihat jumlah uangnya, ia tersedak. "Sialan, jumlahnya sangat besar. Kamu melakukanya cukup baik Bos! Apakah ini hanya untuk satu malam?"

Xu Po mulai tertawa kencang, sehingga ia harus menepi dan berhenti di pinggir jalan. Ia melihat ke kursi belakang dan bertanya, "Siapa yang berani mengatakan Tuan Lu kita sebagai seorang pelacur? Mari kita lihat dan beri hormat padanya!"

Si Botak menyingkirkan tangan Lu Chenzhou hingga dapat melihat layar ponsel Lu, dan akhirnya berhasil setelah sempat dihalangi Lu. "Nona Cheng, Nona Cheng yang mana?"

Walau telah bermain mahyong sepanjang malam bersama Cheng Xi, ia masih belum tau nama wanita itu.

Disisi lain, Xu Po memujinya, "Sialan, karakternya sangat kuat!"

"Kamu menyukainya?" L u Chenzhou mengangkat kepalanya, air muka nya masih tetap dingin, tetapi suaranya menyeramkan. "Haruskah aku mengenalkannya padamu?"

Sepanjang malam, Xu Po telah melihatnya melindungi Cheng Xi dan membantu menyelesaikan masalahnya.

Xu Po tersenyum dingin. Jika Lu Chenzhou mencari seseorang, bagaimana bisa ia menang melawan pria itu? "Terima kasih untuk tawarannya," jawabnya. "Tetapi aku pilih untuk memperhatikan saja saat ini!"

Cheng Xi membiarkan salah satu sopir klub untuk mengantarnya pulang. Karena ini akhir minggu, dia harus mengunjungi orang tuanya. Namun, sudah larut malam dan rumah mereka sangat jauh, saat sampai, hari telah menjelang pagi,dan orang tuanya sedang bersiap-siap membuka restoran. Mereka pasti akan sangat marah melihatnya pulang terlambat. Sebagai gantinya, ia memilih untuk pulang ke rumahnya sendiri.

Apartemen yang ditempati Cheng Xi sangat dekat dengan rumah sakit. Dibeli orang tuanya saat ia lulus sekolah. Saat memperoleh gelar PhDnya, kakak kembarnya Cheng Yang, memiliki sedikit uang untuk membantunya merenovasi.

Dekorasi apartemennya agak aneh, perpaduan gaya Timur dan barat, pengerjaannya sangat teliti dan tempat yang sangat nyaman untuk tinggal.

Dia merasa sangat lelah dan segera tertidur setelah mandi. Hari berikutnya, saat dia bangun, dia melihat pesan dari Lu Chenzhou. "Aku telah menerima pembayaran pelacurannya."

Untuk beberapa alasan, Cheng Xi merasa telah mengganggu seekor srigala. Dia memutuskan untuk segera menelpon balik pria itu. Dengan nada yang tulus dia berkata, "Aku minta maaf. Aku tidak bermaksud untuk mempermalukanmu. Jika itu membuatmu tidak nyaman, aku minta maaf."

Sejujurnya, dia sendiri tidak tahu mengapa mengucapkan kata-kata itu tadi malam; terlalu kasar baginya.

Lu Chenzhou terdiam sesaat, lalu bertanya, "Bagaimana kamu bisa menang sebanyak itu tadi malam?"

Cheng Xi sangat menghargai kejujuran, "Pamanku dulu menggunakan trik dalam permainan mahyong. Saat aku kecil, aku mempelajari beberapa trik darinya."

Lu Chenzhou tertawa datar. Kemudia ia berkata, "Mengapa kamu tidak menjadi kekasihku?"

"Apa?" Cheng Xi menatap kosong ke dinding di depannya.

"Ini, jika kamu kasihan padaku."

Cheng Xi langsung memahami makna dari kata-kata pria itu. "Jika kasihan padaku, jadilah kekasihku."

Apakah pria itu baru saja mengatakan lelucon padanya? Cheng Xi tidak tahu dia harus tertawa atau menangis. Dia menjawab, "Tapi aku berpikir kita berteman saja. Itu pun jika kamu bersedia."

Lu Chenzou tidak memberi tanggapan. Sebaliknya, ia justru menutup telepon.

Cheng Xi merasa bingung, hanya memegangi teleponnya. Dia merasa bahwa Lu Chenzhou tidak akan menjadi pasien yang mudah diobati. Hal ini akan berakhir tanpa hasil, dan justru timbul masalah bagi dirinya.