webnovel

TWIN’S PET

The Twins’ Pet (HIATUS) G: Fantasi Dark Romance. Dilarang mengcopy paste tulisan ini dalam bentuk apa pun!!! Tindakan plagiatan akan saya proses secara hukum. SINOPSIS: ========== Vol 1. Crescent Moon Perasaan yang dalam. Ikatan yang kuat. Cinta yang manis. Pengorbanan yang tulus. Membuat ketiganya bisa mengatasi tiap rintangan dalam kehidupan yang tidak masuk diakal ini. Saat gairah cinta yang menggebu melilit penuh harmoni bersamaan dengan nafsu yang membuncah. Kekuatan itu hadir, memenuhi jiwa, memenuhi tiap-tiap pembuluh darah dengan ledakkan adrenalin. “My soul will rise in your embrance,” ucap Sadewa saat memandang iris mata Liffi dengan penuh hasrat. “Sadewa,” lirih Liffi. “For I’m yours, and you’re mine!!” bisik Nakula penuh gairah, desah napas terasa hangat pada daun telinga Liffi. “Nakula,” desah Liffi. Black and White. Fresia and Hibicus Musk and Vanilla Fresh and Sweet “Mana yang kau pilih, Liffi?” Ikatan cinta yang kuat membuat Liffi enggan untuk memilih salah satu di antara keduanya. Lantas siapakah yang Liffi pilih? Nakula yang garang, liar, dan penuh kekuatan? Atau ... Sadewa yang pintar, dingin, dan penuh wibawa? Hanya sebuah kisah cinta biasa, namun bisa membuatmu merasa luar biasa.—BELLEAME. This cover novel is not mine. If the artist want to remove it, please DM, I’ll remove it. Terima kasih. Selamat membaca, Belle Ame.

BELLEAME · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
389 Chs

MISSCARRIAGE

Aku mencintaimu Liffi, bahkan lebih dari diriku sendiri. Aku mencintaimu sampai hampir gila! Aku mencintaimu dengan seluruh jiwaku karena kau adalah mateku. Kumohon kembalilah kepadaku! Jangan memilih Sadewa, Liffi. Pilihlah aku. Nakula ingin kata-kata yang terngiang dalam benaknya itu tersurat lewah bibirnya. Namun lidahnya seakan kelu, justru sebuah umpatan kasar dan cacian yang keluar dari bibir Nakula.

"Sialan!! Sialan!! Ini tidak adil! Tidak! Aku tak akan memberikanmu pada Sadewa!" Nakula menggebrak setir mobil begitu sampai di basement apartemennya. Liffi memucat ketakutan. Ia merasa dadanya sesak melihat Nakula tersiksa. Tapi Liffi juga masih merasa sakit karena pengkhianatan Nakula.

"Itulah kenyataannya, Naku. Aku tak bisa merubahmu, aku bahkan pingsan tiap kali kau membutuhkanku." Liffi menangis, berat rasanya memberikan penolakkan pada Nakula, namun itulah yang harus ia lakukan.

"Tidak!! Aku tak akan melepaskanmu!! Kau milikku. Pet atau Mate aku tak peduli!! Kau milikku!!" Nakula menyeret Liffi masuk ke dalam lift, Liffi tak lagi meronta. Tubuhnya lemas karena rasa takut dan juga kesedihan.

"Naku, kumohon kendalikan amarahmu. Semua sudah ditakdirkan seperti ini, Naku. Aku adalah mate Sadewa, bukan matemu." Liffi mengiba saat Nakula menyeretnya kasar masuk ke dalam penthouse.

"CUKUP!! Jangan ungkit tentang Sadewa lagi!! Aku muak mendengar namanya terlontar dari bibirmu." Nakula melepaskan pakaian serba hitamnya yang basah karena hujan. Tubuh atletisnya terlihat mengkilat lembab.

"Kau mau apa, Naku?!" Liffi mundur beberapa langkah sampai mentok pada pintu. Dengan cepat Liffi berbalik badan, mencoba untuk keluar dari apartemen Nakula. Ia tak mau menjadi pelampiasan akan nafsu Nakula yang dipenuhi oleh amarah.

"Kemari!! Jangan buat aku mengulanginya!" Nakula tak membiarkan Liffi kabur darinya. Pikirannya tak lagi lurus, amarah membuatnya semakin tersesat.

"Lepas!!" Liffi memberontak saat Nakula melucuti pakaian dari tubuh mungilnya. Gadis itu memukul-mukul dada Nakula. Namun tak ada perubahan berarti, Nakula tetap merobek paksa semua pakaiannya.

"Fresia!! Bau mateku!! Kau mateku!!" Nakula mengecup tengkuk Liffi, menyesapnya dalam-dalam. Rasa panas menyeruak, menimbulkan noda kiss mark pada putihnya kulit Liffi.

"Naku!! Kau jahat!!" Liffi menangis terisak-isak, ia tak pernah menyangkan Nakula akan berbuat sejahat ini kepadanya. Memaksakan kehendaknya atas tubuh indah Liffi.

Dalam satu sentakan kasar Nakula menghujam masuk ke dalam tubuh Liffi. Tanpa pemanasan, tanpa cumbuan, tanpa sentuhan terlebih dahulu. Menimbulkan rasa sakit yang teramat sangat pada bagian kewanitaan Liffi.

"Sakit, Naku!! Sakit!!" Liffi mencakar pundak Nakula, pria itu tak peduli, ia menaikan Liffi ke atas gendongannya sambil bergerak kelur masuk lebih cepat.

"Kau sudah tahu betapa besar aku mencintaimukan, Liffi?!" Nakula menarik kepala Liffi agar menatapnya, lalu dengan kasar Nakula melumat bibir mungil itu.

"Argh, sakit!!"

Ciuman yang biasanya manis dengan rasa vanila yang lembut seakan berubah, menjadi pahit dan memuakkan. Liffi tak kuasa lagi menerima hujaman kasar dari Nakula yang menusuk masuk ke dalam tubuhnya. Gadis itu menangis, terkulai lemas dalam gendongan Nakula.

Nakula membawa Liffi ke atas ranjang dan kembali menghujamnya. Liffi hanya bisa merintih, menahan rasa perih dan panas di bawah sana.

"Achh!! Ach ...!!" Nakula terpuaskan. Sedangkan Liffi menangis menahan kesesakkan. Air matanya semakin deras saat Nakula melepaskan penyatuan mereka.

Liffi meringkuk di atas ranjang, menarik siku lututnya mendekat. Perutnya terasa sangat sakit. Gadis ini hanya berharap nyeri itu bisa segera menghilang saat ia meringkukkan tubuhnya.

Nakula duduk di sofa dekat ranjang. Ia mulai menyulut sebatang rokok dan menghisapnya dalam-dalam. Wajahnya tampak garang karena masih belum bisa menahan rasa marah yang membuncah dari dalam hatinya.

Hatinya diliputi dengan kemarahan, marah karena Liffi tidak mau menerimanya dan lebih memilih untuk bersama dengan Sadewa. Liffi bilang ia hanya akan menjadi mate Sadewa, mendengar dan mengingat ucapan Liffi membuat Nakula meradang.

Nakula meniupkan asap rokok ke arah langit-langit ruangan, kepalanya bersandar pada leher sofa. Melihat Liffi terus menggerakkan kakinya dan merintih kesakitan membuat nafsunya kembali naik.

Nakula mematikan rokok dan kembali menghampiri tubuh gadis manis itu. Aroma fresia tercium pekat dari tubuh Liffi, aroma yang khas itu selalu membawa Nakula masuk ke dalam jeratan nafsunya.

"Ku mohon jangan, Naku!! Perutku sangat sakit!" Liffi memohon kepada Nakula agar tidak menyetuhnya lagi.

Nakula hanya diam saja, aroma tubuh Liffi kembali membiusnya. Nakula mengeluarkan cakar dan merremas tangannya. Tangan itu mengeluarkan luka dan darah saat kuku tajam menancap, namun segera tertutup kembali. Nakula memberikan rasa sakit pada tubuhnya sendiri agar sadar dan tak menyerang Liffi.

Namun usahanya sia-sia, aroma Liffi lebih menarik. Insting binatang buasnya kembali bangkit. Dengan kasar Nakula menarik kaki Liffi.

"Naku!!!" teriak Liffi.

"Ku mohon, Naku! Hentikan! Perutku sakit!" wajah Liffi memucat. Memang benar perutnya sangat sakit. Rasanya sangat perih dan panas. Liffi berteriak dan memberontak. Tapi tenaga Nakula sangat besar. Liffi hanya bisa pasrah saat sekali lagi Nakula menyatukan miliknya, menghujam kasar masuk ke dalam liang paling pribadi milik gadis itu.

Tiba-tiba darah mengalir deras keluar dari sela-sela paha Liffi, Nakula tersentak kaget. Aroma anyir darah yang tercium pekat membuat kesadarannya kembali.

"Liffi??!!" akhirnya Nakula memanggil nama Liffi.

"Sakit sekali, Naku. Sakit ...." Liffi terkulai lemas dan jatuh pingsan.

ooooOoooo

Koridor rumah sakit terlihat sepi pada malam hari. Nakula mondar mandir di depan ruang IGD, ingin rasanya mencabik-cabik dirinya sendiri. Kenapa dia bisa begitu buta karena nafsu??! Padahal Liffi hanya seorang pet, bukan mate-nya.

"Keluarga Nona Liffi?" Seorang dokter keluar dari pintu IGD.

"Bagaimana Liffi, Dok?" tanya Nakula cemas.

"Anda suaminya?"

"...." Nakula tak bisa menjawabnya.

"Anda suaminya?" Pertanyaan dokter membawa kembali kesadaran Nakula.

"I—iya, iya saya suaminya." Nakula berbohong.

"Maaf, istri anda keguguran. Janin itu masih terlalu kecil. Seharusnya Anda berhati-hati dalam berhubungan saat istri Anda sedang hamil muda." Nasehat sang dokter.

"Apa, Dok? Hamil?" Nakula tak percaya.

"Maaf, temui istri Anda, dia sangat terpukul."

"Baik, Dok. Terima kasih."

Nakula masuk dan mempercepat derap langkah. Taring memanjang keluar dari kedua sudut bibirnya. Amarah memaksa taring itu untuk keluar. Nakula menghentikan langkahnya saat berada di depan ruangan Liffi, mendengar Liffi menangis membuat emosinya menghilang. Taringnya kembali menyusut masuk.

"Liffi ...," lirih Nakula memanggil nama gadis itu.

"Berengsek kau, Naku!! Kau bunuh anakku!" Liffi memandang nanar ke arah Nakula.

Wajahnya yang cantik dipenuhi amarah dan dendam. Liffi sadar betul dia hanya seorang diri di dunia ini. Kehadiran anak dalam hidupnya pasti tak akan lagi membuatnya kesepian. Tapi ternyata, Nakula membunuh anaknya, bahkan sebelum Liffi mengetahui keberadaannya.

"Kau bunuh anakku!!!" tuduh Liffi.

"Iya aku membunuhnya!!" teriak Nakula emosi.

"Kau tak peduli? Kau tak merasa bersalah?" Liffi memandang wajah Nakula nanar, ada kesedihan yang mendalam dalam sorot matanya.

"Untuk apa aku peduli?? Belum tentu dia anakku, bisa saja dia anak Sadewa," geram Nakula. Kecemburuan kembali menguasai hatinya.

"Benar, kau benar ...! Belum tentu bibitnya adalah milikmu, belum tentu juga milik Sadewa." Liffi membuang muka.

"Tapi dia adalah anakku, dan aku menginginkannya." Liffi kembali berkata-kata. Lebih lirih, tapi lebih terasa menyakitkan.

Belum sempat Nakula merespon ucapan Liffi, teriakan panik dari seorang pria kembali terdengar.

"Liffi!!!" Ia terlihat tak kalah cemas.

"Sadewa?" Liffi kaget saat melihat kemunculan Sadewa di hadapannya.

"Mau apa kau kemari?" Nakula terlihat emosi, ia bergegas mendatangi Sadewa.

"Apa yang kau lakukan pada Liffi?" Sadewa mencengkram kerah baju Nakula. Taringnya memanjang.

Liffi hanya tersenyum sinis melihat pertengkaran keduanya. Mereka adalah saudara kembar yang lahir pada hari dan jam yang sama. Bahkan memperebutkan satu wanita yang sama.

"Kalian pergilah!! Keluar dan tinggalkan aku!!" Liffi mengusir keduanya.

"Kau tahu aku tidak bisa," jawab Sadewa.

"Aku juga," sahut Nakula.

"Diamlah!! Aku bukan peliharaan kalian ...! Aku bukan wanita yang bisa kalian gilir di atas ranjang!!!" Liffi menangis marah.

"Liffi!!" sahut keduanya.

"Kalianlah yang seperti binatang!!" Liffi menggebrak kasurnya, kalap.

Hening sesaat ...

"Oh, iya, aku lupa ... kalian memang binatang." Liffi kembali menghela napas, mengendalikan emosinya yang memuncak.

"Liffi, tolong maafkan aku." Nakula mendekat.

"Jangan sentuh Liffi!" Sadewa menghempaskan tangan Nakula.

Mereka berdua saling pandang dengan perasaan penuh kebencian. Liffi tersenyum sinis melihat keduanya.

"Kenapa kalian tidak saling bunuh saja?!! Yang menang boleh kembali kepadaku!!" Liffi menantang mereka berdua karena rasa sakit hatinya. Karena dendamnya.

"Selesaikan semuanya seperti insting binatang kalian!!" teriak Liffi, air matanya kembali menetes dengan deras.

"Itukah yang kau mau, Liffi?"

"Melihat kami saling membunuh?"

ooooOoooo

Hallo, Bellecious

Jangan lupa vote ya 💋💋

Tinggalkan jejak kalian dan beri semangat untuk Belle ♥️

Follow IG untuk keep in touch @dee.meliana