webnovel

Tsabitha Penyihir Berdarah Campuran

12 tahun yang lalu seperti mimpi buruk seumur hidupku. Meski sudah begitu lama, bayangan itu masih sangat jelas. Tepat saat peluru menembus kepala temanku, lalu dia terjatuh di depanku. Bingung, takut, dan entah perasaan apa lagi yang bercampur aduk di kepalaku. Aku tidak tahu harus bagaimana saat itu, hanya menangis. Setelah 12 tahun kejadian itu berlalu, setiap kali bayangan itu muncul, perasaan yang sama masih aku rasakan. Aku seolah tidak bisa mengubah apa pun, meskipun kejadian itu berulang kali terjadi di depanku. . . Aku menyusuri jalan setapak menuju bagian ujung. Dingin dan gelap tanpa penerangan, ditambah dinding kayu yang dibuat mengitari tempat ini menghalangi cahaya luar yang masuk. Sesampainya di satu bagian aku meletakkan buket lily putih yang sudah aku bawa, tepat di atas sebuah batu marmer putih bertuliskan nama ‘Zie’. “Aku pulang,” lirihku. Aku duduk di sampingnya, mengeluarkan beberapa kue dan dua buah susu kotak kesukaan kami. “Bagaimana keadaanmu di sana? Apa kamu baik? Apa kamu makan teratur?” aku mengusap nisan itu lembut. “Tunggu aku,” bisikku. ____________________________ Tsabitha And The Naughty Cat ************************ Updates at 08.00, 11.00 dan 20.00 WIB ************************ #Meet me on instragram: bluehadyan

dewisetyaningrat · Fantaisie
Pas assez d’évaluations
401 Chs

Terikat

"Iya" aku mengajaknya masuk. "Ini adalah taman yang sering aku datangi saat aku bolos jam pelajaran" aku menunjuk bangunan tinggi di samping taman. "Itu adalah akademi lama ku, dulu aku belajar disitu meski tidak sampai lulus. Tahun terakhirku, aku terpaksa harus belajar di rumah dan ujian di rumah sakit, untungnya sekolah mau mengirim guru dan memfasilitasi untuk itu" aku mengingat masa-masa sulit itu lagi.

"Kau sakit?" ekspresi Shashin terlihat cemas.

"Em, tidak bisa dibilang sakit, tapi aku harus menjalani pemulihan saja?" aku bingung bagaimana cara menjelaskannya.

"Itu artinya kau sakit, kan?."

"Tidak, aku tidak sakit. Hanya trauma" kami duduk di kursi taman, tempat dimana dulu aku dan Zie duduk sebelum kejadian penembakan itu. "Temanku dibunuh di sini, tepat di depan situ" aku menunjuk tempat pembunuhan itu berlangsung.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com