webnovel

True Love : Senior! I Love U

Matanya dan mata hangat itu beradu sama-sama terkejut menyadari keberadaan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dia sudah menyaksikan dengan mata kepala sendiri pernikahan sahabatnya sekaligus pernikahan laki-laki yang sangat dia cintai. Arsen. Dia bisa merasakan ada kabut yang menggelayut di matanya, ada gumpalan air yang memaksa keluar dari sana dan dia butuh menghindar dari tempat itu untuk menumpahkannya. Namun, entah kenapa kakinya tiba-tiba sulit untuk di gerakkan, kepalanya tiba-tiba pusing dan dia hanya bisa berdiri terpaku di tempat. Menyaksikan pemandangan yang sangat menyiksa hatinya, berdiri menyaksikan kenyataan yang tidak pernah di pikirkan sebelumnya. Dia harus mendengarkan janji-janji suci pernikahan yang di ucapkan dia harus melihat laki-laki itu menyematkan cincin pernikahan di jari manis sahabatnya. Dan dia harus melihat laki-laki itu memberikan ciuman pertamanya pada sahabatnya. Dia tidak tahan dengan semua itu. Tidak tahan dengan semua rasa sakit yang mulai menyerang hatinya, tidak tahan untuk segera menumpahkan air matanya. Namun itu pun tidak bisa di lakukannya, air matanya tidak bisa menetes seolah membeku seperti kebekuan hatinya yang sudah tidak bisa merasakan apa-apa.

Ahra_August · Urbain
Pas assez d’évaluations
406 Chs

DUA RATUS DUA PULUH EMPAT

Pagi hari di rumah tua.

Wahyu mengaduk sup daging di mangkuknya tanpa minat,. Wajahnya pucat setiap dua detik dia akan menghela napas dengan ekspresi muram., Dia ingin bertemu Elise tapi gadis itu sedang sibuk dengan temannya. Wahyu merengut tidak senang. Jika temannya perempuan tidak masalah tapi laki-laki membuat hatinya seperti terjepit karena takut. Meskipun dia percaya pada Elise tapi sulit untuk mempercayai orang yang dekat dengan nya.

"Apa lagi? Kau merasa bersalah karena Eliza tidak datang hari ini. Jangan khawatir hari ini dia minta cuti untuk pulang kampung? Sekarang makan makanan mu jangan hanya di pelototi seperti itu perutmu tidak akan kenyang." Kata kakek Wahyu.

Wahyu menegakkan kepalanya "Kakek jangan sok tahu, aku tidak peduli ke mana dia pergi kalau perlu jangan pernah datang lagi, setiap dia ada aku merasa sesak di rumah ini." Wahyu mengeluh terang-terangan.

Chapitre verrouillé

Soutenez vos auteurs et traducteurs préférés dans webnovel.com