Selain itu, jika mereka cukup bodoh untuk melukai anggota krunya maka dia akan membantai semua nyawa yang hidup di pulau langit ini. Kemudian saat itulah suara Nami membuat Luffy keluar dari pikirannya.
"Perahu ini," ucap Nami sambil membungkuk untuk memeriksa Waver di depannya. "Tidak ada layar untuk menangkap angin, dan barusan kau juga tidak mendayung. Jadi bagaimana kau bisa membuatnya bergerak?" Nami bertanya pada Pagaya.
"Oh, benar juga, kalian orang-orang dari Blue Sea tidak memiliki Dial," ucap Conis sambil memandang Nami.
"Apa itu Dial?" Chopper bertanya. Conis dan ayahnya kemudian mulai menjelaskan apa itu Dial dan berbagai jenis Dial kepada para kru. Setelah mereka selesai menjelaskan kepada mereka, Nami memutuskan bahwa dia ingin mencoba dan mengendarai Waver. Pagaya dan Conis sangat terkejut ketika Nami dengan lihai mengendarai Waver melaju di White Sea.
"Apakah tidak apa-apa jika aku tetap di sini dan mengendarainya selama beberapa menit lagi?" Nami bertanya.
"Tidak apa-apa, tapi berhati-hatilah!" Pagaya balas berteriak pada Nami yang berada di laut awan.
"Dan jangan membuat masalah!" Luffy menambahkan. Setelah itu semua orang mulai mengikuti Pagaya dan Conis kembali ke rumah mereka untuk menikmati makan malam. Mereka mulai berjalan menaiki tangga raksasa yang terbuat dari awan yang tampaknya menuju ke pulau utama dari pantai.
Ketika mereka berjalan menaiki tangga raksasa Pagaya mulai menjelaskan berbagai jenis awan yang mereka miliki di Skypiea. Sangat menarik untuk mendengar tentang bagaimana mereka berbeda dari awan normal yang biasa di lihat para kru.
Bahkan Luffy menganggap pengetahuan ini menarik, dia tidak tahu bahwa pulau awwan itu terbuat dari partikel khusus yang ada di sea prism stone.
Ketika kelompok itu sampai di puncak tangga, Nojiko mengatakan betapa menakjubkannya pemandangan dari atas sana, yang menyebabkan semua orang berhenti dan melihat kembali ke arah pantai tempat mereka datang. Mereka semua bisa melihat siluet kecil Nami yang berlayar di atas waver.
Semua orang kemudian pergi ke rumah Pagaya dan Conis. Sanji mengikuti Pagaya ke dapur sementara kru lainnya membuat diri mereka nyaman di ruang tamu.
Ketika mereka semua bersantai di ruang tamu, Robin memutuskan untuk bertanya kepada Conis berbagai pertanyaan berbeda tentang Skypiea.
Setelah berbicara satu sama lain selama sekitar 30 menit, Sanji dan Pagaya akhirnya masuk ke ruang tamu dengan membawa makanan.
"Tuan-tuan dan nona-nona, aku persembahkan kepada Anda sky lobster dengan saus khusus dan buah asli Sky Island yang namanya terlalu sulit untuk di ucapkan," ucap Sanji sambil meletakkan makanan yang tampak lezat di atas meja.
"Itu terlihat sangat enak!" ucap Usopp ketika dia mulai sedikit ngiler.
"Ayo makan," Chopper menambahkan. Sementara semua orang sedang makan, Sanji memutuskan untuk berjalan keluar ke balkon untuk merokok. Saat dia berada di sana dia melihat ke arah White Sea selama beberapa detik sebelum berbalik dan berbicara kepada para kru.
"Hei, apa kalian tahu di mana Nami?" Dia bertanya.
"Dia di luar sana mengendarai waver," sahut Usopp sambil menelan makanan.
"Aku tidak bisa melihatnya di mana pun," balas Sanji sambil terus memandang kelautan.
"Dia mungkin pergi terlalu jauh," ucap Zoro. Luffy, di sisi lain, bisa melihat bahwa Conis dan Pagaya terlihat lebih khawatir daripada krunya yang lain.
"Apakah menurutmu dia akan baik-baik saja?" Conis bertanya pada ayahnya dengan nada agak khawatir.
"Aku sedikit khawatir," jawab Pagaya. Pada saat ini Luffy telah meletakkan piringnya dan menatap dua orang Skypiea itu.
"Kenapa kalian begitu khawatir?" Luffy bertanya dengan suara tenang sambil menatap ayah dan putrinya itu.
"Di awan, ada tempat bernama Upper Yard," Conis menjelaskan dengan ekspresi khawatir di wajahnya. "Tidak ada yang diizinkan pergi ke sana, dan tempat itu tidak terlalu jauh. Perjalanan ke sana hanya memerlukan waktu yang singkat apabila menggunakan waver.
Aku khawatir temanmu Nami mungkin pergi ke sana karena penasaran," Conis menjelaskan. Sekarang Nojiko juga mulai khawatir tentang saudara perempuannya.
"Apa yang spesial dari pulau ini sehingga tidak ada yang diizinkan untuk pergi ke sana?" Robin bertanya sambil menggigit makanannya.
"Itu adalah tanah suci," jawab Conis, mengejutkan mereka semua. "Tapi yang lebih penting ... itu adalah pulau tempat dimana Tuhan berada," tambah Conis, membuat mata semua orang melebar karena terkejut, kecuali Luffy. Luffy tidak terlihat terkejut dengan informasi itu, namun dia terlihat seolah-olah baru saja mengingat sesuatu.
"Aku tahu aku lupa sesuatu!" ucap Luffy secara tiba-tiba menarik perhatian semua orang. "Di Skypiea, kalian para Skypieans menyebut penguasa tempat ini Tuhan, bukan?" Luffy bertanya.
"Benar, bagaimana kau tahu itu?" Pagaya bertanya pada Luffy.
"Beberapa teman ku datang ke sini sekitar 20 tahun yang lalu," ucap Luffy mengejutkan ayah dan putrinya. "Aku sudah mendengar cerita mereka tentang tempat ini dan orang-orangnya," tambah Luffy sambil tersenyum kecil.
"Aku yakin kalian semua melihat sebuah tanda ketika kalian sampai ke sini, 'Tanah Tuhan Skypiea'" ucap Conis masih terdengar agak khawatir untuk Nami. "Tanah ini dikuasai oleh God Enel yang maha kuasa," katanya menyebabkan mata Luffy sedikit menyipit.
'Mungkinkah pria bernama Enel ini yang bisa menggunakan haki?' Luffy berpikir dalam hati.
"Dia tahu dan melihat segalanya," Conis melanjutkan dengan suara yang sedikit takut. "Dia benar-benar mahatahu. Dia selalu melihat semua orang," katanya sambil sedikit menunduk.
"Jadi, maksudmu adalah ... dia sedang mengawasi kita sekarang," ucap Zoro sambil menyipitkan matanya bersamaan dengan Sanji dan Nojiko.
"Benar," jawab Conis sambil berbalik dan menatap pendekar pedang itu.
"Jadi Conis, jika dewa ini benar-benar bernama Enel dan Upper Yard ini sangat dekat dari sini, kau pasti sudah pernah melihat seperti apa rupanya. Benar?"
"Oh tidak!" Conis menjawab dengan sedikit panik sambil mengangkat kedua tangannya di udara. "Upper Yard adalah tanah suci yang digunakan Tuhan kami untuk beristirahat. Kita tidak diizinkan untuk pergi ke sana," ucap Conis dengan cepat, seolah-olah dia berharap tidak membuat marah tuhan ini.
"Apakah kau tahu hukuman apa yang di berikan apabila seseorang pergi ke tempat terlarang ini?" Robin bertanya sambil melihat ke arah duo ayah dan anak.
"Menurut kepercayaan kami, jika kau melanggar peraturan dan pergi ke Upper Yard, maka kau tidak akan bisa kembali hidup-hidup," ucap Pagaya dengan muram, menyebabkan para kru menyipitkan mata mereka. "Itu sebabnya aku juga mengkhawatirkan Nami seperti kalian semua," tambahnya.
"Luffy," panggil Sanji sambil menatap kaptennya.
"Aku tahu," jawab Luffy sambil berdiri dan meletakkan piringnya. "Ayo pergi," katanya menyebabkan krunya yang lain juga berdiri. Seluruh kru kemudian mulai berjalan kembali ke pantai tempat kapal mereka berlabuh. Ketika mereka tiba di pantai, mereka semua naik ke Going Merry kecuali Pagaya yang tinggal di pantai. "Ayo segera berlayar ke Upper Yard," Luffy memerintahkan.
"Aku rasa itu akan menjadi sedikit bermasalah," ucap Pagaya secara tiba-tiba, menarik perhatian mereka. Ketika mereka memandangnya, mereka melihat pagaya mengankat jarinya ke udara, seolah-olah sedang memeriksa angin. "Sepertinya angin yang berhembus sedang tidak kencang. Jika kalian berlayar sekarang, kalian akan menghabiskan banyak waktu untuk mencapai Upper Yard," ucap Pagaya dengan nada meminta maaf.
"Dan tepatnya berapa lama itu?" Nojiko bertanya.
"Secara teori itu lebih lama daripada yang dibutuhkan, kecuali kapalmu ditenagai menggunakan Dial kami," jawab Pagaya dari pantai, menyebabkan Luffy menghela nafas frustrasi sambil memandang lelaki tua itu.
"Luffy, tidak bisakah kau terbang ke sana?" Tanya Nojiko sambil menatap kaptennya.
"Aku bisa, tetapi sebelum aku melakukan itu aku harus tahu di mana 'tempat' itu," jawab Luffy sebelum dia mengalihkan perhatiannya kembali ke lelaki tua itu. "Ke arah mana tempat bernama Upper Yard ini, orang tua?" Luffy bertanya.
Pagaya berpikir selama beberapa saat, seolah-olah dia sedang merenungkan apakah itu ide yang bagus untuk memberi tahu Luffy. Namun, tepat saat dia akan memberikan jawabannya pada Luffy, seseorang berteriak dari arah tangga, yang menarik perhatian semua orang.
"KALIAN DISANA!" seseorang berteriak, menarik perhatian semua kru. "BERHENTI DI SANA!" perintah suara itu. Ketika semua orang memandang ke arah tangga di kejauhan, mereka melihat sekelompok pria yang berbaris berjalan ke arah mereka.
"Apakah mereka berbicara dengan kita?" Sanji bertanya sambil menyalakan sebatang rokok baru. Ketika sekelompok pria itu sampai ke pantai, mereka berbaring telungkup dan mulai merangkak ke arah kru.
"Ada apa dengan mereka?" Zoro bertanya sambil menatap sekelompok pria yang merangkak ke arah mereka.
"Apakah mereka tentara?" Nojiko bertanya dengan ekspresi bingung di wajahnya.
"Siapa pun mereka, mereka aneh," tambah Usopp. Ketika para lelaki itu tiba di depan Pagaya dan Conis, yang melompat turun dari kapal ketika dia melihat para lelaki itu, sekelompok orang baru ini mengangkat jari telunjuk dan kelingking tangan kiri mereka dan meletakkannya di depan dahi mereka sebelum mereka berbicara.
"Heso!" ucap mereka semua secara serempak.
"Heso, Tuan-tuan!" Pagaya dan Conis menjawab.
"Lihat apa yang kita miliki di sini!" ucap seorang pria yang berdiri di barisan depan kelompok orang aneh itu, yang menunjukkan bahwa dialah pemimpin mereka.
"Kalian pasti penghuni Blue Sea yang telah melanggar aturan kedaulatan Skypiea! Bersiaplah untuk mendapat hukuman surga yang akan diberikan kepada kalian!" teriak pria itu sambil melihat semua orang yang ada di kapal.
Luffy hanya mengangkat alisnya dan menatap para pria aneh itu sebelum melompat turun dari kapal bersama kru lainnya.
"Oh, dan aturan apa yang telah kami langgar?" Luffy bertanya sambil berjalan dan berdiri tepat di depan pria itu.
"Kalian secara ilegal melabuhkan kapal di pantai malaikat, itu adalah pelanggaran kelas 8!" ucap pemimpin itu.
"Kau serius?" Luffy bertanya sambil menatap pria itu. "Tidak ada yang mengatakan bahwa kami tidak boleh berlabuh di sini," tambah Luffy.
"Apa hukuman untuk kejahatan ini?" Robin bertanya.
"Sepuluh Malam di penjara," jawab pria itu, menyebabkan semua orang mulai tertawa.
"Dia pikir kita akan menghabiskan sepuluh malam di penjara!" ucap Nojiko sambil tertawa.
"Mari kita lupakan para idiot ini dan segera pergi mencari Nami," Sanji menyarankan sementara Luffy setuju dengan menganggukkan kepalanya dan mulai berjalan menjauh dari para kelompok aneh itu.
"Tapi kita masih memiliki masalah dengan angin di sini," ucap Chopper, yang membuat para kru berkumpul bersama-sama, mencoba membuat rencana.
"Apakah kita sudah yakin bahwa Nami benar-benar berada di tempat bernama Upper Yard ini?" Zoro bertanya.
"Benar, bagaimana jika dia ternyata hanya terlalu senang dan berlayar ke tempat lain. Jika kita pergi sekarang dan dia kembali, kita mungkin akan melewatkannya," tambah Usopp. Para kru terus mendiskusikan masalah mereka saat ini secara rinci, benar-benar mengabaikan para penegak hukum yang baru datang, menyebabkan pemimpin mereka menjadi sangat marah.
"MENGABAIKAN WHITE BERRETS!" teriak pemimpin itu secara tiba-tiba. "Itu adalah kejahatan kelas 9!" teriaknya, menyebabkan Conis dan Pagaya terkesiap kaget sementara seluruh kru hanya berbalik dan menyipitkan mata ke arah pemimpin kelompok yang sekarang bernama White Berret.
"Tidak bisakah kau menutup mulutmu," ucap Nojiko kepada pemimpin itu.
"Atau kami yang akan ke sana dan menutup mulutmu!" Zoro menambahkan sambil meletakkan tangannya di pedangnya.
"Mengancam White Barret! Itu adalah kejahatan kelas 7," ucap pemimpin itu dengan menggebu-gebu. Luffy hendak mengatakan sesuatu, tetapi sebelum dia bisa, suara Nami menarik perhatian semua orang.
"Hei!" Teriak Nami. "Aku kembali!" teriaknya sambil berlayar mendekat ke pantai. Nami kemudian sampai ke pantai dan dengan hati-hati menempatkan wavernya di depan Pagaya. "Terima kasih telah mengizinkan aku menggunakannya, kendaraan ini sangat hebat!" ucap Nami dengan senyuman berterima kasih, sebelum dia berjalan dan berdiri dengan kru lainnya. "Siapa orang-orang ini?" Nami bertanya sambil melihat ke arah White Berrets.
"Beberapa idiot yang mencoba menuntut kita dengan kejahatan palsu," jawab Nojiko.
"Berani sekali kau!" ucap pria itu dengan sangat marah. "Kami adalah bagian dari pasukan Tuhan. Kami berada tepat di bawah pendeta God Enel," ucapnya, menyebabkan Luffy tertawa kecil sebelum dia berjalan dan berdiri tepat di depan pria itu kemudian berbicara.
"Kau berkata dengan tujuan seolah-olah aku harus takut pada tuhanmu," ucap Luffy dengan nada mengancam. Ketika dia mengatakan itu gemuruh petir yang keras bergema di atas kepala mereka, menyebabkan semua orang terdiam.
Orang-orang Skypie menunjukkan ekspresi ketakutan di wajah mereka, sementara semua kru Straw Hat menunjukkan ekspresi bingung di wajah mereka.
"Apakah itu suara petir?" Luffy bertanya sambil berbalik dan melihat ke arah krunya, dimana mereka menganggukkan kepala dan memandang Luffy seolah-olah bertanya bukankah itu ulahmu.
"Itu Dewa Enel!" ucap Conis dengan suara ketakutan.
"Well, well, well, itu cukup menarik," ucap Luffy dengan seringai bersemangat. "Oke, God Enel, sekarang aku mulai tertarik," tambah Luffy sebelum melepaskan gelombang Conqueror haki, membuat semua anggota White Berrets pingsan.