"Mau kemana hari ini?" tanya Sam pada Nana.
Perempuan itu baru saja bangun dari tidurnya dengan tubuh yang di tutupi selimut putih yang lumrah ada di hotel.
"Aku ingin mencari baklava" lirihnya, menjawab pertanyaan lelaki yang sedang menatapnya sekarang.
Sam menopang wajahnya sembari menatap wajah Nana yang masih terlelap itu. Kemudian ia merapikan rambutnya dan menyelipkan ke belakang telinga. "Kamu sudah makan baklava kemarin, apakah hari ini baklava lagi"
"Jika ada yang aku inginkan selain baklava, aku pasti sudah mengatakan nya"
"Kalau begitu katakan, aku ingin mendengar apa yang kamu inginkan selain baklava kesukaan mu itu"
Nana akhirnya membuka mata, ia menatap wajah Sam dengan mata yang pelan-pelan ia gosok itu. "Kamu" jawabnya.
"Aku?"
"Ya, aku hanya ingin kamu kemudian baklava"
"Kenapa kamu menyamakan aku dengan baklava, apakah cintamu padaku sama dengan makanan itu"
"Tidak, jika bukan kamu aku hanya akan mencintai baklava"
"Kamu terus membuatku jatuh cinta sepanjang waktu"
Ucapan Nana membuat Sam akhirnya menarik selimut dan melangsungkan pertikaian romantis mereka di bawah kain putih tebal itu.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 pagi, matahari menyelinap memancarkan cahaya kedalam ruangan yang masuk dari sela-sela gorden tebal hotel itu.
Mereka kini sudah berganti pakaian dan siap pulang. Tak lupa Nana membelikan satu set aksesoris khas untuk ibunya. Sam membelikan itu agar Nana menyampaikan dalamnya juga untuk ibu wanita itu.
"Sayang, aku harap kamu segera kembali lagi kesini" Sam tampak sedih begitu mengantarkan gadis yang menghabiskan satu minggu liburan dengannya itu.
"Tentu saja, aku akan segera kembali setelah semua pekerjaan ku selesai"
Nana harus mengurus semua proposal dan beberapa naskah novel yang harus ia unggah di platform. Perbedaan waktu negara membuat ia kesulitan jika tidak upload episode baru di platform itu.
"Haruskah aku memeluk dan mencium mu sekarang di sini?" tanya Nana.
"Jangan, kita sudah cukup tadi pagi" jawaban Sam membuat Nana malu, lelaki pendiam yang ditemuinya satu tahun lalu itu berubah menjadi lelaki yang sangat romantis.
Sam yang bahkan tidak pernah bertegur sapa dengan siapapun, kini terlihat seperti orang lain. Bahkan ia yang sangat di cintai oleh perempuan di depannya ini, membuat siapapun iri. Nana mendapatkan banyak kejutan bahkan pasilitas mewah yang belum pernah Nana bayangkan.
Sam meraih tangan Nana, ia menyematkan sebuah cincin dengan berlian kecil di atasnya yang cantik mempesona. Nana yang tiba-tiba meneteskan air mata bahagia itupun hampir seperti kehilangan kesadaran ketika cincin mahal itu akhirnya tersemat di jarinya.
Waktu terus berjalan, keberangkatan Nana sebentar lagi untuk pulang ke negara nya.
Ia berniat ingin melihat lebih dekat papan jam di depannya, matanya yang sedikit tidak jelas membuatmu harus mendekat ke arah sana .
"Sayang tunggu sebentar aku ingin ke sana" ujar Nana menunjuk tempat yang ingin ia lihat.
Sam mengangguk paham.
Baru saja Nana akan kembali menghampiri Sam, seorang anak menghampiri lelaki itu. "Daddy!" tubuh kecil dengan rambut rapih itu tersenyum ceria memperlihatkan deretan giginya yang kecil nan rapih, diikuti seorang perempuan berambut hitam legam yang juga tersenyum penuh sembari menatap lelaki didepannya penuh cinta.
Sam mematung, begitupun Nana.
"Sayang, aku kira kamu masih di luar kota" ucap wanita yang datang bersama anak kecil itu.
"Ah, ya aku pulang lebih cepat karena sudah selesai pekerjaan"
"Daddy apa kau merindukan aku?" wajah imut itu bertanya begitu lelaki dengan tubuh tegap itu menggendong nya.
Tubuh Nana kaku, ia hanya berjarak beberapa langkah telat di belakang lelaki yang memberikan banyak kebahagiaan untuknya itu.
"Daddy, Sayang? mengapa mereka memanggil Sam seperti itu" pikir Nana namun hanya isi kepalanya yang berisik, tidak dengan mulutnya.
"Kenapa kamu di sini sayang?" balasan dari mulut Sam pada perempuan di depannya membuat Nana makin tak berkutik, seperti petir di siang bolong.
Sam membalik tubuhnya sembari menggendong anak lelaki di tangannya! Menatap Nana yang juga kini menatapnya dengan wajah kebingungan.
"Sorry, apa ada yang bisa saya bantu?" tanya perempuan itu.
Nana segera menyadarkan diri, namun Sam lah yang menjawab. "Ah apakah anda ingin mengambil koper anda?" Sam bertanya pada Nana.
Lelaki itu bersikap seperti seolah mereka tak mengenal satu sama lain.
"Mami apakah kita akan pulang bersama Daddy sekarang?" anak lelaki tampan itu tampak sangat ceria memeluk Sam.
"Tentu saja! Apakah kamu begitu merindukan Ayahmu Nak?"
Air mata mengalir begitu saja, Nana menangis begitu pernyataan dari mulut wanita itu semakin menjelaskan bahwa Sam adalah suami dan Ayah dari anaknya.
"Koper kalian tampak sama, jadi yang mana milikmu? aku takut salah memberikan nya" tanga istri Sam.
"Yang memiliki gantungan kunci gambar kuda!" Jawabnya.
"Milikku yang ini, terimakasih" Nana mengambil koper yang sama dengan milik Sam, namun memiliki gantungan kunci kelinci.
Tanpa berbicara lagi, Nana membalik tubuhnya menarik koper dan menjauh dari tiga orang itu.
Fatma terlihat sangat senang melihat putranya terus memeluk sang Ayah, Sam pun mencium anak itu! Namun matanya menatap kepergian Nana yang kian menjauh.
Suara panggilan penerbangan ke negara tujuan Nana sudah terdengar di bandara, gadis itu memegang dadanya seperti kesakitan sampai ditanya di pihak imigrasi. Nana menggeleng dan menjelaskan ia baik-baik saja, dengan beberapa tetesan air mata yang tak kunjung reda.
Ia membolak-balikan ponselnya sampai masuk ke kabin pesawat, kemudian menyalakan mode pesawat dan terlelap degan pikiran yang kian terus berkecamuk.
"Apakah kamu ingin lap ?" sebuah suara terdengar di telinga Nana. Ia tidak melihat siapa yang menawarinya. "Terimakasih" jawabnya sembari menunduk dan kembali menutup matanya, namun ia mengambil saputangan yang di tawari pria itu yang ia kira adalah pramugara.
Hampir belasan jam perjalanan yang di tempuh Nana, akhirnya ia sampai di negri tercinta.
Ia pulang ke kota dengan populasi ramai yang ramah. Mendorong koper melewati trotoar indah yang di renovasi pemerintah. Dibanding kan taksi, gadis itu memilih berjalan kaki berharap semua luka nya jatuh dan roboh semua.
Seorang anak remaja tampak duduk di sebuah kursi dimana Nana juga berniat duduk di sana karena kelelahan.
Bunga lili di tangannya hampir lagu, namun tatapannya tak kunjung lepas dari bunga berwarna putih itu.
"Apakah kamu putus cinta, bunga lili nya sudah hampir layu" ujar Nana!
"Bunga ini hanya melambangkan bahwa saya sedih, saya terluka namun saya tidak bisa menangis."
Nana bangkit dari duduk, dan kembali berjalan tempat tinggalnya.
Ponsel nya kini ia nyalakan, puluhan bahkan ratusan pesan masuk! Tidak salah lagi, dia adalah Sam.
Namun kepercayaan yang runtuh bersamaan dengan perilaku yang dilakukan Sam di depannya.
"Maaf, aku tak bisa menceritakan mu tentang istriku, aku tahu aku salah tapi aku mencintai mu! Percayalah Sayang"
Kata-kata Sayang yang biasanya membuat hati Nana bergetar, kini harus ia tangisi karena panggilan itu juga di berikan kepada orang lain oleh lelaki yang amat di cintai nya itu.
Pesan itu masuk begitu saja tanpa respon apapun, hari ini Nana memikirkan Sam seperti ia sudah tak kagum lagi.