2 Chapter 2 KU KIRA KAU RUMAH

Bukan tidak percaya dusta! Tapi terbiasa menggenggam kemudian melepaskan, adalah dua hal kebiasaan yang berbeda. Tangisan sudah bukan lagi tameng, itu hanya cara manusia normal menyikapi rasa sakit akibat kecewa pada dirinya sendiri.

Ia terus berjalan melewati trotoar sambil mendorong kopernya dengan air mata yang terus mengalir di pipinya. Kejadian kemarin Terus membebani pikirannya, tidak menyangka lelaki yang ia cintai membohonginya dengan tidak berterus terang bahwa dia sudah menikah dan mempunyai anak.

Tiba-tiba ada sebuah mobil yang berhenti di dekatnya sambil membunyikan klakson. Koper yang ia pegang hampir saja lepas karena kaget.

"Nana" Seorang laki-laki itu membuka jendela mobilnya dan memanggil namanya

"Drean" Ia memanggil nama laki-laki itu sambil mengusap air mata yang masih membasahi pipinya

Drean adalah teman SMA nya, mereka Sudah lama tidak bertemu karena Setelah lulus sekolah mereka berpisah berkuliah di universitas berbeda dan dari situ mereka tidak pernah bertemu lagi.

"Ayo masuk mobil, kita kan udah lama gak ketemu dari pada jalan sendiri nanti Ada yang gangguin loh" Drean menawarkan tumpangan kepada Nana, dengan penuh harapan gadis itu tidak menolak tawaran nya.

Dengan di balas senyuman tanpa pikir panjang Nana tidak menolak tawaran Drean dan kakinya pun sudah mulai pegal karena berjalan sudah lumayan jauh. Kebetulan arah rumah mereka sama.

Nana pun memasuki mobil Drean.

"Apa kabar Na? Sudah lama kita gak ketemu" Tanya Drean dengan senyuman manisnya, sambil mengemudikan mobil.

"Kabar baik" Jawab Nana sambil menyandarkan kepalanya yang sedikit pusing di jok mobil.

"Bener nih kabar baik? masa tadi di pesawat nangis?" Drean sedikit menggoda Nana

"Hah, Apa?" Nana kaget sampai kepalanya terbangun dari jok mobil itu

"Biasa aja Na gak usah kaget gitu" Balas Drean sambil tersenyum

"Iya, tadi yang ngasih kamu sapu tangan waktu di pesawat itu aku Na" Drean memberitahu Nana sambil sesekali melirik padanya.

"Jadi ini saputangan punya Kamu?" Nana bertanya sambil menyodorkan saputangan yang masih ia pegang di tangannya.

"Maaf ya Dre, kirain Aku tadi yang ngasih ini saputangan pramugara" Kata Nana sambil terus memegang dan memainkan saputangan itu.

"Iya, gak papa Na tadi aku gak negur kamu karena aku tau pasti kamu lagi Ada masalah" Jawab Drean.

Di dalam mobil itu mereka terus mengobrol dan sesekali tertawa bersama, sesaat Nana tidak memikirkan tentang Sam Karena mereka Asik mengobrol mengenang masa waktu SMA dulu yang kerjaannya main sesuka hati tanpa beban pikiran mau ini mau itu bisa, soal nilai kecil gak masalah asalkan naik kelas, gak kaya sekarang hidup banyak beban. Rasanya mau lagi balik ke jaman SMA.

Mereka pun sampai di depan rumah Nana, saat Nana ingin turun dari mobil tiba-tiba Drean menghentikan Nana.

"Tunggu dulu Na" Drean memegang tangan Nana.

"Kenapa Dre? " Nana menoleh ke Drean ia membalikan badannya lagi.

"Minta nomor Kamu Na boleh kan?" Kata Drean sambil menyodorkan Hp nya

"Boleh dong" Nana mengambil HP dari tangan Drean dan ia mulai mengetik nomornya.

"Makasih Na" Drean tampak bahagia.

"Aku yang makasih Udah di kasih tumpangan" Balas Nana.

Nana pun turun dari mobil dan ia berdiri di depan rumahnya sambil melihat Drean pergi.

"Dah, hati-hati" Nana melambaikan tangannya.

"Dah" Jawab Drean, ia menutup kaca mobilnya dan pergi meninggalkan Nana

Nana melangkahkan kakinya memasuki area rumah sembari melihat ponselnya sebentar, melihat pesan lama dimana Sam selalu memujanya sepenuh jiwa. Namun hanya kepahitan yang tersisa sekarang.

Biasanya isi ketikan yang berbunyi dari lelaki itu selalu membuat gadis ini bergetar bahagia, namun kali ini berbeda, hanya ada rasa sakit di dapat nya, biasanya berdegup kencang karena senang.

Nana memasuki rumahnya, ibu dan ayahnya juga adiknya kebetulan Ada di rumah karena sekarang masih hari libur. Mereka sedang nonton TV di ruang keluarga sambil memakan makanan ringan.

"Liburannya menyenangkan sayang?" Tanya ibunya.

"Menyenangkan Ma" Jawab Nana sambil sedikit memberikan senyuman Karena ia tidak ingin keluarga nya tau bahwa dia sedang sedih.

"Kamu makan dulu ya sayang, kamu pasti belum makan"

"Nanti aja Ma, Nana belum lapar" Jawab Nana dengan nada lesu.

"Nana ke kamar dulu ya, mau istirahat cape" Kata Nana dengan tubuh yang lemas semakin tampak tak berdaya, yang sakit adalah hatinya namun tubuhnya ikut bereaksi.

"Mana oleh-oleh buat ku kak?" Kata adiknya sambil menyodorkan tangan ke Nana.

"Oleh-olehnya ada di dalam koper, besok aja sekarang Kakak cape mau istirahat" Jawab Nana dengan muka datar.

"Yahhh" Jawab Adiknya sedikit Kesal.

Sebelum ke kamar, Nana memeluk dulu Ayah dan adiknya. Setelah itu dia berjalan ke kamar sambil membawa koper ke atas naik tangga, kebetulan kamar Nana Ada di lantai dua.

"Sayang, kopernya mau di bantuin mama bawa gak ?" Di saat Nana mau berjalan melewati tangga mamahnya menawarkan bantuan

"Gak usah mah, kopernya gak berat kok" Nana menolak tawaran ibunya.

"Iya anak papa kan jagoan" Saut papanya menggoda anak perempuan kesayangan di rumah ini.

Nana hanya membalas dengan senyuman yang manis.

"Ya udah kalau gitu, selamat istirahat ya sayang" timpak Mamanya sambil tersenyum.

"Iya mah" Balas Nana sambil tersenyum.

Sesampainya di kamar Ia mengunci pintu supaya tidak ada seorangpun masuk ke sana, dan langsung menjatuhkan tubuhnya di kasur.

Kejadian yang kemarin mulai menghantuinya lagi, air matanya pun tak terasa jatuh lagi di pipinya. Dia menghidupkan ponsel untuk ke sekian kalinya, ada beberapa panggilan dari Sam dan beberapa chat dari lelaki itu yang berisi permintaan Maaf.

Bukannya rasa senang lagi Ketika ia mendapat chat dan telepon dari Sam, tapi sekarang rasa sakit yang ia rasakan membuatnya berpikir bahwa dirinya tidak bisa menerima ini semua, karena sangat begitu menyakitkan dan merupakan sebuah kesalahan.

"Kamu Jahat Sam" Ia berteriak dan membanting kan HP nya.

Kasur yang tadinya rapi sekarang berantakan, guling, bantal, selimut berserakan di lantai. Nana duduk di pinggir ranjang dengan rambut yang berantakan, tisu yang tadinya tebal jadi menipis karena membersihkan air matanya yang terus membasahi pipinya.

"Kenapa, kamu melakukan ini apa salahku ku Sam" Lirihnya sambil terus menangis.

Hari mulai gelap, matahari tidak menampakan wujudnya lagi. Air mata Nana mulai berhenti membasahi pipinya matanya terpejam, ia tertidur dengan posisi duduk di dekat ranjang dengan kaki yang di tekuk ke dada dan kepala menunduk.

Di tengah tidurnya ponsel yang tadi ia banting kembali berbunyi dan dengan tangan lemas meraihnya.

"Halo?"

"Hallo!" Nana mendengar Suara laki-laki, namun ia tak mengenal nomor siapa yang menghubungi nya.

avataravatar
Next chapter